Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Ersan)
Sorry for Typo:)
_________________________
Denting piano menggema di ruangan besar berisi ratusan fotografi hasil jepretan tuan muda Jemiel. Jemari pemuda itu menari dengan lentik menghasilkan dentingan indah, membuat sahabatnya yang sedari tadi berada di sana sangat menikmati lagu tersebut sambil melihat koleksi kamera mahal milik Jemiel.
Tepat ketika jari Jemiel selesai menekan tuts dan lagunya berakhir, Ersan berbalik menatap punggung Jemiel.
"Jadi pada dasarnya lo gak benci dia kan? Lo cuma belum bisa nerima aja ada orang baru di hidup lo,"ucap Ersan membuat Jemiel berdecak kesal.
"Gue gak akan bisa nerima dia, Never! Gue juga gak benci sama dia. Why i must hate that kid? Gue gak suka ada orang baru--
"Jem stop! Gak perlu ngelak, lo gak sadar kah dari sikap lo yang dingin tapi tetap gak ngebiarin bocah itu kesusahan? Itu udah kelihatan banget kalau lo sebenarnya belum terbiasa. Lo cuma kadang-kadang cemburu karena tante Jihan sekarang lebih banyak perhatian ke tu bocah dari pada ke lo,"potong Ersan. Pemuda itu cukup jengah dengan keluhan Jemiel yang jelas-jelas lebih terlihat seperti seorang kakak yang cemburu pada adiknya.
"Apa salahnya buka sedikit hati lo, lihat sesuatu yang baik dari kehadirannya. Sejak dulu lo berharap Tante Jihan kembali seperti dulu, dan yeah... take a look, tante Jihan terlihat berbeda. Dia jadi lebih ceria dan bersemangat, gue bahkan baru kali ini lihat rona di wajah tante Jihan. Apa lo gak bahagia lihat semua itu?"lanjut Ersan yang membuat Jemiel hanya mampu merenung.
"Jem, punya adik itu gak seburuk yang lo kira. Coba aja tanya bang Mariel, sekesal apapun dia sama Jenan. Sedikit banyaknya dia pasti sayang sama Jenan, because they are brothers,"lanjutnya lagi.
"Gue takut kenyataan nya gak sesederhana itu..."lirih Jemiel.
"Lo tau? Ernest Hemingway pernah bilang ‘To write about life you first have to live it.’ (Untuk menulis tentang kehidupan pertama-tama kamu harus menjalaninya.)
Jadi, lo gak akan tau kalau lo belum jalan sama sekali. Lagipula, seandainya ada hal buruk yang lo takutin terjadi, lari bukan pilihan yang bagus. Lo harus hadapi dan ambil sikap dewasa,"Ersan menepuk pundak Jemiel ketika remaja itu mendekat.
"Tuhan gak pernah menciptakan anak haram, Jem. Yang membuat mereka terlihat seperti itu adalah orang tuanya, kita gak pantes memberi label ke anak yang bahkan gak bisa milih jalan hidupnya sendiri,"