Happy reading:)
Jan lupa tetep ramein komen, siapa tau ada extra part lainnya. Komenku jebol? Its kata kunci untuk masuk ke part selanjutnya
Sorry for typo
••••
Puluhan mobil menderu dibawah gelapnya langit dinihari itu, perkiraan sampai sudah sangat tepat sesuai siasat Alexander. Sehran yang duduk di sampingnya terlihat gusar, ini kalipertamanya terjun dalam dunia yang benar-benar berbeda dari kehidupannya. Namun daripada itu, hasrat membunuhnya lebih besar. Ia bertekad untuk menghabisi Dimitri jika putranya terluka.
Sesuai titik yang sudah di atur Alexander, mereka bergerak secara serentak namun tanpa suara. Pergantian penjaga sebentar lagi dilakukan dan disaat itulah semuanya akan dimulai.
"Fokus Sehran, demi putramu,"ucap Alexander sambil menepuk bahu adik sepupunya itu.
Persenjataan sudah lengkap, Sehran dibekali banyak peluru dan beberapa softgun. Tak lupa beberapa sniper sudah diposisi yang diarahkan Alexander, mereka mengintai bak burung hantu dan siaga memposisikan laras panjang andalan mereka.
Alexander mulai melancarkan aksinya, menumbangkan beberapa penjaga gerbang dengan senjata yang sudah dilengkapi peredam suara. Ia dan regu yang dipimpinnya bertugas sebagai pembuka jalan dan pengamanan bagi sehran dan regunya.
Disisi lain Hanasta yang sudah diberi kabar bahwa kelompok Sehran akan datang, ia segera menghampiri Hesa yang masih terpejam. Wanita itu tak beranjak dari kamar sang anak barang sejenak pun, untuk berjaga-jaga kalau Dimitri tiba-tiba datang.
Tangannya terulur mengusap surai Hesa dengan kaku, "Hesa... Hesa bangun,"ia mencoba membangunkan anaknya meski tidak tahu cara itu akan berhasil atau tidak. Dengan suara gemetar ia tetap gigih menarik Hesa ke alam sadar.
"Hesa bangun! Papi lo- ka--kamu! Papi kamu datang jemput kamu! Ayo bangun Hesa, i-ibu mohon.."entah berapa kali Hanasta mencoba, tak ada tanda-tanda anaknya bangun.
Wanita itu beralih menuju luar kamar melihat situasi yang ada, sepertinya baku tembak sedang terjadi ia berharap Dimitri sedang kewalahan menghadapi Sehran.
Hanasta kemudian kembali menghampiri Hesa, ia mencabut infus yang menancap di tangan putranya dengan hati-hati, ia mengambil cardigan yang sempat dikenakan lalu dipakaikan pada Hesa. Kemudian wanita itu dengan cepat membawa Hesa ke gendongannya dan pergi secara diam-diam melalui pintu yang dipakai pekerja.
Dengan gugup ia bersembunyi menghindari beberapa penjaga yang berlari menuju kamar Hesa, sepertinya Dimitri meminta anak buahnya menahan Hesa dan dirinya di kamar itu. Hanasta memperbaiki letak Hesa dalam gendongannya lalu bergegas mencari jalan keluar, ada banyak lorong dan ruangan di sana. Ia tak begitu hafal tata letak rumah ini. Dengan perasaan takut dan cemas ia mengeratkan pelukannya pada Hesa agar anak itu aman.
Namun belum sempat ia berbelok kearah lorong yang ia yakini sebagai jalan keluar dari situ, sebuah tangan kekar menariknya membuat Hanasta memekik tertahan. Ia memeluk putranya dengan tubuh gemetar.
"Ini saya, Sehran.."ucap pria itu pelan. Hanasta mendongak menatap pria tinggi bertubuh ateletis didepannya.
Benar, dia Sehran. Pria yang menghamilinya, wajah dengan rahang tegas itu baru pertama kali ia lihat secara langsung, setelah insiden one night stand pada malam itu. Entah mengapa hal itu malah membuatnya menangis sambil memeluk Hesa. Iya awalnya menyangka Jeffranlah ayah kandung Hesa, karena yang ia ingat pria yang one nigh stand pertama kali dengannya adalah pria itu, jarak kehamilan dengan kecelakaan itupun dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】
Fanfiction𝐈𝐚 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐝𝐢 𝐜𝐥𝐮𝐛 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐛𝐮𝐫. 𝐀𝐩𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐚...