Bab 28

1.8K 118 0
                                    


"Aku mencintainya," Albert menahan nafas hanya untuk mengucapkan kalimat itu.

Wanita itu terdiam, meski matanya berkaca-kaca menahan tangis. "Apa aku sudah tak punya kesempatan?" tanyanya.

Albert meraih tangan wanita itu pelan. "Aku tak akan meninggalkannya. Dia mengorbankan semua untukku,"

"Kenapa?" Wanita itu masih tak mengerti. "Kamu mencintainya hanya karena dia melepaskan statusnya untukmu?"

Albert menggeleng cepat. "Maafkan aku,"

Wanita itu menutup wajahnya, terisak pelan. Albert menjadi kikuk, tak tahu harus berbuat apa. Dia memutuskan mengelus pelan pundak wanita itu.

"Albert, dia akan menua sama sepertiku,"

Albert mengangguk. "Aku senang dia menjadi sepertiku," Albert tersenyum. "Maafkan aku. Sebaiknya kamu melupakanku saja," ucap Albert dengan nada berat.

Sekali lagi dia mengelus pelan pundak wanita itu. Kemudian memutar badan untuk pergi.

"Aku hamil!" serunya saat Albert sudah menjauh.

Albert yang mendengarnya seketika balik badan, menatap wanita itu kaget luar biasa.

"Aku hamil," ucap wanita itu sekali lagi. "Aku hamil anakmu, Albert,"

* * *

Katon termenung kemudian melepas cepat kedua tangan Deswita. Ini adalah pertemuan sekian kali antara dia dan Deswita, dan kali ini Deswita dengan sukarela menyodorkan tangannya untuk dibaca Katon.

"Sudah kubilang dia tidak bersalah," ujar Deswita. "Perlakukan dia dengan baik. Istrimu," Deswita memberikan penegasan.

Katon masih terdiam. Sudah dua bulan semenjak dia menikahi Karin, dan setiap malam mereka tidak pernah tidur bersama. Katon selalu memilih pergi. Ingatan tentang Deswita yang menua membuatnya membenci Karin tanpa alasan. Hingga suatu hari Deswita muncul di depan gerbang masuk dunia bangsawan iblis, sengaja mencari Katon untuk menjelaskan semuanya. Kabar pernikahan Katon dan Karin dia dengar dari Laksita.

"Dia menjalani hidup yang sangat terancam di Alfansa. Dan saat datang ke duniamu, kamu tidak melindunginya,"

Deswita menambahkan. "Apa kamu tidak takut kejadian pada Ken dan Shaan menimpamu?"

"Maksudmu?" Akhirnya Katon buka suara.

Deswita menghela nafas. "Apa kamu lupa, Hendery sangat ingin berduel denganmu? Aku yakin dia mengincar pengantinmu,"

Deswita mendekatkan tubuhnya pada Katon. "Meski usiaku sekarang tidak lagi muda, aku tetap kakakmu," Deswita tersenyum. Dia menepuk pelan bahu Katon dan dengan isyarat mata, menyuruh adiknya untuk segera pergi.

Deswita tahu Katon bisa membaca pikirannya, maka dalam hati dia menyuruh Katon untuk pulang menemui istrinya.

"Aku harus menemui Laksita,"

Bukannya pulang, Katon justru bergegas menemui Laksita. Deswita akan membuka suara sebelum sosok Katon lenyap dari hadapannya.

* * *

"Hen, hentikan!" Karin mendorong tubuh Hendery menjauh darinya saat lelaki itu tiba-tiba memeluk Karin.

Mereka menyempatkan diri untuk bertemu di hutan terlarang sepulang sekolah.

Hendery mengerutkan kening. "Kenapa? Kamu takut Aldo tahu?" tanyanya. "Iblis seperti Aldo tak punya kekuatan untuk berada lama di sini,"

Hendery hendak meraih lagi tubuh Karin, sebelum Karin mundur agak jauh.

"Kurasa ini sudah tidak benar," ucap Karin was-was. "Aku tahu Katon tetap bersama Stefani, tapi aku tidak mau seperti dia. Aku ... aku masih punya akal sehat,"

Awalnya Hendery tak merespon, selain hanya menyeringai seperti yang biasa dia lakukan. Tapi kemudian dia berjalan pelan mendekat pada Karin.

"Oh ya? Menurutmu, kenapa dia tidak pernah menyentuhmu padahal kalian sudah menikah?"

Karin memundurkan langkahnya kembali, menatap Hendery dengan perasaan mendadak takut.

"Dia sejak awal tidak pernah menginginkanmu,"

Hendery mengeluarkan sebuah samurai panjang di balik punggungnya.
Melihat samurai tajam yang seakan haus darah itu membuat nyali Karin menciut. Dia semakin mundur, tak peduli kakinya tersandung batuan. Dia jatuh terjerembab dengan posisi duduk, takut luar biasa.

"Setiap bangsawan iblis tertinggi pasti punya pedang dibalik punggung mereka. Kamu tahu apa gunanya?"

Hendery kembali menaruh pedang itu di balik punggungnya dan secara ajaib pedang itu menghilang. "Untuk menghunus jantung kekasihnya," Hendery menjawab pertanyaannya sendiri.

"H-Hen ... "

"Oh, ada satu lagi," Hendery menyela dengan cepat. Dia bergerak secepat kilat dan seketika sudah ada di depan Karin, mencengkeram wajah Karin.

"Untuk membunuh musuhnya,"

"A-apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Karin terbata-bata.

Hendery tiba-tiba tertawa lepas. Menggelegar, hingga suaranya memecah keheningan hutan terlarang itu.

"Apa untungnya manusia Alfansa sepertimu?" tanya Hendery. "Kamu mendapat perhatianku karena kebetulan kamu pengantin Katon,"

Pandangan Hendery yang semula penuh cinta berubah bengis dan menakutkan.

"Karin?" panggil Erna yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

Melihat Erna, Hendery kaget bukan main. Dia bergegas menghampiri gadis itu.

"Kamu ... " Dia memutus ucapannya, memandangi Erna dari ujung kepala sampai kaki. "Kenapa bisa di sini?

Erna bingung. "Apa yang salah?"

Erna balik bertanya. "Apa yang kamu lakukan pada Karin?" Nadanya berubah ketus.

"Kamu kenapa bisa selamat sampai di sini?" Hendery bertanya sekali lagi.

"Ingat, aku gadis yang dicampakkan bahkan sebelum dinikahi. Tidak ada yang tertarik padaku," Erna menjawab makin ketus lalu berlari menghampiri Karin.

Dia meraih tubuh Karin, menuntun temannya itu untuk pergi dari hutan terlarang.

Sementara Hendery tak bereaksi. Dia membiarkan Karin dibawa pergi oleh Erna, masih dengan kebingungan di hatinya. Bagaimana Erna bisa tahu lokasi mereka?

The Devil's Love Trap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang