Bab 55

1.7K 101 0
                                    

“Er, Erna!” panggil Aldo, hendak berlari menghampiri Erna, sebelum gadis itu berlari sekencang kilat.

Kini Aldo telah sampai di dekat Tanya. Tatapan matanya mendelik, penuh murka.

“Apa yang sudah kamu katakan padanya?” hardik Aldo.

Tanya gelagapan. “Aku hanya bicara jujur,”

“Bukan hakmu untuk mengatakan padanya,” cela Aldo. “Kalau sampai terjadi apa-apa pada Karin, kamu yang akan kukejar lebih dulu,” Ancaman Aldo yang tak pernah peduli pada gosip apapun di sekolah, membuat Tanya sedikit gentar. Bahkan setelah menjadi pelindung Karin, Aldo tidak pernah marah pada siapapun.

***

Brakk!!

Erna menendang, membanting dan merusak apapun di depannya. Dia meraung, berteriak, tak peduli menjadi bahan tontonan teman-teman sekelas Edo. Sementara Edo, lelaki itu duduk diam dan pasrah di bangkunya sendiri, tak berkutik meski bangku-bangku di sekitarnya telah roboh oleh amukan Erna.

“Kenapa? Hah! Kenapa harus Karin?” teriak Erna. “Dia istri petinggi di sini, dan dia SAHABATKU,” Erna menjerit, meronta meminta penjelasan pada sosok kaku Edo.

“Apa selama ini aku hanya menjadi alat agar kamu bisa dekat dengan Karin?” isak Erna. “Sadarlah, kamu hanya bangsawan rendahan!”

Brakk!!

Sekali lagi Erna memukuli bangku-bangku yang sekelebat muncul di pandangannya, melempar seisi tasnya. Kemudian dia bersimpuh, duduk terkulai dengan tangisan yang memekikkan telinga. Hidupnya tinggal empat bulan lagi, dan dia harus menerima kenyataan, bahwa kekasihnya justru melamar gadis lain alih-alih melamarnya.

Tak ada yang datang menghampiri Erna. Tak ada satupun. Mereka semua antusias menonton dari kejauhan, bahkan beberapa merekam aksi Erna yang memilukan, hanya untuk disebarkan dan sekali lagi menjadi bahan cemoohan.

Setelah puas menangis, Erna mulai sadar, dia tidak bisa terus begini. Dia harus memutar otak. Ya, dia harus memutar akalnya untuk membalas dendam. Segala kesialan, segala ketidak beruntungan yang selalu menghampirinya, berbanding terbalik dengan Karin yang selalu mendapat sambutan baik dari para lelaki. Erna harus membalas, dan dia tahu siapa yang berhak mendapatkan balasan paling keji. Karin, Karinlah yang bertanggung jawab atas segala kesialannya.

***

“Stef, kita harus bicara,” teriak Erna lantang, di depan pintu kelas Stefani.

Stefani menyipitkan matanya saat menangkap sosok Erna yang telah sembuh dan dengan berani datang menemuinya.

“Apa yang kamu inginkan dariku?” tanya Stefani setelah datang menghampiri Erna.

“Kita bicara di tempat lain,” Erna mengajak Stefani pergi.

Meski bingung, Stefani menuruti ajakan Erna, dengan bibir tersenyum tipis penuh maksud. Dia tentu tahu, sebagai pembaca pikiran manusia Alfansa, alasan Erna datang menemuinya.

“Aku akan membantumu menghabisi Karin,” ucap Erna singkat dan tegas.

Stefani melebarkan mata, sedikit menganga dengan perasaan membuncah puas. “Kamu yakin?”

Erna mengangguk, sama sekali tak ragu.

“Kenapa kamu melakukan ini? Bukan karena iblis rendahan yang melamar Karin, kan?” tebak Stefani, yang semestinya memang telah tahu semuanya.

Erna tak menjawab.

“Kamu harus tahu, sebenarnya ini bukan seratus persen salah Karin,” celetuk Stefani, sedikit mencairkan ketegangan diantara mereka. “Siapapun yang telah menikahi Bagaskara atau Damon, tidak bisa dibaca lagi pikirannya. Dan itu menjadi daya tarik kuat, yang tidak bisa dilawan oleh iblis rendahan seperti pacarmu itu,”

The Devil's Love Trap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang