Tes tes.. Ekhem, HAII GESS..
I'am back,, tapi maaf baru bisa up 1 part doang😭
Btw nanti habis baca tolong baca sampe habis pesanku di bawah yaa, soalnya penting banget!! Jan sampe gak baca.
Happy reading:)
Jan lupa ramein tetep ramein komen yaa:(
Maaf banget kalau banyak typo:( aku gak sempet revisi:(
••••
Suasana mansion begitu sepi, Jemiel berjalan pelan ke area ruang keluarga. Pagi ini dia memaksa untuk ikut sekolah padahal tubuhnya masih sangat lemas. Ia bahkan jarang meminum obat yang di resepkan dokter, padahal Rabella sangat mewanti-wanti anak itu agar rutin minum obat dan istirahat yang cukup.
"E-eh! Jem!"pekik Jenan ketika Jemiel ambruk di lantai. Remaja itu tentu selalu menjaga Jemiel, ia ikut izin ketika tahu dari Ershan bahwa adik sepupunya ini pulang di tengah jam pelajaran yang berlangsung karena mengeluh sesak.
Jenan menepuk pipi Jemiel dengan panik, "Jem bangun! Ma! Mama! Ma Jemiel pingsan Ma!"teriaknya yang kemudian mendatangkan banyak pekerja bersama Rabella yang berlari tergopoh-gopoh.
"Yaampun, Jemiel! Nak! Tolong Jenan panggil dokter Erza,"Rabella meminta penjaga untuk membawa Jemiel ke kamarnya.
Wanita itu memang tetap berada di Jakarta untuk mengurua Jenan dan Jemiel, ditambah Jemiel yang juga terlihat stress karena hilangnya Hesa. Sedangkan Jessica bersama Yuzar berada di Surabaya untuk menemani Jihan yang tentunya juga terguncang.
Butuh waktu 15 menit bagi Dokter Erza untuk sampai ke kediaman Alton. Ia membawa peralatan lengkap serta tak lupa tabung oksigen portabel karena Jenan sempat mengatakan bahwa Jemiel juga mengalami sesak nafas.
Jarum infus kembari tertancap di tangan Jemiel bersama dengan nasal canula yang bertengger di hidung mancungnya. Penanganan sesak nafas yang di alami Jemiel tidak terlalu membuat dokter muda yang bekerja untuk Alton itu kuwalahan, namun durasinya cukup lama hingga pemuda itu bisa di pakaikan nasal canula saja. Hal itu membuat Rabella harap harap cemas dengan diagnosa dokter, sejak tadi ia merasa bingung harus mengabari Jessica atau tidak.
"Bagaimana, dok?"tanya Rabella ketika dokter Erza selesai memberi penanganan.
"Saya menemukan beberapa gejala penyakit tifus pada tuan muda Jemiel, hal ini bisa di karenakan stress yang membuat sistem imun pada tubuh melemah sehingga mempernudah penyebaran virus atau bakteri di dalam tubuh. Sesak nafas yang di alami tuan muda juga bisa jadi disebabkan karena suhu tubuhnya," Dokter Erza menjeda penjelasannya melihat reaksi Rabella yang nampak cemas dan prihatin, "Saya sudah memasukan antibiotik pada cairan infus tuan muda, selanjutnya kita perlu memantau perkembangannya. Apabila gejala yang di alami lebih parah, maka tuan muda harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit,"sambung dokter muda itu.
"Kalau begitu saya minta agar dokter tetap siaga disini untuk memantau perkembangan Jemiel, penjaga juga akan siaga di luar kalau-kalau situasi darurat terjadi,"ucap Rabella yang di patuhi dokter muda itu.
Rabella menghampiri ranjang Jemiel yang kini terlihat sangat pucat, baju seragamnya sudah diganti dengan baju yang lebih nyaman. Jenan sendiri yang menggantikannya. Sekarang remaja yang merupakan putra bungsu Rabella itu tetap berjaga disamping Jemiel menunggu sepupunya sadar.
Rabella mengelus surai Jemiel dengan lembut menyalurkan kehangatan yang ia miliki untuk keponakannya itu, ia juga mengusap bahu Jenan untuk menenangkan kecemasan sang anak, "Adek, Jemiel kena gejala tifus, nak. Maaf ya, kamu gak di bolehin deket-deket Jemiel dulu, potensi menularnya cukup tinggi. Kamu belum suntik antibodi bulan ini,"ucap Rabella membuat Jenan menatap sang ibu dengan raut sedih.
![](https://img.wattpad.com/cover/301258257-288-k487865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】
Fanfiction𝐈𝐚 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐝𝐢 𝐜𝐥𝐮𝐛 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐛𝐮𝐫. 𝐀𝐩𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐚...