Hari ini adalah hari dimana Hendery bisa keluar dari rumah sakit, setelah mendapatkan perawatan selama hampir satu bulan lamanya. Di hari kepulangannya ini, tidak ada seorang pun dari keluarganya yang menjemput. Namun Hendery tetaplah Hendery, lelaki yang tidak pernah memusingkan apapun selain ambisinya menghabisi Katon.Tubuhnya telah pulih sepenuhnya, maka tidak ada halangan bagi Hendery untuk mengemasi barang-barang sendiri, tanpa perlu dibantu siapapun. Tak seperti Katon yang diliputi kemewahan, meski mereka berdua sama-sama dari keluarga bangsawan tertinggi, namun hidup Hendery selalu sendirian.
Ketika Hendery mulai memasukkan sedikit barangnya, pintu kamar miliknya dibuka. Melalui ekor matanya, Hendery bisa melihat Erna masuk membawa koper kecil. Gadis itu tidak bilang apapun, dan wajahnya juga muram. Namun dia segera membuka koper yang ternyata kosong itu, dan menyambar baju-baju berantakan Hendery dari tangan Hendery, untuk dimasukkan ke dalam koper itu.
Hendery tak juga mengatakan apapun, karena dia masih terheran dengan kedatangan Erna. Dia tidak pernah memberitahu Erna hari apa dia akan pulang, bahkan mereka berdua sudah sekitar tujuh hari tidak berkomunikasi karena Erna tengah sibuk dengan Edo si gebetan baru.“Ini, sarapan dulu,” Erna menyerahkan sebungkus roti lapis telur pada Hendery.
“Kamu pikir aku manusia yang harus sarapan?” kelakar Hendery. Meski omongannya menyakitkan, tapi toh dia tetap menerima roti lapis itu.
Wajah Erna masih muram dan tampak tak berselera. Bahkan dia juga sama sekali tidak memandang ke arah Hendery, atau sekedar mengomel seperti yang biasa dia lakukan. Maka Hendery yang sudah memutuskan tidam lagi membaca pikiran Erna, hanya bisa berdiri terheran-heran dan kesal setengah mati. Dia kesal karena tidak lagi bisa membaca pikiran Erna.
“Kamu kenapa?” tanya Hendery tidak sabar.
“Ayo,” ajak Erna, setelah rampung mengemasi barang-barang Hendery.
Tanpa diminta, Erna membawakan koper kecil itu dan berjalan pelan berdampingan dengan Hendery. Seluruh pasang mata yang ada di rumah sakit mengawasi mereka. Tentu berita mengenai penyerangan Hendery pada Katon telah tersebar luas, dan ini pertama kalinya mereka melihat Hendery setelah kejadian mengerikan itu. Mereka tidak menyangka Hendery selamat dari hunusan pedang besar milik Katon. Antara Hendery yang memang kebal, atau Katon yang sengaja tidak membunuhnya.
Hendery terus-menerus melirik Erna, sepanjang perjalanan mereka keluar dari halaman rumah sakit. Dan saat sudah berada di depan pagar, Erna mulai memandang Hendery untuk pertama kali.
“Rumahmu mana?” tanya Erna.
“Kenapa?”
“Kamu mau kuantar kemana?” Erna balik bertanya dengan wajah datar.
Hendery sudah tidam sabar lagi. Dia spontan merebut koper kecil di tangan Erna, dan mengumpat keras.
“Kamu kenapa?!” tanya Hendery dengan nada tinggi.
Erna terdiam. Kali ini tatapannya pias memandangi birunya langit pagi. Namun Hendery bisa melihat ada semburat air mata di balik tatapannya yang nampak ragu dan putus asa. Emosi Hendery yang tadi sempat naik, perlahan menguap saat melihat mata Erna yang berkaca-kaca.
“Hidupku kurang lima bulan lagi,” ucap Erna.
“Terus kenapa?”
“Lima bulan lagi. Dan aku akan mati,” imbuh Erna. Dia tersenyum getir, meratapi nasibnya.
“Bukannya kamu sudah punya kekasih?” tebak Hendery.
Erna kembali tersenyum getir. Lalu menggeleng pelan, penuh kesedihan namun tak ada air mata.
![](https://img.wattpad.com/cover/324061636-288-k932472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil's Love Trap [END]
FantasyMenikah atau ibunya mati. Karin harus memilih salah satu. Katon Bagaskara telah menandainya sebagai calon pengantin, semenjak Karin masih dalam kandungan ibunya. Dan kini, demi menyelamatkan hidup sang ibu, Karin terpaksa pergi meninggalkan kehidup...