Sorry for typo
••••
Langit yang kelabu pertanda petang telah tiba dan akan segera di hampiri sang malam. Mata boba yang bengkak itu terbuka beberapa menit lalu, namun keheningan masih setia menghiasi kamar. Bocah kecil itu menghela nafasnya sesak, tak ada siapapun di kamar itu rasanya tak menyenangkan.
Air mata kembali keluar membuat sungai kecil seakan enggan menghilangkan jejak. Ringisan serta isakan kecil menjadi nada yang mengalun di kamar tersebut sementara seseorang masih fokus membersihkan tubuhnya di kamar mandi.
Hesa mendudukan dirinya dengan sedikit meremat selimut tebal, ia menangis pilu. Hatinya sedang tidak baik-baik saja, sedihnya bukan sesuatu yang bisa ia ungkapkan dan abaikan begitu saja. Sosok yang ia tunggu bahkan tidak kunjung muncul dari pintu kamar yang terus ia tatap sejak ia bangun.
Sehran kini sudah terlihat lebih segar, dengan mengenakan kaos putih polos dengan celana training hitam dan rambut yang masih sedikit basah dirinya keluar dari wardrobe miliknya. Hingga suara batuk-batuk kecil menyadarkan pria itu untuk segera menghampiri sumber suara.
Langkah panjang nya mulai mendekati ranjang tempat sang anak membelakanginya, karena pergerakannya yang tiba-tiba itu membuat Hesa terkejut di sela tangisnya. Namun kini ia sadar kalau sedang digendong Sehran, maka bocah itu langsung memeluk erat leher sang ayah dengan tangis yang tak kunjung reda.
"Ada apa?"suara Sehran terdengar lembut dan menenangkan.
"Ma-mi.... ma-na?"lirih bocah itu dengan suara serak.
"Ibumu sedang dalam perjalanan pulang, tenanglah,"bisik Sehran.
"Katanya sebental hiks... hiks... Ta-tapi na lama hiks... hiks..."
"Papi akan larang Mami pergi kecuali membawamu, jadi berhentilah menangis. Sejak siang tadi kau terus menangis, nanti sakit,"pria itu berjalan menuju balkon untuk mencari udara segar di sore hari berharap membuat tenang sang putra.
Sehran bersenandung kecil sambil mengelus punggung Hesa, biasanya hal ini di gunakan Jihan untuk menenangkan Hesa yang tantrum. Dan hal itu ternyata ampuh, tangis Hesa mulai reda meskipun nafasnya masih terdengar sesenggukan.
"Susu?"bocah itu menggelengkan kepalanya menolak tawaran Sehran.
"Lihat jalan raya yang ada di sana,"tunjuk Sehran pada jalan panjang yang jauh dari mansion. Tubuh Hesa ia dudukan di pangkuannya ketika pria itu duduk di sekat balkon.
"Mami ada di sana, mobilnya sedang berjalan menuju kemari,"
"Jam belapa sampainya?"cicit Hesa sambil menggigiti kuku ibu jarinya.
Sehran pura-pura memeriksa jam di pergelangan tangan nya. "Jam lima sore, berarti tiga puluh menit lagi. Bagaimana kalau mandi? Setelah selesai nanti Mami mu akan sampai lebih dekat,"
"Nanti kalauw Esa mandi, Mami cepat pulang?"Sehran mengangguk kaku, sejak tadi bahkan ia belum mendapat balasan pesan dari sang istri.
"Esa mauw mandi dengan bibi Lili,"
"Dengan ku saja biar bajumu Rania yang siapkan,"ucap Sehran yang hanya di turuti Hesa.
Pria itu kemudian membawa putranya masuk kembali kekamar dan mulai membuka seluruh pakaian yang di kenakan Hesa, tak lupa pergi menuju interkom untuk meminta pelayan membawakan baju dan perlengkapan Hesa ke kamar pria itu.
Sehran menurunkan Hesa di bathtub, keran yang di hidupkan dengan air yang mulai memenuhi bathtub. Begitupun shower yang di arahkan ke tubuh mungil tersebut tanpa aba-aba membuat respon tubuh Hesa menggigil.

KAMU SEDANG MEMBACA
【 𝙃𝙚𝙨𝙖 】
Fanfic𝐈𝐚 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐝𝐢 𝐜𝐥𝐮𝐛 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐛𝐮𝐫. 𝐀𝐩𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐚...