Sorry for typo
••••
Hari ini Hesa sudah mulai bimbingan konseling psikologi bersama Naura di ruangan khusus yang di buatkan oleh Sehran untuk tempat Hesa bermain dan belajar. Bocah itu tengah asik mewarnai buku bergambar menggunakan pensil warna dengan Naura yang melipat kertas origami di temani Deondra.
"Miss Naula syekalang pelcaya kan kalauw om Deyon itu pintel bikin bulung dali keltas walna walni,"celetuk bocah itu dengan pandangan tetap fokus mewarnai sambil tengkurap.
"Iya, om Deon pinter ya Sa,"ucap Naura seraya tertawa. Sedangkan Deondra, pria yang lengkap dengan setelan formal itu sibuk membuat berbagai bentuk hewan dan bunga dari kertas origami.
Kenapa pria itu mengenakan jas formal padahal hanya bermain bersama Hesa? Tentu saja karena ia di tarik paksa oleh Jihan, tadinya Deondra sedang pusing dengan rapat dan juga berkas baru yang di perintahkan Sehran. Tapi Jihan menelpon suaminya itu untuk segera mengutus Deon agar datang ke rumah demi Hesa.
"Oh iya, Esa hari ini belum cerita apa-apa loh sama Miss,"Hesa menatap wanita cantik itu kemudian memangku dagunya dengan kedua telapak tangan.
"Sebenalnya Esa tuh ndak syuka di syini,"ucap Hesa sedikit lirih. Deondra menatap anak bungsu dari bos nya itu dengan tatapan ragu.
Naura mengangguk pelan pada Deon memberi kode bahwa tak apa jika pria itu ikut mendengarkan, karena konseling yang di terapkan Naura ini bersifat santai agar Hesa nyaman. Lagipula ini bukan sesuatu yang harus di tangani dengan serius dan tegang, wanita itu sudah melewatkan nya bersama Hesa saat awal-awal mereka bertemu dan membangun hubungan antara guru dan murid sekaligus konsultan dan juga klien.
"Kenapa Esa nggak suka di sini?"tanya Naura yang terdengar santai dan netral tanpa emosi atau perasaan yang berarti.
"Kalena ndak ada Dudu dan Bubu, Papa dan Mama juga ndak ada. Di syini sepi, ndak ada bibi Lili syama paman penjaga. Esa kalau main syendilian, kakak dan abang seling belantem kalau main syama Esa beltiga. Esa ndak syuka,"terang bocah itu. Tak lupa Naura menyalakan tap record untuk dokumentasi serta laporan ke orang tua Hesa jika di perlukan nanti.
"Kan biasanya Esa main juga sama Mami,"ucap Naura membuat Hesa mengangguk kecil.
"Tapi kadang mami juga punya kelja, Esa ndak mauw kacau* waktu Mami. Esa syuka mayin syama Mami, tapi Esa tetap lasa na sepi. Esa juga lindu dengan Bongbong,"
"Ohh Esa pengen nya punya temen?"Hesa menggeleng cepat.
"Dulu Esa biasa na mayin syama abang Lifa'i aja, jadi Esa ndak pelnah punya teman. Esa tuh ndak syuka sepi, kalauwpun Esa ndak punya teman Esa mauw di syini lamai. Esa syuka kalau yihat paman penjaga lewat lewat, bibi maid juga belsyih belsyih. Esa ndak papa mayin syendilian asal semuwa na lamai,"Deon menatap sendu bocah yang merupakan tuan kecilnya. Ternyata bocah berisik yang penuh dengan keceriaan dan kegemasan itu punya kisah sedih meskipun sudah bahagia di rumah megah Alton. Bocah itu kesepian, bukan teman yang ia mau melainkan keramaian.
"Apa Dudu dan Bubu ndak syuka yagi ya Esa di syana kalena Esa bikin abang Mel malah. Esa yihat abang Mel di pukul kakak Iel, telus Esa juga tauw abang Mel juga di pukul Papi. Dudu syama Bubu usil kita ya kalena abang Mel luka?"
"Ayo sini Esa duduk dulu Miss Naura mau ngomong sesuatu,"bocah itu dengan patuh langsung bangkit dan duduk di dekat Naura. Deon sudah lama menghentikan aktivitas nya untuk ikut memperhatikan interaksi dua orang itu.
"Dengerin Miss ya. Papi dan Mami itu tinggal di sini karena Papi ada pekerjaan, lalu kalau Dudu dan Bubu Esa kan ada pekerjaan di luar negeri. Mama dan Papa juga begitu, abang Mel di marahi oleh kak Jemiel dan Papi karena abang Mel bersalah. Dudu dan Bubunya Hesa juga memberi hukuman pada abang Mel, jadi mereka gak mungkin usir Esa dari rumah yang di Jakarta,"terang Naura membuat Hesa menatap lama wajah cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】
Fanfiction𝐈𝐚 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐝𝐢 𝐜𝐥𝐮𝐛 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐛𝐮𝐫. 𝐀𝐩𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐚...