54 || Limapuluh Empat

6.1K 679 68
                                    

Sebelum baca part ini kalian baca ulang part sebelumnya yaa supaya gak lupa😅🙏

Hawooo, akhirnya masa Hiatusku sudah berakhir dan waktunya aku untuk melanjutkan cerita Hesa yang belum selesai.

Ada yang kangen aku gak nih???

Hehe becanda, aku tau kalian kangen aku. Sampai tiap hari adaa aja yang nanyain kabar aku, manggil aku, nyariin aku. Hehe kalian so sweet.

Makasih ya yang sudah mendoakan aku yang baik-baik. Makasih juga yang udah mengkhawatirkan aku. Aku baik-baik saja dan sangat sangat baik meski di timpuk banyak beban perkuliahan beberapa bulan ini sampai bikin aku Hiat. Tapi berkat doa kalian aku bisa menyelesaikan semuanya.

Dan sekarang waktunya aku bayar semua rindu kalian dengan up cerita si comel kita HESA xixixi.

So~ Happy reading..

Sorry for Typo.

________________________________

Mobil Rubicon hitam terparkir di depan lobi kediaman Alton. Sosok pemuda yang sudah lama tak terlihat eksistensinya di istana megah tersebut membuat beberapa pekerja memberi afeksi penasaran. Mariel, putra pertama Jeffran itu entah apa alasannya pulang saat Hesa masih tinggal di mansion tersebut.

"Tidak perlu diparkir digarasi, saya tidak menginap,"ucap cucu sulung Alton itu.

"Baik tuan muda,"seorang penjaga yang menunggu kunci mobil milik pewaris utama Alton.

Pemuda berdarah campuran Belanda-Russia itu berjalan pelan menelusuri lobi, hatinya belum tenang sama sekali saat menginjakkan kaki dimansion tempat tinggalnya. Bukannya ia tak tahu keberadaan Sehran yang berlibur bersama keluarga kecilnya disini, hanya saja ini kesempatan baginya untuk bertemu dan meminta maaf pada Hesa. Atau jika dirinya beruntung, ia bisa segera memperbaiki hubungannya dengan Hesa.

Jantungnya sejak tadi berdegup kencang ketika melangkah melewati pintu utama. Suasana nyaman dan tentram yang sudah lama tak ia lihat kini menggetarkan hatinya. Sudah lama ia tak menghirup aroma familiar yang menjadi khas di kediaman Alton.

"Esa mauw puding na yagi bibi Lili,"suara khas anak-anak pertama kali menyapa rungu Mariel ketika langkahnya sampai di dekat ruang keluarga.

"Puding cokelat nya sudah habis, tuan kecil. Puding buah saja ya?"tawar seorang perempuan yang Mariel yakini bahwa ia adalah pengasuh Hesa.

"Ndak jadi aja kalauw gitu, Esa mauw mayin aja,"inner si kecil menangkap sosok yang sudah lama tak ia temui membuat koleksi hotwheels di tangannya terjatuh. Hal itu mengalihkan atensi Dimas dan Aldo yang sejak awal berjaga didekat Hesa.

Rania mengambil tindakan untuk mendekati si tuan kecil untuk berjaga-jaga jika terjadi penyerangan dari sosok pemuda yang mereka lihat. Tidak ada salahnya kan jika berwaspada?

"Hesa.."panggil pemuda itu lirih, lidah nya kelu saat netranya bersitatap dengan netra kelam bocah yang berada cukup jauh dari tempatnya berdiri.

Setelah lama berpikir untuk mengambil tindakan, Mariel memilih mendekati Hesa dengan senyum kakunya. Rasa bersalah masih menyelimuti hatinya sehingga membuat pemuda itu enggan untuk membuat bocah di depannya merasa tak nyaman.

Namun langkah Mariel disalah artikan oleh Rania dan dua penjaga setia Hesa. Begitupun Hesa yang refleks mundur ketika sosok di depannya mendekati dirinya.

【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang