Bab 25

2K 117 0
                                    


Karin terus menerus menoleh ke belakang, dan Aldo masih saja tanpa dosa berjalan di belakang Karin layaknya ekor. Setelah James pergi dan menitipkan Karin pada Aldo, cowok itu membuntuti Karin kemana pun dia pergi. Bahkan, entah bagaimana, Aldo mengawasi Karin saat jam pelajaran dimulai. Puncaknya ketika istirahat, Aldo tetap mengikuti langkah Karin.

Karin mendengus kesal. "Bisa pergi tidak?" ketusnya pada Aldo. "Apa bangsawan iblis tidak punya kemampuan mengawasi dari jauh?"

Aldo mengangkat bahu. "Takutnya kamu pergi ke hutan terlarang,"

"Tidak akan," sahut Karin cepat. "Untuk apa aku ke sana?"

Aldo melepaskan pandangan ke sekeliling, lalu berbisik pelan. "Kamu tahu kenapa para lelaki di sini semakin menginginkanmu setelah kalian menikah?"

Aldo kembali mengedarkan pandangannya. "Karena pikiranmu tidak lagi bisa dibaca,"

"Maksudmu?"

"Itulah untungnya menikah dengan salah satu bangsawan iblis tertinggi," lanjut Aldo. "Kalian tidak lagi bisa dibaca. Sedangkan kaum kami bisa membaca apapun pikiran manusia Alfansa," Aldo mengajak Karin minggir karena sekarang para siswi menatap sinis padanya.

"Bayangkan, ratusan tahun kita hidup bisa membaca pikiran, lalu tiba-tiba ada yang tidak bisa dibaca sama sekali," Aldo bercerita dengan menggebu-gebu, membuat Karin yang semula kesal jadi penasaran.

"Lalu, apa Katon juga tidak bisa membaca pikiranku?"

Aldo menepuk tangan sekali. "Itu terserah dia! Kalau kamu penasaran, kamu bisa tanya,"

Karin menghela nafas. "Aku tidak yakin dia akan menjawab,"

"Rin ... " Erna berseru memanggil Karin.

Keduanya tanpa pikir panjang berpelukan, merasa sangat senang akhirnya berjumpa karena terakhir kali Karin bertemu Erna adalah sebelum dia menikah.

"Kenapa dia membuntutimu terus?" tanya Erna setelah Aldo berlalu pergi.

Karin tersenyum. "Dia pelindungku sekarang,"

"Kamu tahu, para siswi berencana menghabisimu, jadi saranku kamu jangan pernah main ke asrama sendirian," terang Erna, jengah dengan tatapan sinis para siswi yang berlalu lalang di depannya.

"Hendery mana?" tanya Karin sangat pelan, lebih mirip bisikan.

Erna spontan memukul bahunya. "Sudah jadi istri orang, kenapa kamu masih cari dia?!" omel Erna.

Karin menggeleng, kemudian mengajak Erna mencari tempat ngobrol yang lebih sepi. Karena tak ada satupun tempat sepi, Erna memutuskan mengajak Karin menuju rooftop yang tak banyak orang tahu.

"Ada urusan apa kamu sama Hendery?"

Karin menghembuskan nafas. "Sehari sebelum menikah, aku memutuskan berkencan dengan Hendery," Karin mulai bercerita. "Semua serba tiba-tiba. Besoknya James datang menjemputku untuk menikah. Dan Hendery datang ke pesta pernikahanku, tapi aku tidak berani lihat wajahnya,"

Erna lama diam, sebelum dia bicara. "Jangan sampai Katon tahu," ucapnya. "Tapi semua bangsawan iblis bisa membaca pikiran kita,"

"Tidak," Karin menggeleng cepat. "Aldo bilang sekarang tidak ada yang bisa membaca pikiranku,"

"Terus sekarang apa rencanamu?"

"Aku ingin menemui Hendery. Aku akan mengakhiri kencan kita,"

Ada sedikit raut lega di wajah Erna. "Tapi kamu tidak bisa menemui dia di sekolah. Semua orang mengawasimu. Apalagi Aldo,"

"Aku akan menemuinya di hutan terlarang,"

* * *

Karin benar-benar mengundang Hendery untuk bertemu di hutan terlarang. Dengan sedikit bantuan Erna, Aldo tak mengetahui rencana kabur Karin ke hutan terlarang yang memang sengaja dia lakukan saat jam pelajaran sedang berlangsung. Tentu tak butuh waktu lama bagi Hendery untuk menyetujui ajakan Karin.

"Karin," panggil Hendery yang entah kenapa wajahnya sangat berbinar saat melihat Karin. "Aku merindukanmu," Dia tanpa ragu memeluk tubuh ringkih Karin, menciumi rambutnya.

Karin berusaha melepas pelukan Hendery. "Hendery, lepaskan aku,"

Tapi Hendery tidaj mengindahkan perintah Karin. Dia tetap merengkuh tubuh wanita itu, bahkan lebih erat.

"Hendery, sekarang aku istri Katon," seru Karin.

Mendengar nama Katon membuat Hendery seketika menghentikan tindakannya. Dia menatap Karin sangat tajam tapi dengan mulut menyeringai.

"Apa kamu pikir aku takut?"

Karin menggeleng. "Tapi aku yang takut. Aku tidak punya kekuatan sepertimu untuk melawan Katon,"

Seringai Hendery berubah menjadi tawa lirih. "Aku tahu dia meninggalkanmu di malam pertama kalian," ucapnya. "Mengapa dia memilih menemui Stefani saat dia mendapat istri sepertimu? Dia tidak pernah setia, kenapa kamu harus takut?"

Karin menelan ludah. "Dari mana kamu tahu?"

Hendery menyelipkan helai rambut Karin di telinga. "Mungkin Aldo sudah memberitahumu kalau semua bangsawan iblis sekarang sangat menginginkanmu," Hendery masih memainkan rambut Karin. "Tapi aku tidak. Tidak ada yang bisa mempengaruhiku,"

Hendery meraba tato di belakang leher Karin. "Dia tidak pernah menyentuhmu. Tapi kenapa dia memberimu pelindung?"

Perlahan dia mendekatkan bibirnya ke arah leher Karin, menimbulkan desiran hebat di sekujur tubuh Karin. "Apa harus aku yang menyentuhmu untuk pertama kali?

"Hentikan!" Karin tanpa sadar mendorong mundur tubuh Hendery. "Aku mohon hentikan. Hubungan kita tak bisa dilanjut, Hen. Maafkan aku,"

Hendery dengan cepat mendorong tubuh Karin pada pohon yang ada di belakang mereka. Dia mengunci posisi Karin hingga tak bisa bergerak. Seperti biasa Hendery menyeringai, menyebarkan aura dingin mengerikan.

"Kenapa kamu menemuiku di sini? Kamu pasti tahu kalau Aldo tidak bisa membantumu di sini,"

Karin mulai menangis. Dia tidak menyangka Hendery yang selalu ceria dan penuh kekonyolan bisa semengerikan ini.

"Aku percaya kamu tidak akan melukaiku,"

Melihat tangis Karin membuat adrenalin Hendery makin terpacu. Dia makin mendekatkan tubuhnya pada Karin. "Tentu. Kamu bisa percaya padaku," Setelah mengecup lama kening Karin, Hendery mulai meregangkan cengkeramannya.

"Kita masih bisa melanjutkan hubungan ini diam-diam," ucap Hendery pelan. "Aku tahu Katon sudah tidak bisa membaca pikiranmu,"

The Devil's Love Trap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang