Bab 36

2K 127 0
                                    


"Kamu bohong, kan?" Aldo menginterogasi Erna.

Meski dia tak percaya dengan apa yang diucapkan Erna, namun dia tak bisa membuktikannya. Aldo selalu bisa membaca pikiran manusia Alfansa dengan lancar tanpa kendala, tak terkecuali Erna. Namun kali ini berbeda. Seakan ada kabut hitam yang menghalangi kekuatan Aldo untuk menelusuri isi hati Erna.

"Untuk apa aku bohong? Kamu dan Rama mengawasi Karin tiap hari, kenapa kalian bisa ceroboh?" bantah Erna tak gentar.

Meski sebenarnya dadanya berdegup amat kencang, Erna berusaha tetap tenang. Dia yakin Hendery pasti sudah mempersiapkan semuanya, termasuk menutup pikirannya dari para pelindung Karin. Dan sepertinya dugaan Erna benar, karena sebagai orang yang selalu lancang membaca pikiran Erna, Aldo kali ini tak bergeming.

"Saat istirahat Karin sudah nggak ada di kelasnya," ungkap Aldo khawatir. "Aku takut dia pergi ke hutan terlarang,"

"Kenapa nggak nyari ke sana?" tanya Erna.

Sebenarnya lebih karena dia penasaran, kenapa Hendery memilih tempat itu sebagai tempat untuk menjebak Karin. Ini semua pasti ada hubungannya dengan kelemahan para pelindung Karin.

Aldo diam berpikir, seakan menimbang apakah dia harus bercerita atau tidak.

"Itu daerah kekuasaan keluarga Damon. Tak ada kekuatan kami yang berhasil di sana, kecuali mereka dari keturunan Damon," aku Aldo.

Erna sedikit menaikkan alisnya. Oh, jadi begitu. Pantas saja Hendery selalu mengajak Karin bertemu di sana. Jadi kekuatan para pelindung Karin akan luntur jika berada di hutan terlarang itu. Sungguh licik. Batin Erna.

"Kenapa nggak minta bantuan Katon? Dia kan penguasa negeri ini?"

Aldo lagi-lagi diam berpikir. Kali ini dia sedikit menggigit bibirnya seakan sedang menghadapi keadaan yang memojokkan dia sendiri.

"Katon ... Dia nggak mau tahu apapun tentang Karin,"

"Apa?" Erna terperanjat.

"Aku dan Rama sudah bicara tentang masalah ini pada Katon dan dia justru ... " Aldo memutus ucapannya.

"Apa aku bisa percaya padamu?" tanyanya pada Erna seakan ragu untuk kembali meneruskan ceritanya.

Erna memutar bola matanya. "Ya udah terserah," Dia sudah siap memutar badan untuk masuk ke dalam gerbang asrama, namun Aldo mencegah.

"Oke, oke," Aldo mengalah. "Katon ... Dia sekarang justru bersama Stefani. Dia nggak mau tahu apapun tentang Karin lagi. Bahkan sekarang Rama bersiap hendak menghajar Katon, tapi aku tak mau terlibat perkelahian konyol itu. Kurasa Karin dalam bahaya," cerocos Aldo dengan raut khawatir di wajahnya.

Erna tertegun mendengar semuanya. Semenjak menikah Karin memang tak pernah cerita apapun lagi tentang kehidupan pernikahannya, bahkan dia lebih banyak bercerita tentang Hendery ketimbang Katon. Dan sekarang Erna tahu sebabnya.

* * *

"Minggir, Stef," ucap Rama dengan suara berat, pada Stefani yang menghalangi jalannya.

Stefani berusaha meredakan amarah yang membuncah di dada Rama.

"Rama, kamu seorang dokter paling disegani di sini, ayolah pikirkan lagi. Apa kamu mau menodai reputasimu hanya untuk seorang manusia Alfansa seperti Karin?"

Stefani berusaha membujuk Rama yang sudah mengeluarkan pedangnya hendak berduel dengan Katon.

Rama melirik Stefani tajam. "Kalau kamu punya sedikit malu, harusnya kau tinggalkan Katon,"

Stefani mengangkat kedua alisnya. "Katon kekasihku, kamu tahu itu,"

Rama menepis tangan Stefani yang dilingkarkan di lengan kanannya.

"Tapi dia suami orang lain," ucap Rama tegas. "Apa kamu lupa hukum di negeri kita? Tak ada bangsawan iblis wanita yang bisa menikahi bangsawan iblis pria. Kalian ditakdirkan sendiri selamanya,"

Hati Stefani yang sebelumnya membaik mendadak kaku mendengar ucapan Rama. Dia diam mematung, memandangi Rama dengan tatapan matanya yang tajam.

"Kamu tahu, apapun yang kumau pasti kumiliki, kan?"

Salah satu kekuatan khas milik Stefani selain bisa melihat dari jarak ratusan meter, dia bisa membuat jari-jarinya terasa seperti pisau tajam saat ditusukkan pada badan lawannya. Dan kali ini, Rama sedikit meringis merasakan sakit akibat tajamnya jari Stefani yang menancap di lengan kanannya.

"Kamu tahu aku bukan tipe petarung sepertimu, kan?" ucap Rama. "Tapi aku tak pernah setuju dengan perselingkuhan,"

"Katon milikku lebih dulu! Wanita itu yang merebutnya dariku!" seru Stefani.

Mata tajamnya berubah merah darah.
Ketika Rama dan Stefani terlibat perdebatan sengit, Katon justru duduk tenang bersama Vanya, istri Rama di dalam rumah Rama. Dia dan Stefani sengaja mendatangi Vanya saat tahu Karin menghilang. Meski Stefani protes dan kebingungan kenapa dia harus menemui Vanya, tapi dia lebih baik menuruti ajakan Katon daripada harus kehilangannya. Kemudian datanglah Rama dengan pedang di tangannya, hendak mengajak Katon berduel. Sebelum situasi memanas, Stefani berinisiatif untuk menghadang jalan Rama di depan rumah.

Vanya menyerahkan sebuah foto usang seorang gadis kecil yang sedang memeluk anjing Katon, cerberus. Katon sangat tahu siapa gadis itu. Gadis kecil itu adalah Karin, ketika dia masih kecil dan menolong cerberus yang terluka akibat perkelahian dengan manusia bawahan Damon.

"Baru kusadari kalau keponakanku inilah yang kamu bawa ke sini," ucap Vanya. "Laksita memang lancang, berusaha menjebak Albert dengan segala cara untuk mau menikahinya,"

Pandangan Katon tak bisa lepas dari foto usang itu. Karin kecil tersenyum lebar, memeluk cerberus penuh kasih sayang seakan anjing itu adalah temannya. Padahal cerberus bukanlah anjing yang ramah. Setiap manusia Alfansa yang melihatnya pasti akan lari ketakutan. Tapi itu semua tidak berlaku bagi Karin.

"Dia tak pernah mendapat masa remaja yang indah," lanjut Vanya. "Masa ini adalah masa terakhirnya bisa tersenyum bahagia. Menginjak remaja yang dia rasakan hanya ketakutan dan ancaman,"

The Devil's Love Trap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang