Bab 53

1.6K 107 0
                                    

“Kenapa dia harus salah paham?” Wajah Hendery mulai tidak enak setelah mendengar ucapan Erna.

“Sekarang kami berkencan, sesuai rencana awal kita,” jelas Erna. “Kamu tahu sisa waktuku hanya 5 bulan lagi. Aku tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini,”

Hendery melipat tangan ke depan dada, berjalan perlahan mendekati Erna.

“Dan kenapa dia harus salah paham?” ulang Hendery. “Tidak ada yang terjadi pada kita, kan?”

Erna mengangguk cepat. Dia kira, Hendery akan menolak karena tak ingin hubungannya dengan Erna merenggang, tapi ternyata, itu semua hanya dalam kepala Erna. Hendery sama sekali tak peduli.

***

Karin mulai gerah dengan tatapan orang-orang di sekitarnya, yang terus saja menatap tajam ke arah Karin, kapanpun mereka ada kesempatan. Hari ini, Aldo dan Rama sengaja tak datang untuk menjaga Karin, karena Karin merasa sedikit tidak nyaman dengan pengawasan dua orang itu. Belajar dari pengalaman Erna, Karin tak ingin ada orang lain lagi yang iri padanya hanya karena dia memiliki dua bangsawan iblis yang menjaganya di sekolah.

Tapi ternyata, hal itu sama dengan ancaman bagi Karin. Dia kembali teringat akan masa lalunya di Alfansa, ketika semua orang memandang tajam ke arahnya dan hendak menyerang. Seluruh pasang mata, mulai dari siswa hingga siswi, seluruhnya seakan tak sabar untuk mencabik seluruh bagian tubuh Karin hingga tak bersisa.

Apalagi wanita yang ada di depan Karin saat ini, Stefani Maura. Melihat Karin yang tak dikelilingi penjaganya, membuat Stefani langsung menggunakan kesempatan itu untuk menghampiri Karin.

“Dasar, wanita licik,” umpat Stefani keras, di depan muka Karin.

Seluruh perhatian yang sejak awal memang sudah tertuju padanya, makin hening hanya demi mendengar segala umpatan Stefani yang seakan mewakili isi hati mereka.

“Kamu pikir, kamu bisa merebut Katon dariku?” Stefani memang sama sekali tak gentar dan pantang menyerah.

Melalui ekor matanya, Karin dapat merasakan orang-orang yang berkerumun mulai menggumamkan rasa senang karena Stefani berhasil mencemooh Karin secara langsung. Selama ini Karin tak pernah menyadari, jika memiliki dua pengawal merupakan sebuah hal yang makin membuatnya dibenci semua orang.

“Aku tak pernah merebut Katon,” Akhirnya Karin memutuskan untuk membalas. “Tapi Katon yang menandaiku sedari aku bayi,”

Karin menaikkan dadanya, sengaja ingin menunjukkan pada Stefani bahwa dia tidak takut. “Harusnya kamu bertanya pada dirimu sendiri, kenapa Katon mencari pengantin manusia Alfansa, jika dia sudah puas denganmu,”

“Brengsek,” Stefani tiba-tiba menarik kerah baju Karin, mulai menancapkan kuku panjangnya ke lengan kanan Karin.

Karin meringis, bisa merasakan perihnya setiap tusukan kuku Stefani yang meskipun terasa sepele, tapi cukup tajam.

“Kamu mulai berlagak, mentang-mentang punya Rama di sisimu,”

“Aku tidak pernah takut denganmu, bahkan sebelum aku menjadi pengantin Katon,”

Stefani makin menusukkan kuku tajamnya ke dalam kulit Karin, yang mulai keluar darah segar dari luka itu. Namun Karin tk ingin Stefani puas, meski sekarang rasanya teramat sakit layaknya ditusuk jarum kecil yang makin lama masuk ke dalam lapisan kulitnya.

“Stef, lepaskan!!” Erna, yang entah muncul darimana, tiba-tiba berlari dan mendorong mundur tubuh Stefani.

Stefani tentu tak bergeming, tapi dia memilih mundur. Sekarang giliran dia meluapkan emosinya pada Erna, dengan menjambak rambut Erna penuh rasa kesal.

“Dua kali, kamu berani melawanku, gadis buangan!”

Diluar dugaan, Erna balas menjambak rambut Stefani. Merasa harga dirinya tercoreng karena seorang manusia Alfansa yang berani, tanpa ampun Stefani memukul mundur tubuh Erna hingga gadis itu jatuh berdebam dengan punggung yang menempel lantai lebih dulu.

“Stef, hentikan!!” Karin berteriak. Kumpulan orang-orang yang berkerumun, bukannya melerai, justru makin menyemangati Stefani.

“Apakah pantas, seorang bangsawan iblis melawan manusia biasa?” protes Karin, berusaha menolong Erna.

Stefani diam, dengan nafas kembang-kempis dikuasai amarahnya. Dia kembali maju, kembali menjambak rambut Erna.

“Kamu yang menggagalkan rencanaku dan Hendery,” maki Stefani, terus menjambak rambut Erna. “Andai kamu tidak ikut campur waktu itu, Karin pasti sudah mati,”

Stefani kembali membanting tubuh Erna. Lalu dia angkat, hanya untuk dia tusuk dengan kuku-kukunya yang tajam. Erna berteriak kesakitan, disambut dengan seruan puas dari para kerumunan gadis gila berhati psikopat. Stefani makin membusungkan dadanya, karena mendapatkan dukungan penuh dari para gadis putus asa yang iri dengan Karin dan Erna. Meskipun kini Erna resmi menjadi kekasih Edo, bangsawan iblis rendahan, namun mereka tetap tidak terima dengan kedekatan Erna dan Hendery di masa lalu.

Karin tentu tidak akan bisa menang melawan Stefani, tapi dia juga tidak bisa membiarkan Erna semakin babak belur. Maka dia menggumamkan nama Katon, karena tidaj ada pilihan. Suaminya itu dalam sekejap sudah datang, membuat siapapun terkaget-kaget dan bahkan sebagian memilih kabur karena takut. Begitu juga dengan Stefani, dia mematung, dengan kuku yang masih dia tancapkan di tubuh Erna.

“Stef, hentikan … “ larang Katon, dengan suara berat namun perlahan.

Dia berjalan mendekati Stefani, satu persatu mencabut kuku tajam Stefani dari lengan Erna. Setelahnya Erna langsung ambruk, lemas, karena terlalu lama menahan sakit dan perih.

“Jangan begini, Stef. Kamu bukan penjahat,” pinta Katon, dengan nada lembut dan tatapan dalam.

Stefani tertegun. Setelah kejadian di rumah sakit, dia sudah tidak pernah lagi bertemu dengan Katon. Lelaki itu selalu menolak panggilannya untuk bertemu. Maka ketika saat ini akhirnya dia bisa bertemu kembali dengan Katon, Stefani merasa sangat senang. Dia peluk tubuh Katon sangat erat, tidak peduli kini ada Karin, istri Katon, yang berdiri memandangi mereka berdua.

“Aku merindukanmu, Katon,” isak Stefani. “Kenapa kamu tidak pernah menemuiku lagi?”

Katon tidak membalas pelukan Stefani. Dia justru melirik Karin, yang berdiri mematung dengan mata berkaca-kaca. Di sisi lain, melihat pemandangan menyakitkan ini, membuat Karin kembali teringat akan hal-hal menyakitkan di masa lalu, ketika dia untuk pertama kalinya memergoki Katon dan Stefani bermesraan. Tak disangka, kini dia harus menyaksikannya kembali.

Karin akan melangkah pergi, tapi tubuhnya membeku tidak bisa digerakkan. Dia tahu, Katon sengaja melakukan itu karena tak mengijinkan Karin pergi. Tapi, apa maksudnya? Kenapa, Katon tega memperlakukan Karin seperti ini? Begitulah tanya penuh tuntutan dalam benak Karin.

“Maafkan aku, Stef,” Katon mulai melepas pelukan Stefani. “Aku sudah menjadi milik Karin sekarang,”

The Devil's Love Trap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang