Sorry for typo••••
Sudah menginjak hari ke empat Hesa dirawat di rumah sakit setelah siuman, anak itu seringkali menangis karena kepalanya yang terasa sakit. Jihan sampai ikut menangis melihatnya. Dokter mengatakan bahwa Hesa mengalami gegar otak yang cukup parah bagi anak itu dalam jangka waktu yang panjang.
"Dampak dari gegar otak ini bisa mengakibatkan Hesa mengalami Buta arah dan susah untuk menyeimbangkan tubuhnya. Ia akan sering terjatuh tanpa sebab atau limbung tiba-tiba. Hal ini dikarenakan terdapat cidera yang cukup besar pada syaraf pusat nya, namun Hesa masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Kita hanya bisa mengurangi potensi yang berdampak ini secara perlahan,"jelas Dokter spesialis syaraf.
Rasanya Jihan tak tega melihat Hesa yang akan menjalani hidupnya dengan apa yang akan di deritanya nanti. Namun, Jihan sudah bertekad untuk terus berada di sisi Hesa dan menjaganya dengan baik.
"Sayang, tangannya jangan di tekan-tekan begitu. Lihat tangan kanan nya Hesa berdarah kan tadi? Makanya jangan di tusuk-tusuk, nggak sakit kah?"Hesa meringis mendengar ucapan Maminya itu. Sudah di katakan kalau Hesa adalah anak yang berbeda dari yang lain, ia sangat suka dengan bekas luka. Karena ketika di tekan akan menimbulkan rasa yang membuatnya ketagihan. Siapa bilang itu tidak sakit, tapi Hesa juga merasakan sensasi yang membuatnya terus ingin menyentuh luka itu.
"Enak loh Mami..."ujarnya terkekeh gemas. Mulutnya kembali terbuka ketika Jihan menyuapinya buah Apel.
"Hesa harus cepet sembuh biar cepet pulang, nanti Mami beliin apa aja yang Hesa mau,"ucap Jihan sambil mengusap surai Hesa yang terbalut perban itu dengan pelan.
"Esa mauw layangan, waktu kemalin Esa mimpi mayin Layangan sama abang Lifa'i, Esa mauw mayin layangan sama abang Lifa'i yagi,"ucap Hesa di selah kunyahan nya.
"Abang Rifa'i nya Hesa sekarang sudah sekolah, sayang. Nanti Esa mainan nya sama abang Jenan saja ya?"
"Sekolah? Pasti abang Lifa'i seneng deh, sekalang udah bisa sekolah yagi,"Jihan mengangguk dengan senyum indahnya.
"Pasti dong, nanti Hesa pasti juga seneng kalau masuk sekolah,"Jihan mencolek hidung mungil Hesa.
"Esa sekolah juga?"tanya bocah itu dengan mata yang mengerjap lucu.
"Iya, nanti Mami akan antar Hesa setiap hari ke sekolah, pulangnya juga mami jemput. Mami masakin bekal yang enaaaaak banget. Kalau malam Hesa di ajarin bikin pr sama abang dan kakak,"Jihan membayangkan hal tersebut dengan perasaan yang membuncah. Rasanya sudah lama ia tidak merasakan euforia yang amat menyenangkan ini.
"Esa sekolah nya ketemu abang Lifa'i ndak? Soal na Esa ndak punya teman,"tanya Hesa sambil meringis malu.
"Nggak bisa dong sayang, abang Rifa'i kan kelas dua SMP, kalau kamu baru mau masuk SD. Tapi masih lama juga, Hesa masih harus les membaca dan berhitung dulu,"
"Belajal nya sama siyapa Mami?"
"Nanti Dushka yang carikan,"suara berat seseorang menyita atensi ibu dan anak yang tengah asik berbincang.
"Dudu!"seru Hesa senang karena kakeknya itu menepati janji untuk membawakan jelly kesukaannya.
"Gimana kabar cucu Dudu hari ini? Kepalanya masih sakit?"Hesa menggeleng pelan.
"Syudah ndak syakit hihi, jelly na banyak!"pekik Hesa kegirangan. Namun kemudian ia mengedarkan pandangannya, kenapa kakeknya hanya datang sendirian?
"Bubu di mana?"tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】
Fanfiction𝐈𝐚 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐝𝐢 𝐜𝐥𝐮𝐛 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐛𝐮𝐫. 𝐀𝐩𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐚...