Paman dan bibi tau?(🕊)

228 10 0
                                    

Galang dan teman temannya sudah berkumpul dibasecamp, tujuannya hanya ingin menenangkan fikiran hanya ingin berkumpul agar dirinya merasa terhibur.

"Kenapa Lo bingung buat Alvaro tanggung jawab?" tanya Dio tiba tiba pada Galang yang sedari tadi diam

"Gue cuma manusia biasa Yo, hati gue gak sebesar malaikat" Jawab Galang dengan tatapan menerawang kedepan

"Lo pengen banget Alvaro tanggung jawab?"

"Ikhlas gak ikhlas, gue gak ikhlas kalo harus liat desicha nikah sama laki laki lain, tapi gue harus ikhlas ini juga demi desicha dan anaknya" Galang menjawab dengan sekali tarikan nafas

"Gue tau Lo Lang, Lo cinta kan sama desicha?" Dio menepuk pundak Galang

"Cinta banget, kalo gue gak cinta mungkin gue akan sekecewa ini"

"Kalo Lo cinta kenapa Lo gamau Nerima dia apa adanya?"

"Susah Yo, ngejelasinnya harus gimana ya... Kalo gue Nerima dia gimana sama keluarga gue? Gimana sama status sosial gue? Gimana sama anak itu kalau nanti keluar perempuan? Alvaro bisa aja dong hidup tenang setelah itu tanpa penyesalan" Penjelasan Galang ada benarnya juga, Dio mendengarkan sembari manggut manggut

"Berarti emang Lo udah gaada niatan buat nikah sama desicha?"

"Setelah gue tau hal itu semua, gue gabisa nikah sama desicha. Gue belum bisa menjadi seorang yang berhati lapang"

"Berarti Lo gak cinta"

"Terserah Lo definisiin apa arti cinta gue"

Setelah kata terakhir yang diucapkan Galang, Regan dan Deo menoleh kearah mereka berdua dengan tatapan menakutkan

"Lo berdua ngomongin cinta? Lo berdua saling cinta?" Kata Deo menatap gantian pada Dio dan Galang

"Bodoh, jijik anjing" Galang menoyor kepala Deo keras dan hal itu membuat Regan tertawa lepas

"Lagian, gak biasanya Dio mau ngomong panjang lebar"

"Biasa coi udah nyaman" lagi lagi ucapan Deo mengundang kemarahan Galang dan tawanya regan

***

"Desicha, desicha kamu nyimpen buku resepnya dimana?" suara bibi desicha menggelegar

"Dilaci bi yang warna pink" desicha setengah berteriak karena ia sedang mandi

Bibinya membuka satu persatu laci pink yang dimaksud desicha, dilaci ketiga ada sebuah buku dan ada sebuah kotak yang terlihat sangat menarik apa isinya kotak itu? Bibi desicha sangat penasaran akhirnya dibuka kotak itu. Dan dia dibuat terkejut

Dikotak itu terdapat surat dokter, yang menyatakan positif hamil ada 5 testpack dengan 2 garis merah samar, dan yang terakhir adalah 2 foto USG yang lebih mengejutkan difoto USG itu keterangan tanggalnya baru kemarin, nama desicha Adriana juga terletak disana apa benar desicha hamil?

"BI udah Nemu belum resepnya?" tanya desicha yang baru saja keluar kamar mandi dengan rambut yang ditutup handuk

"Bibi" tapi bibinya tidak menyahuti perkataannya ada apa dengan bibinya? Desicha mendekat

"Saya kecewa sama kamu" ia melihat bibinya yang menangis dan membuka kotak yang ia rahasiakan, ah betapa bodohnya  desicha mengapa ia menyimpan kotak itu bersama resep makanan itu???

"BI Acha bisa jelasin"

"Siapa ayahnya"

"Acha Jawab saya"

"Maafin Acha bi maaf" Acha menangis sejadi jadinya ia benar benar merasa bersalah

"Adapa ini?" paman Acha yang mendengar keributan menghampiri kamar Acha

"Lihat mas, ponakan kamu hamil" bibi, memberi bukti bukti yang menguatkan bahwa desicha hamil

Plakk

Desicha mendapat tamparan cukup keras dari pamannya, walaupun sudah biasa tapi tamparan kali ini lumayan sakit daripada biasanya.

"Maafin Acha paman maaf" desicha benar benar terisak dalam tangisnya

"Malu maluin, kamu saya didik supaya jadi wanita bener kok ini jadi jalang, mau ditaruh dimana muka saya Cha mau ditaruh dimana kalau orang orang tau ponakan yang saya rawat sejak kecil jadi wanita murah dan hamil diluar nikah?" paman meninggikan suaranya, berucap keras didepan desicha yang bersimpuh dihadapan bibinya

"Acha gak gitu"

"Terus kaya apa hah? Sama aja kan kamu hamil tanpa suami itu gak ada bedanya sama, jalang goblok" desicha semakin sakit hati ketika pamannya mengoloknya dengan kata yang tak pantas, belum lagi kepalanya dipukul

"Siapa bapaknya? Ayo sekarang juga kita kesana" pamannya sudah menggebu tapi desicha tak berani mengaku

"Kamu diem?siapa bapaknya?"

"Guru baru Acha"

"Dasar murah, besok kita kerumahnya besok juga kamu harus nikah sama dia paman gamau nampung perempuan modelan kamu" setelah mengucapkan kata itu pamanya pergi diikuti oleh sang bibi

Sungguh sakit hati desicha ketika diolok dengan kata yang kurang pantas didengar, andai Alvaro mau bertanggung jawab lebih cepat, andai Alvaro mau menemui keluarganya pasti malam ini tidak akan semenyesakkan ini

***

"Kak alka gue makasih banget ya, gue pamit dulu sekali kali main lah kerumah" elvaira berpamitan pada alka karena malam ini Alvaro sudah boleh pulang

"Iya next time gue bakal maen deh"

"Ka, gue duluan makasih ya" Alvaro hanya berucap sedikit karena tubuhnya masih terasa lemas belum lagi kepalanya yang masih sedikit nyeri

"Yoi, tiati ya kalian berdua" alka melambaikan tangan pada mobil yang dibawa melaju oleh supir pribadinya

"Kepalanya masih sakit bang?" tanya elvaira yang melihat Alvaro meringis menahan sakit

"Dikit doang kok"

"Yaudah buat tidur aja biar besok bisa fit"

"Tapi udah kelamaan tidur El"

"Yaudah merem aja"

"El, hari itu gue terlalu jahat ya?" Alvaro membuka kembali percakapan yang sempat terhenti

"Iya jahat banget masa ada ayah yang mau bunuh anaknya sendiri" elvaira berkata jujur

"Pas gue pingsan gue mimpi El"

"Mimpi apa?"

RUMPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang