Nyerah? (🕊)

299 10 0
                                    

Alvaro sangat senang saat mendapati, pagi ini elvaira sudah terbangun dengan senyum yang menghiasi wajah adiknya.

"Hei, dek kok gak bilang sih kalau udah sadar? Sejak kapan?" Alvaro yang baru terbangun dari tidurnya kaget melihat keberadaan alka dan desicha yang berada dibrangkar elvaira

"Abang, El kangen" ucap elvaira dengan senyuman yang tak henti hentinya

"Abang malah lebih kangen" Alvaro memeluk adiknya yang kali ini terlihat lebih segar daripada kemarin

"El, mimpi Abang nikah gak ngundang El, masaa" elvaira mengerucutkan bibirnya saat menceritakan mimpi randoomnya

"Gak mungkin lah, Abang sama Acha udah sepakat nunggu kamu sadar, karena kita mau kamu tau acara bahagia kita" ujar Alvaro dengan menatap adiknya seolah mengatakan bahwa ia rindu dan takut kehilangan

"Bang, sebenarnya El mau ikut mama sama papa tapi katanya El harus tinggal sebentar lagi" ujar elvaira lirih dengan menatap manik Alvaro yang menatap maniknya dalam

"Ngomong apa sih adek abang tetep sama Abang disini" Alvaro kembali memeluk elvaira

"Vaira ketemu mama, mama cantik banget beda pas sama terakhir vaira ketemu. Gak ada mata panda mama yang menghitam bang, gak ada rambut lepek mama, gak ada badan kurus kering mama, gak ada kulit keriput mama. Mama bener bener cantik, mama suruh vaira tidur di pangkuannya, sebenernya vaira minta ikut tapi tiba tiba papa Dateng dan nyegah aku ikut...." Alvaro mendengarkan setiap ucapan elvaira

"Papa marah sama vaira karena mau ikut mama, papa bilang jangan dulu tinggal sebentar lagi nanti papa sama bakal nyusul. Katanya papa gitu bang" sesak rasanya saat elvaira berbicara seperti itu, mengingat hal hal buruk yang bisa saja terjadi pada adik kesayangannya

"Udah udah tenang sekarang kan vaira udah sama Abang" Alvaro menangkup wajah elvaira yang cantik itu

"Jadi mau nikah kapan?" tanya elvaira polos

"Hari ini bisa tapi abang mau kamu sama Acha sehat bener bener"

"Yaudah, kak alka ayo suntik vaira yang banyak biar cepet sembuh"

"Aduh peri kecilnya Alvaro ini gemes banget" alka mengacak rambut elvaira

"El, maaf ya?"desicha membuka suara saat semua diam

"Buat apa Cha?"

"Kalo gue cegah buat Lo kekantin atau buat Lo nyelamatin gue atau gue jelasin pada saat itu juga-" desicha menangis dengan isakan yang cukup keras membuat elvaira memeluk desicha

"Udah Cha gue sayang sama ponakan gue, dan gue juga mau jadi adik ipar yang baik buat Lo gak salah kan?" titah Elvira disela pelukannya

"Tapi Galang nampar Lo El"

"Detik itu juga gue nyerah Cha" elvaira menitihkan air matanya, hatinya belum bisa sebenarnya tapi mulutnya seolah memaksa untuk mengucapkan itu

"Galang emang bukan buat gue, seharusnya gue sadar dari dulu Cha."imbuh elvaira

"Lo marah sama Galang?" desicha mengurai pelukannya dan menatap elvaira

Elvaira menggeleng pelan, dengan air mata yang tak henti hentinya mengalir tapi ia memaksa untuk tersenyum

"Gue cuma kecewa sama sikap Galang" ucap elvaira lirih

"Udah ya ngobrolnya vaira istirahat, Acha juga istirahat kalau semuanya udah memungkinkan gue buatin surat pulang deh" ucap alka yang membuat semua senyum bahagia.

***

Regan, Deo,cDio dan Galang sedang berkumpul disebuah apartemen mewah milik Regan yang Biasa mereka juluki basecamp.

Mereka sedang menemani galang yang sedang merasa bingung, entah apa yang dipikiran Galang saat ini. Mengapa cowok ini terlihat frustasi

"Lo gak mau cerita? Sampek kapan?" ucap Regan yang sedari tadi menahan ucapannya

"Lo tau keadaan elvaira?"ctanya Galang melirik arah Regan sebentar

"Penting buat Lo?" Regan tertawa sinis setelah mengucapkan itu

"Setelah Lo tampar dia, gue angkat kepalanya udah lumuran darah..." Regan mengingat darah segar yang mengucur dari kepala temannya

"Lo tau Lang? Gue Deo, Dio ngerasa berdosa tau gak. Kenapa juga gue harus nurutin permintaan Lo yang minta gue Deo dan Dio jauhin vaira"

"Gue ngerasa dosa pas elvaira nyapa gue, dan gue cuek cuek aja"

"Gue juga ngerasa bersalah saat gak nolong elvaira, antara Lo sama elvaira berat Lang pilihannya" Deo ikut menimpali ucapan Regan


"Gak ada yang tau sampai mana hidup manusia, tapi untuk kejadian elvaira kemarin gue yakin hidup dia bakal udahan kalau Regan gak cepet cepet nolong dia" Deo menatap Galang yang masih enggan menatap teman temannya

"Gimana kalau pas itu Regan takut Lo bakal marah sama dia?" Dio ikut berbicara

"Nyawa elvaira taruhannya" ucapan terakhir Dio membuat Galang menoleh pada teman temannya yang duduk dilantai

"Gue pusing" Galang mengacak rambutnya

"Pusing atau merasa bersalah?"Sindir Regan sinis

"Seharusnya kita gak nurutin permintaan sampah Lo waktu itu, buat jauhin elvaira sampek abangnya mau tanggung jawab" Regan berdecih ia menatap tajam kearah Galang

"Gimana kalau setelah ini vaira gak mau temenan sama kita?" ujar Deo dengan wajah melas

"Kemungkinannya besar De" titah galang

RUMPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang