Meskipun sudah menjadi pasangan suami istri, nyatanya Katon justru menghilang di malam pertama mereka. Setelah mengancam Karin dengan gertakannya, Katon memilih pergi entah kemana. Karin punya firasat jika dia menemui Stefani lagi. Namun yang dipikirkan Karin saat ini bukanlah Katon yang menghilang, tapi Hendery. Baru kemarin lusa mereka memutuskan berkencan dan sekarang Karin menjadi istri Katon."Halo, Rin?" sapa Erna di seberang telepon.
"Er, kamu punya nomor Hendery?"
"Tidak. Kenapa?"
Karin tahu kekhawatirannya sungguh tak masuk akal. Sebagai seorang istri di malam pertama ini harusnya dia memikirkan suaminya, tapi dia justru memilih memikirkan orang lain.
"Apa yang kamu lakukan?" Tiba-tiba saja Katon sudah ada di dalam kamar dan menatap Karin penuh curiga.
Karin tahu Katon bisa membaca pikirannya, maka dia cepat-cepat menghapus pikiran tentang Hendery.
"Kamu dari mana?" tanyanya mengalihkan topik.
Katon berjalan mendekati Karin sambil melepas kemejanya. Karin mundur perlahan, walaupun dia harusnya tahu lambat laun hal ini akan terjadi. Kemudian Katon memperlihatkan sebuah tato kecil inisial K di atas dadanya.
Tanpa sadar Karin meraba tato itu. "Ini ... mirip punyaku,"
"Tentu, karena aku yang memberimu tato itu," Katon menyentuh pelan leher Karin, menelusuri leher belakangnya.
Desiran hebat tak bisa Karin bendung, hingga rasanya semua bulu kuduknya berdiri. Entah kenapa dia tak bisa melakukan apapun seakan tubuhnya membeku.
"Kamu tahu aku tadi pergi kemana?" Katon masih menempelkan jari jemarinya di leher belakang Karin.
"Aku menemui James, bertanya apa yang harus kulakukan di malam pertamaku. Aku khawatir, kamu tidak bisa menahan kekuatanku,"
Karin menelan ludahnya. "Maksudmu?"
"Ini akan sedikit sakit, tapi kuharap kamu bisa menahannya," ucap Katon sambil mengelus tato K di belakang leher Karin.
Kemudian dia mengecup leher itu, dan spontan Karin melotot lebar dengan tubuh gemetar hebat.
"Tahan, Karin ... " gumam Katon masih mengecup leher Karin namun sambil memeluk gadis itu erat.
Setelah lima belas detik yang menegangkan, Karin kembali normal. Dia kaget luar biasa hingga menjerit sekali sebelum Katon menutup mulutnya menyuruh diam.
"A-apa yang terjadi denganku?" tanya Karin masih syok.
Katon mengajak Karin untuk duduk di atas ranjang. "Ini biasa kita lakukan di malam pertama menikah. Karena kamu sudah menjadi istriku, aku menyalurkan sedikit kekuatanku lewat tanda itu,"
"Kekuatan apa?" tanya Karin lagi sambil meraba tato miliknya.
Katon tersenyum sinis. "Mulai sekarang kamu cukup memanggil namaku saat sendirian dan dalam bahaya, maka aku akan datang," jelasnya. "Namun ingat ... "
Katon memotong ucapannya sembari mengambilkan segelas air putih kepada Karin. "Semua bangsawan iblis semakin tidak bisa menahan godaan saat melihatmu. Jadi kamu tidak boleh sendirian,"
Karin tertawa getir. "Kenapa setelah menikah penderitaanku makin bertambah? Kukira aku akan tenang setelah menikah,"
"Karena kamu pengantinku sekarang," Katon mulai mengancingkan kemejanya lagi. "Cukup di sini dulu perbincangan kita. Aku harus pergi,"
Karin spontan berdiri. "Kamu akan menemui Stefani?"
Katon terdiam memunggungi Karin. Dia tak menjawab apapun dan sepertinya juga enggan untuk menjawab. Setelah diam beberapa saat, dia memutuskan keluar dari kamar, meninggalkan Karin yang hatinya terluka.
* * *
Karin sudah berpakaian rapi pagi ini, siap untuk berangkat ke sekolah. Dia menunggu kedatangan James. Hingga pagi Katon belum tampak dan sepertinya lelaki itu memang tidak pulang. Karin memilih untuk tak menghiraukannya, dan sesegera mungkin membereskan barang-barang yang akan dia bawa kembali ke asrama.
"Kamu mau kemana?" James hendak membukakan pintu mobil untuk Karin saat dia keheranan melihat Karin menjinjing tas besar.
"Kembali ke asrama," jawab Karin. "Maukah kamu mengantarku sebentar James?"
Alih-alih mengiyakan, James justru mengerutkan kening. "Untuk apa? Kamu tinggal di sini sekarang!"
James menunjuk rumah besar minimalis milik Katon. "Karin, kamu sekarang istri Tuan Katon. Kamu tak seharusnya tinggal di asrama," omel James. "Selain karena kamu sudah milik orang, saat ini asrama tak lagi aman untukmu," lanjut James.
Karin ganti mengerutkan kening mendengar ucapan James yang terakhir. "Tidak aman? Kenapa?"
James menghela nafas, kemudian mempersilahkan Karin masuk ke dalam mobil untuk mengantarnya sekolah.
"Apa Tuan Katon belum melakukannya?" tanya James saat mereka sudah dalam perjalanan.
Karin menelan ludah. "Melakukan apa?"
James tiba-tiba tertawa. "Apa yang kau pikirkan? Aku tak mungkin bertanya hal seperti itu," ujarnya. "Maksudku, apa Tuan Katon belum menyentuh tato itu?"
"Sudah," Karin meringis mengenang kejadian semalam. "Rasanya sangat sakit sampai seluruh tubuhku lemas,"
James mengangguk. "Berarti sekarang kau membutuhkan seseorang untuk menjagamu selama Tuan Katon jauh," ujarnya. "Kau harus selalu waspada, karena seluruh bangsawan iblis akan semakin terpikat olehmu dan seluruh wanita di Sofia ingin menghabisimu. Tato itu semakin kuat setelah bersentuhan dengan pemiliknya. Dan pemiliknya adalah Tuan Katon, bangsawan iblis paling kuat di sini,"
Karin kembali menelan ludah mendengar penjelasan James. Bagaimana dengan Hendery? Bagaimana dengan Erna? Banyak pertanyaan muncul, meski tak dapat dipungkiri Karin takut. Penderitaannya selama di Alfansa sudah cukup menjadi teror mengerikan untuknya dan sekarang dia harus mengalaminya lagi.
"Karin, ini Aldo," James memperkenalkan Aldo pada Karin setelah mereka sampai di sekolah.
Karin mengangguk. "Aku sudah kenal dia,"
"Baguslah. Dia yang menjadi penjagamu sekarang, kau tak perlu khawatir selama kau tak jauh dari jangkauannya," terang James.
"Seberapa jauh jangkauanmu?" tanya Karin pada Aldo.
Aldo membenarkan letak kacamatanya. "Well, selama kamu tidak masuk hutan terlarang di belakang sekolah, kamu aman,"
Karin mengangkat sebelah alisnya, mulai berpikir. Apakah dia harus menemui Hendery di sana?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil's Love Trap [END]
ФэнтезиMenikah atau ibunya mati. Karin harus memilih salah satu. Katon Bagaskara telah menandainya sebagai calon pengantin, semenjak Karin masih dalam kandungan ibunya. Dan kini, demi menyelamatkan hidup sang ibu, Karin terpaksa pergi meninggalkan kehidup...