Hendery tertawa menggelegar, membuat gemuruh langit cerah di sekitar Sekolah Sofia siang ini. Dia berdiri di tepi rooftop yang biasa ia gunakan sebagai tempat persembunyiannya. Tangannya terbuka lebar, menarik nafas dalam-dalam dan kembali tertawa sangat bahagia. Salah satu misinya untuk mendekati Karin sebentar lagi terwujud, karena berita tentang Karin yang dicampakkan Katon beberapa hari lalu masih terus saja diperbincangkan. Tak bisa dipungkiri Hendery, selain menjadi mantan calon pengantin Katon, Karin juga memiliki pesona tersendiri yang mampu menarik perhatian semua laki-laki termasuk para bangsawan iblis."Kamu harus bergerak cepat," ujar Erna yang entah kapan muncul.
Hendery dan Erna memang berbagi tempat persembunyian yang sama karena secara tak sengaja mereka memiliki tempat tujuan yang sama.
"Sudah banyak yang mengincar Karin," tambahnya.
"Tentu," Hendery turun dari tempatnya berdiri, "Dia adalah mantan calon pengantin Bagaskara, salah satu petinggi di sini." timpal Hendery, melirik Erna dengan senyum sinis, "Tidak sepertimu, yang dicampakkan oleh bangsawan rendahan,"
Erna nyengir kuda. Dia sudah tahu tabiat Hendery yang tak pernah bicara manis padanya, "Tapi dia dicampakkan. Tidak ada bedanya denganku,"
Hendery tertawa sambil mengangguk, "Aku heran kenapa Karin percaya denganmu?" ucapnya, "Padahal kamu sangat menakutkan," bisik Hendery pelan di sebelah telinga Erna.
"Karena aku satu-satunya temannya,"
Hendery menepuk pelan pundak Erna, dengan senyuman bangga, "Kamu benar-benar menjadi dirimu sendiri," Dia menumpukan kedua tangannya pada dinding pembatas, "Para gadis tak perlu lagi menyusun rencana untuk menghabisi Karin. Dia sudah jatuh sendiri oleh Katon,"
* * *
Semua orang kini berani berdesas-desus langsung bahkan di depan Karin. Mereka tak peduli jika Karin mendengar nyinyiran mereka, karena hari yang para gadis tunggu telah datang. Kabar Karin yang dicampakkan sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah, membuatnya menjadi bahan gunjingan dan tak ada satu pun siswi yang mau meliriknya. Tentu kecuali Erna, satu-satunya teman Karin yang masih setia mendampingi Karin.
"Ini yang terjadi padaku di hari pertama aku datang, Rin," hibur Erna, walaupun dia tak yakin kalimat penghiburnya ini tepat atau tidak untuk menyenangkan hati Karin.
"Bedanya tak ada yang senang, karena mereka tak peduli dengan mantanku yang rendahan itu," tawa Erna getir.
Karin terpantau hanya diam, dan sudah beberapa hari dia irit bicara bahkan kepada Erna. Hari-harinya dia habiskan dengan bersekolah lalu pulang tanpa ingin mampir kemana pun. Padahal biasanya dia dan Erna sering mampir ke suatu tempat hanya untuk menghibur diri atau berbelanja bersama.
"Aku tetap di pihakmu, Rin," Aldo yang tiba-tiba saja sudah duduk di samping Erna.
Erna berseru mengucapkan sumpah serapah karena Aldo selalu mendadak datang tanpa ijin atau pun diminta.
"Tapi tetap saja Stefani yang menang," seloroh Erna. "Dasar wanita tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia bangga bermesraan dengan calon suami orang," umpatnya sangat kesal.
Walaupun Erna sangat membenci Stefani, tapi nyatanya para gadis justru menganggumi dan mendukung Stefani seutuhnya untuk bisa merebut Katon. Bagi mereka daripada Katon menikah dengan manusia Alfansa biasa mending Katon menikah dengan sesama bangsawan iblis sekasta, yaitu Stefani Maura.
"Tapi kamu senang, kan?" tanya Aldo dengan tatapan sinis ke Erna, "Akhirnya ada yang bernasib sama sepertimu?"
Erna langsung mengangguk mantap, "Ya! AKU SANGAT SENANG. Puas?"
Baik Hendery maupun Aldo selalu tak sopan membaca pikirannya bahkan kali ini Aldo telah lancang mengutarakan isi pikirannya di depan Karin.
Erna melirik Karin untuk melihat reaksi temannya itu. Tapi nihil, Karin tetap tak merespon melainkan memilih fokus pada makanannya yang sedikit lagi habis. Hati Karin sudah lebih dari sakit akibat pengkhianatan yang dilakukan Katon, jadi sekarang tak ada apapun yang bisa membuatnya lebih sakit daripada itu.
"Boleh aku gabung?" Hendery, yang sebenarnya sudah Erna awasi gerak-geriknya dari jauh mulai mendekat. Tatapannya lebih teduh dari tatapannya saat berdua saja dengan Erna, hingga membuat Erna muak.
Hendery mengambil duduk di samping Karin, mencondongkan tubuhnya pada gadis itu, "Hai Karin,"
* * *
"Dasar iblis licik," umpat Stefani saat memperhatikan gerak-gerik Hendery dari kejauhan.
Katon duduk di sebelahnya, menyeruput pelan-pelan minuman yang masih hangat.
"Lihat, dia berusaha mendekati Karin," tambah Stefani.
"Dia tidak akan mendapatkannya," ucap Katon tanpa ikut memperhatikan Hendery. "Karin sudah masuk dalam jeratku,"
Stefani tersenyum sinis, "Kenapa kamu membawanya ke sini jika tidak ingin menikahinya?"
Katon balik tersenyum, "Nyawanya di Alfansa sudah terancam karenaku,"
"Tapi di sini para gadis juga mengincarnya. Termasuk aku,"
Katon mengelus pelan punggung tangan Stefani, "Untuk apa? Toh aku tetap milikmu, kan?"
Stefani membalas dengan senyuman manis dan mulai memandangi mata Katon yang hitam legam, "Matamu tidak berubah," ucap Stefani heran, "Apa yang membuatmu begitu marah?"
Stefani, yang telah berpacaran dengan Katon selama puluhan tahun tentu hafal. Mata hijau zamrud milik Katon akan berubah hitam legam saat dia marah.
![](https://img.wattpad.com/cover/324061636-288-k932472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil's Love Trap [END]
FantasyMenikah atau ibunya mati. Karin harus memilih salah satu. Katon Bagaskara telah menandainya sebagai calon pengantin, semenjak Karin masih dalam kandungan ibunya. Dan kini, demi menyelamatkan hidup sang ibu, Karin terpaksa pergi meninggalkan kehidup...