32 || Tigapuluh Dua

11.5K 1.1K 196
                                    

Sorry for typo

••••

Seperti biasanya rumah besar Alton itu di penuhi suara televisi yang menggema. Ruang tengah yang berserakan mainan milik bungsu keluarga itu bisa membuat siapa saja yang datang dari luar akan terinjak karena tak jeli melihat banyaknya mainan kecil yang di susun sepanjang jalan dari pembatas ruang tamu dengan ruang keluarga hingga menuju tangga dekat lift.

Televisi di ruang keluarga memang menayangkan kartun UpinIpin nya sejak tadi, namun bocah yang menjadi penggemar nomor satu kartun tersebut malah sibuk bermain dengan mobil-mobilan kecil yang berjumlah ratusan itu. Tak ada yang berani menegur bahakan Jihan membiarkan asal putra bungsunya senang.

Mariel baru saja pulang dari kuliahnya dan berjalan gontai dengan raut angkuh seperti biasa.

Krek!

"Oh fuck!"

Hesa menatap tiga mobilan nya yang hancur terinjak sepatu mahal milik mariel dengan mata berkaca-kaca. Ia sudah menangis, tapi isakan nya tertahan karena umpatan dan wajah marah Mariel.

"Lo tau tempat gak sih! Ini mainan sampah lo ngehadang jalan gue anak setan!"sergah Mariel dengan tajam membuat Hesa bergetar menahan takut.

"Gak tau malu banget, lo tuh cuma anak haram yang gak guna di pungut keluarga ini, gak usah seenaknya!"Mariel kembali berucap kasar tak peduli dua bodyguard yang di tugaskan menjaga Hesa berada di sekitar mereka dan tentu saja mendengar dengan jelas.

"Ma..af hiks... hiks..."

"Diam lo!"sentakan Mariel membuat Hesa menelan kembali tangisnya. Dua penjaga Hesa tidak berani menyelamatkan majikan kecilnya sebab Mariel juga punya status sebagai pewaris utama keluarga Alton.

Kaki jenjang itu menendang barisan mobil-mobilan kecil milik Hesa hingga berserakan tak tentu arah. Hesa hanya mampu bergetar ketakutan dan menahan tangisnya. Satu orang yang sangat ia butuhkan saat ini adalah sang Mami.

"Jangan ada yang ngadu tentang hal ini, atau kalian bakal habis di tangan gue!"ancam Mariel ada dua bodyguard Hesa yang hanya mampu menunduk.

Pemuda itu menabrak kasar tubuh Hesa hingga terduduk dengan keras. Tanpa peduli dengan perbuatan buruknya, Mariel melanggang pergi menuju kamarnya di lantai dua.

"Tuan kecil, ayo berdiri,"seorang bodyguard segera menghampiri Hesa dan mencoba menenangkan bocah itu.

"Hiks... hiks... Huaaaa hiks... Mami..."Hesa menangis tersedu-sedu sambil menenggelamkan wajahnya di bahu kekar bodyguard muda tersebut.

"Tenanglah tuan kecil, kami di sini. Maaf tidak bisa berbuat apa-apa,"ucap bodyguard yang lain sambil mengusap punggung kecil Hesa.

"Dim, mending kita bawa ke Nyonya Jihan saja,"ucap pria itu pada temannya yang menggendong Hesa.

"Jangan, kita mau jawab apa kalau Nyonya tanya? Mending lo panggil Rania deh, pasti dia bisa nenangin tuan kecil,"sahutnya.

"Tuan kecil kenapa?!"Rania datang dengan panik sambil membawa botol dot berisi susu untuk Hesa.

"Tadi tuan muda Mariel pulang terus keinjek mainan nya tuan kecil, habis itu dia malah marah-marah sama ngata-ngatain tuan kecil, kasar banget,"Rania hanya mampu menghela nafas sedih, mereka yang berstatus pelayan rendahan mana bisa melawan tuan mereka hanya untuk membela tuan yang lainnya.

Rania mengambil Hesa gendongan Dimas dengan pelan, salah satu bodyguard muda yang menjaga Hesa di rumah. Di bawanya duduk ke sofa depan televisi dengan sedikit di bisikan kata-kata penenang.

【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang