Hai haiii...
Happy reading ya^^
Sorry for typo
••••
Zwiiiing~~
Zwiiing~~
Suara gumaman dari mulut kecil itu terus terdengar. Bocah dengan apple hair itu sibuk bermain dengan mobil remote dengan sang kakak yang menjaganya di sofa ruang keluarga.
Bruk!
"Yahh Kakak! Yihat mobil na masyuk syana!"seru Hesa sambil menunjuk bawah lemari jam yang di pajang didekat TV.
"Coba sini remote nya,"pinta Jemiel dengan tangan menjulur kearah sang adik.
Hesa menurut dan memberikan remote control pada Jemiel, dengan lihai remaja 17 tahun itu mengeluarkan mobil yang tersangkut dari bawah lemari hanya dengan remote membuat Hesa menatap takjub kakaknya itu.
"Uwahh kakak Iel kelen! Good job blothel!"pekik Hesa dengan suara nyaring. Jemiel tersenyum angkuh kemudian menunjuk pipi kanan nya minta di cium.
Hesa terdiam sejenak memikirkan maksud sang kakak, bocah itu kemudian meringis lalu dengan cepat memberikan kecupan di pipi Jemiel membuat remaja itu salah tingkah.
Hesa kembali bermain dengan mobilan barunya. Ia mengelilingi ruangan megah itu bersama mobilan nya, padahal Jemiel sudah mengatakan untuk tetap bermain sambil duduk karena di remote control tersebut ada layar untuk memantau. Namun namanya bocah pasti tidak bisa diam di satu tempat.
Bruk!
Jemiel yang sibuk bermain ponsel melirik sekilas ketika mendengar suara, ia tampak biasa saja karena tahu mobil mainan Hesa terlihat menabrak beberapa guci keramik.
Bruk!
Jemiel kembali melirik, kali ini sedikit mengernyitkan dahi karena sang adik berlari lari mengejar mobilan yang bocah itu sendiri jalankan.
"Adek jangan lari, gak usah di kejar,"ujar Jemiel memperingati sang adik. Hesa hanya menatap polos dirinya dari kejauhan. Melihat sang adik sudah bermain dengan hati-hati pun Jemiel kembali bermain dengan ponselnya sembari tetap menajamkan telinga.
Zwiiiing~~
Brak!
"Akh!"
Jemiel langsung menatap kesumber suara yang cukup nyaring, remaja itu beranjak tergesah gesah menuju sang adik yang sudah jatuh tersungkur di lantai. Remote controlnya sudah terlepas dan terlempar jauh dari tubuh bocah itu.
"Tuh kan! Kakak dah bilang gak usah di kejar,"Jemiel mengangkat tubuh mungil sang adik yang sudah meringis, sudut bibirnya berdarah karena tergigit dan terantuk ke lantai membuat Jemiel memejamkan matanya menahan emosi, ia sungguh tak suka melihat luka di tubuh adiknya.
"Maid!"panggil Jemiel yang dengan segera di datangi oleh salah satu pelayan.
"Tolong ambilin kotak P3K,"titahnya, pelayan itu langsung pergi mengambilkan yang di minta sang majikan.
"Coba sini lihat bibirnya,"Jemiel mengangkat dagu Hesa yang menunduk, bocah itu tampak tidak merasakan kesakitan sama sekali. Ia hanya diam karena takut dimarahi Jemiel.
"Lihat sampai sobek gini, sakit kan?"
Hesa menatap polos tepat pada netra elang Jemiel, bocah itu menggeleng namun kemudian mengangguk membuat Jemiel mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】
Fanfiction𝐈𝐚 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐝𝐢 𝐜𝐥𝐮𝐛 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐛𝐮𝐫. 𝐀𝐩𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐚...