Bab 23

1.9K 121 7
                                    


"Ayo bersiap," James pagi buta sudah berdiri tegak tepat di depan pintu kamarnya.

Karin terperanjat, berteriak pelan dan mundur beberapa langkah. Andaikan dia tak sengaja membuka pintu karena lapar, mungkin James masih berdiri di situ sampai matahari terbit.

"J-James? Kenapa ... "

"Ayo bersiap," ulang James.

Meskipun sudah sangat larut bahkan menjelang pagi, tak ada yang lusuh dari penampilan James. Pria tua itu tetap segar dan rapi.

Karin merentangkan sepuluh jarinya hendak mencegah James yang ingin menerobos masuk.

"Tunggu tunggu James!" Karin menahan tubuh berat James. "Aku harus bersiap untuk apa?"

"Bersiap menuju kediaman utama Bagaskara," jawab James masih berusaha menerobos masuk. "Aku harus masuk, karena semua siswi mengawasiku,"

Dia menoleh pada para siswi yang berkasak-kusuk tak jauh darinya.

"Kenapa?" tanya Karin dengan nada sangat keras.

Mendengarnya membuat James menghentikan usahanya. Dia memandang Karin keheranan.

"Sudah lima bulan kamu di sini. Apa Tuan Katon tidak pernah memberitahumu bahwa kalian akan menikah tepat di bulan kelima kedatanganmu?"

Karin langsung terdiam mengatupkan bibirnya. Melihat pertahanan Karin yang melemah, James memutuskan untuk segera masuk ke dalam kamar Karin dan menutupnya keras.

"Sekarang ayo bersiap," ajak James tegas.

Karin tak menjawab perintah James, karena dia masih tidak menyangka. Baru kemarin dia memutuskan berkencan dengan Hendery, dan besok dia harus menikah dengan Katon. Apa yang harus dia ucapkan pada Hendery?

"James ... " panggil Karin. "Bukannya Katon sudah mencampakkanku?"

James menautkan kedua alisnya. "Siapa yang bilang?"

"Dia kembali pada Stefani,"

Tak disangka James justru tertawa. "Apakah kamu pikir hubungan mereka serius? Sampai kapan pun, Tuan Katon tak akan pernah bisa bersama Stefani. Kecuali ... " James tiba-tiba memotong ucapannya.

"Kecuali?" Karin penasaran dengan kelanjutannya. "Kecuali apa James?"

James menggeleng, segera mengambil koper Karin di sudut ruangan. "Ayo segera berkemas. Besok siang kalian akan menikah,"

Karin tak punya pilihan, karena entah bagaimana tubuhnya tak bisa dia kendalikan saat secara otomatis mulai memasukkan keperluannya ke dalam koper. Mungkin ini semua ulah James yang menggunakan kekuatannya untuk mengendalikan Karin.

* * *

Nafas Erna ngos-ngosan setelah dia berhasil naik ke atas rooftop dengan kecepatan lari super kencang. Pandangannya berkeliling mencari Hendery, dan saat dia melihat lelaki itu sedang sibuk memakan apel di pojok rooftop, Erna seketika berlari menghampirinya.

"Karin menikah hari ini!" seru Erna sambil mengatur nafasnya.

Hendery tersenyum amat lebar. "Sesuai rencanaku," Dia melemparkan apel bekas gigitannya pada Erna. "Dia menjadi pacarku sekaligus istri Katon. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana murkanya Katon saat tahu kelakuan istrinya,"

"Pacar?" Erna mempertegas ucapan Hendery. "Maksudmu apa?"

"Yap. Kemarin aku mengajak Karin berkencan. Dan dia setuju," jawab Hendery masih dengan senyum puas.

Erna mengatupkan tangannya tak percaya. "Gila kamu, bagaimana kalau Katon tahu?"

"Justru itu yang kumau!" sahut Hendery dan tertawa. "Kamu tahu apa yang dipikirkan Karin sekarang?"

Hendery menarik kembali apelnya yang masih digenggam Erna. "Dia khawatir aku sedih. Sungguh polos,"

Hendery kembali menggigit apel itu, mengunyahnya keras. Deretan gigi panjangnya yang rapi tampak seperti seringaian yang menakutkan.

"Kamu benar-benar brengsek ya," gumam Erna.

Hendery menyeringai menatap Erna. "Semua orang di Sofia tahu aku brengsek. Kamu tahu kenapa sampai sekarang aku tidak berminat mencari calon pengantin?"

Erna masih diam tak percaya. "Kamu brengsek dan kamu bangga,"

Hendery kembali tertawa. Setiap respon yang keluar dari mulut Erna selalu membuatnya tertawa.  "Semua gadis Alfansa itu berisik, tidak ada yang membuatku tertarik,"

Erna berkali-kali menggelengkan kepala. "Aku menyesal sempat mendukungmu dengan Karin," ucapnya pelan kemudian berlari meninggalkan rooftop dengan hati yang sangat kesal.

* * *

Serena memasang sebuah tiara cantik berwarna putih setelah menata dan merapikan rambut Karin yang terurai. Karin tampak sangat anggun, dengan gaun warna putih dan sebuah tiara. Dia bahkan tak percaya orang yang ada di cermin adalah dirinya.

"Kamu cantik banget, Rin," ucap Serena, mengaplikasikan blush on ke pipi Karin.

Karin terpana. "Apakah itu aku?" tanyanya sambil menatap pias cermin di depannya.

Serena menyentuh pelan bahu Karin. "Setelah ini kamu akan menjadi bagian kami,"

Upacara pernikahan itu sederhana. Hanya dihadiri keluarga besar dan para bangsawan iblis kasta tertinggi, termasuk Stefani dan Hendery. Karin bisa merasakan amarah saat sekilas menatap Stefani, tapi dia tak sanggup menatap Hendery. Ketika dia berharap akan merasakan kebahagiaan bersama Hendery, tiba-tiba semuanya direnggut begitu saja. Dan dia harus menikahi lelaki di sampingnya, Katon Bagaskara, yang sejak kejadian di depan gerbang sekolah, tak lagi dia temui.

Katon tiba-tiba menggendong tubuh Karin saat mereka sudah selesai mengucapkan janji dan seketika semua hadirin menghilang. Yang ada sekarang tinggal Katon dan Karin, berdua saja di dalam kamar Katon yang dulu sempat Karin kunjungi.

"Apa yang terjadi?" tanya Karin bingung.

Kemudian Katon menurunkan Karin perlahan. "Kamu senang?"

Karin menatap Katon tak percaya. "Senang? Kamu justru yang merampas kesenanganku!"

Katon tampak tak peduli, "Tapi sekarang kamu istriku. Dan aku berhak melakukan apapun padamu," Dia menggenggam kedua pipi Karin dengan kedua tangannya yang besar dan dingin.

The Devil's Love Trap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang