28 || Duapuluh Delapan

13.4K 1.1K 201
                                    

Cie nungguin, hehe maaf tadi ngerjain pr dulu lah. 🙏😅

Sorry for typo

••••

"Khaella udah berangkat belum ya?"Jenan bergumam sambil merapikan seragamnya. Hari ini pemuda itu bangun lebih awal tidak seperti biasanya, bahkan sejak matahari belum menunjukan tanda-tanda terbit.

Kini ia sudah rapi dengan seragam yang tak lengkap, tidak berdasi, baju kemeja yang di keluarkan serta almamater yang hanya di sampirkan di bahu. Sangat rapi bukan? Bukan.

Pemuda itu memasuki lift menuju lantai satu untuk segera sarapan, ternyata disana ia bertemu dengan Hesa yang ada di gendongan Jihan. Bocah itu menyapa Jenan dengan senyum manis membuat pemuda itu gemas seketika.

"Pagi bocil,"sapa Jenan dengan nada jahil.

"Pagi abang Jenan~"sahut Hesa yang menyandarkan dagunya di bahu Jihan. Posisinya ia di gendong koala dan Jenan berada di belakang Jihan.

"Bajunya gak usah di pakai saja Jen, kamu kayak gak niat pakai baju ya,"ucap Jihan, pemuda yang di singgung hanya terkekeh malu.

"Nanti di benerin kok Mi,"

"Abang Jenan wangiii~"ucap Hesa setelah bocah itu mengendus-endus.

"Weiss mesti dong hehe,"Jenan mendekatkan wajahnya ke telinga Hesa.

"Doain abang ya cil, hari ini mau pdkt an dulu. Ntar pulang abang beliin mainan,"bisiknya pada Hesa.

"Pdkate an itu apa?"tanya Hesa dengan nada bicara biasa. Jihan menengok ke arah Jenan yang memejamkan mata frustasi.

"Heh! Masih sekolah kok udah pacaran. Benerin dulu tuh cara pakai seragam, baru deketin cewek. Kalau berantakan seperti ini mana ada cewek yang mau Jenan,"omel Jihan pada pemuda yang lebih tua beberapa bulan dari putra sulung nya.

"Hehe, Mami kayak gak tau anak muda aja. lagian kata Dushka, dapetin Cewek itu harus jadi diri sendiri dulu. Dan Jenan nih udah jadi diri sendiri Mami,"sanggah Jenan dengan senyum Pepsodent.

"Pacal? Waaa abang Jenan macam beal nya Masya! Meleka pacalan, kalau beal nya masya itu bawa bunga untuk beal cantik,"ujar Hesa dengan semangat. Jenan jadi punya ide karena ucapan Hesa.

"Hesa ih jangan tau pacar-pacar an! Masih kecil,"omel Jihan.

Hesa meringis menatap sang ibu, "Esa ndak pacalan Mami, tapi beal nya Masya. Abang Jenan juga tuh,"jari mungil bocah itu menunjuk Jenan.

Lift pun terbuka membuat mereka bergegas untuk keluar. "Abang minta cokelat kamu ya cil, ntar pulang abang ganti sama mainan,"ucap Jenan dengan berbisik. Hesa pun mengangguk.

"Oke abang,"

.

.

.

Dengan mengendarai mobil sport kesayangan nya itu, ia mulai menginjak gas meninggalkan pekarangan rumahnya. Jenan melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kekarnya. Jam masih menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit, dimana selama Jenan bersekolah di SMA Astrea Prima Darana baru kali ini ia berangkat sepagi ini. Ya gimana nggak berangkat pagi-pagi? Kan mau modusin cewek.

【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang