Bab 39

1.9K 108 0
                                    


"Biar aku yang mengeluarkan Karin dari sana," tawar Erna, membuat terkejut semua orang yang berada di dalam ruangan itu.

"Maksudmu apa? Kamu nggak akan bisa selamat di sana!" seru Aldo.

"Aku tahu," Erna mengepalkan kedua tangannya. "Tapi kalian tak akan bisa menemukan Karin. Karena ... Hendery pasti menutupi keberadaannya, kecuali dariku,"

"Di sana sangat berbahaya, apalagi untukmu yang tak memiliki pelindung maupun seorang suami," Kali ini giliran James yang bicara.

Erna lipat bibirnya. "Tapi ... "

Dia sengaja memutus ucapannya sambil menimbang perlukah dia utarakan semuanya. Namun sudah kepalang tanggung, dia sudah setengah jalan dan Katon pasti sudah tahu apa yang dia pikirkan.

"Semua salahku," ucap Erna singkat.

"Harusnya aku tidak menjebak Karin untuk menemui Hendery. Aku tak menyangka dia akan menculik Karin hingga hari ini,"

Semua hanya terdiam mendengar ungkapan Erna. Meski apa yang dilakukan Erna salah, namun tak ada yang berani berkomentar apapun.

Bahkan Katon memilih diam, menatap tajam ke arah Erna seperti berusaha menemukan secuil penyesalan di dalam diri Erna. Namun seperti yang sudah-sudah, pikiran Erna sulit ditembus. Untuk seseorang seperti Katon yang bisa dengan mudah membaca pikiran manusia Alfansa, fenomena Erna ini sungguh diluar kebiasaan.

Jika Karin mendapatkan kemampuannya setelah menikahi Katon, Erna sebagai gadis tanpa pelindung dan dicampakkan seharusnya tak bisa menutupi tabirnya. Dan karena hal inilah, Katon memilih setuju dengan rencana Erna.

"Baiklah, kamu boleh mencari Karin. Tapi dengan satu syarat," ucap Katon.
Erna diam menunggu dengan harap-harap cemas.

"Kamu bawa dia denganmu," Katon mengisyaratkan cerberus untuk maju.

Anjing hitam besar itu maju ke depan mendekati Erna dengan mata hitam legam dan geraman yang tak berhenti.
Erna tanpa sadar mundur selangkah, merasa takut melihat seekor anjing sebesar itu.

"Dia bisa menembus hutan terlarang, tapi tanpa petunjuk, dia tetap tak akan bisa menemukan Karin," jelas Katon.

"Dia akan menjagamu dari jauh dan akan maju saat kamu dalam bahaya,"

Erna mengangguk ragu. Meski dia senang ada yang melindunginya, namun mengingat anjing milik Katon ini memiliki paras menyeramkan dengan gigi taring yang tajam dan mata hitam, membuat nyali Erna menciut.

"Aku akan menghubungimu kalau sudah menemukan Karin,"

"Tak ada ponsel yang berfungsi di sana," sahut Aldo.

Lelaki itu memang selalu senang menyela apapun yang sedang dibicarakan Erna. Erna hanya menatap jengkel pada Aldo.

Ketika Erna akan mempersiapkan diri untuk pergi ke hutan terlarang, Serena maju membawakannya celana panjang dan sweater tebal. Dia menyerahkannya pada Erna dengan raut khawatir.

"Kamu yakin?" tanya Serena.

Erna mengangguk mantap sambil menerima pakaian itu.

"Meski tak berguna, tapi sepertinya hanya aku satu-satunya sekutu Hendery, jadi tak mungkin dia menyakiti gadis tak diinginkan sepertiku," hibur Erna sambil tertawa.

Meski begitu, Serena tak menganggap itu semua lucu. Wajahnya serius dan khawatir menjadi satu.

"Aku pernah berhubungan dengan keluarga Damon, dan aku mengenal Hendery. Mereka semua tak pernah ramah dengan siapapun," cerita Serena.

"Mereka bahkan tak segan menyakiti orang yang menghalangi jalan mereka,"

Erna terdiam. Meski tak benar-benar mengerti maksud cerita Serena, namun bagi Erna, Hendery tetaplah temannya sama seperti Karin. Bahkan, lelaki itu selalu ada untuknya.

"Terima kasih sudah mengingatkanku," ucap Erna tulus.

Setelah berganti pakaian, dia bergegas pergi menuju hutan terlarang dengan cerberus yang mengawasinya.

* * *

Erna berkali-kali mencuri pandang pada cerberus yang terus berjalan mendampinginya hingga mereka sampai di belakang sekolah, dimana gerbang masuk hutan terlarang berada. Dia merasa sedikit ngeri, seakan anjing itu siap mencabik tubuh siapapun yang mengganggu tugasnya. Maka ketika Erna ingin menghubungi Hendery sebelum masuk ke hutan terlarang, tak jadi dia lakukan akibat pengawasan ketat dari cerberus. Anjing magis itu seakan sudah diatur sedemikian rupa oleh Katon untuk tak berkompromi terhadap pengkhianatan.

"Aku masuk dulu, jangan dekat-dekat!" seru Erna kepada cerberus yang hanya menanggapi dengan geraman.

Kemudian anjing itu masuk lebih dulu ke dalam gelapnya hutan.

Ketika sosok cerberus sudah tak terlihat lagi, Erna buru-buru menghubungi Hendery karena seperti kata Aldo, dia tak bisa menggunakan ponselnya di dalam hutan terlarang.

Namun hingga bunyi terakhir, Hendery tak kunjung mengangkat teleponnya. Erna menggerutu kesal lalu bergegas masuk ke dalam hutan sebelum cerberus mulai curiga.

Tanpa disadari oleh siapapun, baik Erna maupun cerberus, sosok Stefani sudah mengamati mereka dari kejauhan. Lalu ketika Erna mulai masuk ke dalam, dia tersenyum licik penuh maksud. Stefani mulai menghilang perlahan entah kemana.

* * *

Karin mendongakkan kepalanya ketika Hendery membawa sesuatu di tangannya. Lelaki itu berjongkok untuk memberikan segelas air putih kepada Karin yang tersungkur lemas.

"Setidaknya bertahanlah hingga hari ini," kata Hendery. "Katon sedang bersiap menyerang,"

"Ini segelas air putih atau racun?" tanya Karin sangat lemah dan memprihatinkan.

"Racun. Untuk membunuhmu dengan cepat," seloroh Hendery santai.

"Aku menyesal pernah berkencan denganmu!" seru Karin kemudian membuang segelas air itu begitu saja.

Bunyi pecahan kaca tak terhindarkan, beradu keras dengan lantai kayu.

Hendery hanya menyeringai melihat respon Karin. Dia langsung bangkit berdiri, membuka pintu seakan menyambut seseorang yang datang.

"Gimana? Kamu sudah dengar kan?" tanya Hendery pada sosok Stefani yang berdiri angkuh di depan pintu rumah pohon itu.

Dia tersenyum sangat puas, bahkan bertepuk tangan sambil mendekati Karin.

"Oh, jadi selama ini kalian memang berkencan ya? Dugaanku nggak salah,"

Stefani tertawa puas dengan kaki yang sengaja disandingkan dengan wajah Karin yang tergeletak tak berdaya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Hendery.

Stefani segera menghampiri Hendery. "Katon sudah bergerak. Dia memerintahkan cerberus untuk mencarimu," ucapnya.

Kemudian dia menoleh ke arah Karin. "Akan kuulur waktu mereka," tambahnya dengan senyum licik.

Dia lalu pergi keluar dari rumah pohon lalu pergi menghilang begitu saja.

The Devil's Love Trap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang