Katon menuntun langkah Karin perlahan menaiki tangga depan halaman rumah induk Bagaskara yang besar dan megah. Pintu rumah besar itu otomatis terbuka sesaat setelah Karin dan Katon menginjakkan kaki mereka. Disana, telah berdiri Serena dan Ken yang menyambut kedatangan mereka. Serena seperti biasa tersenyum hangat dan Ken di sebelahnya mengangguk untuk mempersilakan Katon masuk."Ada acara apa?" tanya Karin berbisik pada Serena.
Serena tersenyum tipis. "Nanti juga bakal tahu,"
Mereka berempat berjalan menuju ruang besar dengan meja makan panjang. Disana sudah duduk Bagaskara bersama Santika, istrinya. Seperti halnya Serena, Santika juga memperlakukan Karin dengan sangat ramah. Mereka semua duduk mengitari meja makan besar itu.
Karin tak tahu apa yang terjadi. Dia hanya memandangi hidangan mewah di depannya, berharap-harap cemas.
"Tak kusangka, kamu sangat menarik setelah tak bisa dibaca," Bagaskara, ayah Katon membuka suara. Perkataannya dia tujukan pada Karin.
"Semoga Katon memberikan perlindungan yang layak padamu,"
"Perlakukan dia dengan baik, Katon," Ken ikut menimpali.
Katon tak menjawab, dan hanya menatap Ken tajam. Sepertinya hubungan Katon dan Ken tak dekat, meski juga tak renggang. Bagaskara yang duduk di posisi paling ujung dan di tengah memberikan aba-aba untuk mulai makan.
"Bagaimana bulan madu kalian?" tanya Santika di sela-sela makan.
Karin menatap Katon meminta persetujuan untuk menjawab. Tapi lelaki itu tak bereaksi.
"Kami tidak bulan madu," jawab Karin sekenanya.
Katon melirik Karin tajam, tak mengira istrinya akan menjawab seperti itu. Sementara yang lain langsung kaget mendengar jawaban Karin.
"Apa kamu butuh tempat untuk bulan madu? Bilang saja padaku," tawar Santika khawatir.
"Aku ingin pulang," jawab Karin singkat dan tegas.
Katon seketika membanting sendok garpu yang sedang dia pegang. Dia hendak menarik tangan Karin, sebelum secara tiba-tiba Ken sudah berada di samping Karin, menyeretnya menjauhi Katon.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Katon kesal. "Dia istriku,"
"Yang kutahu kau tidak memukul," jawab Ken. "Kau bukan keluarga Damon,"
Serena yang sadar akan situasi tegang itu seketika berlari menghampiri Karin dan mengajak masuk ke dalam ruangan lain. Serena berusaha menjauhkan Karin dari jangkauan Katon.
"Katon, tenanglah," Ayahnya tetap tenang menyantap hidangan.
Santika menghampiri Katon. "Dia butuh adaptasi,"
"Sudah lima bulan. Apa belum cukup?" omel Katon. "Dia sangat keras kepala,"
* * *
Serena mengunci pintu kamar besar tempat dia dan Karin berada, jaga-jaga Katon akan mendobrak masuk. Saat situasi sudah dirasa aman, Serena menghampiri Karin yang duduk di pinggir ranjang dengan tatapan menunduk.
"Aku tahu perasaanmu," ucap Serena sambil mengelus pundak Karin. "Tapi ... saat sudah masuk di sini, kita harus tahu konsekuensi bahwa kita tak lagi bisa kembali,"
Karin masuk mengarahkan pandangannya ke lantai. "Aku benci takdirku ... "
Serena melirik Karin kasihan, meski baginya tindakan Karin tetap kelewatan. Tapi sebagai sesama manusia Alfansa, Serena ingin mendukung Karin sebisanya.
"Aku juga sama sepertimu. Tak dicintai suamiku," Serena membuka obrolan. "Ken ... dia bukan suami pertamaku,"
Karin yang semula menunduk lesu perlahan mulai mengalihkan pandangannya pada Serena.
"Jadi dulu awalnya aku adalah pengantin bangsawan lain. Tapi dia tidak mencintaiku," cerita Serena. "Bahkan dia menyerahkanku begitu saja pada Ken,"
"Tidak mungkin ... " timpal Karin. "Wanita secantik kamu ... "
"Bangsawan iblis banyak yang lebih cantik dari manusia Alfansa seperti kita," Serena tertawa lirih. "Awalnya aku juga tidak mencintai Ken. Begitu juga Ken, dia tak berniat menikahiku tapi terpaksa,"
Karin terdiam.
"Tapi aku tak punya pilihan lain. Aku harus bertahan hidup di sini. Dan aku senang ditakdirkan dengan Ken,"
Karin masih terdiam, kembali menunduk untuk merenungkan kisah Serena.
"Bagiku Katon ... dia bukan orang jahat seperti mantan suamiku," ucap Serena. "Dia hanya ... merasa bersalah pada Deswita,"
"Siapa Deswita?"
Serena mengerutkan kening heran.
"Katon tak pernah bercerita tentang Deswita?"
Karin menggeleng bingung.
"Dia kakak Ken dan Katon. Tapi ... "
Belum sempat Serena menyelesaikan ucapannya, pintu kamar itu telah didobrak paksa oleh Katon yang datang menghampiri mereka dengan wajah penuh amarah. Dia dengan cepat menarik tangan Karin keluar kamar.
"Katon, hentikan," Santika hendak mencegah kepergian Katon dan Karin namun tak diindahkan. Mereka berdua berjalan keluar dari rumah besar itu. Meski Karin tak meronta, namun semua tahu Karin ketakutan. Tapi tak ada yang bisa dilakukan, karena Karin milik Katon.
"Apa maumu?" tanya Katon setelah dia melepaskan genggamannya pada Karin. Mereka sedang menunggu kedatangan James di luar rumah.
"Sudah kubilang, aku ingin pulang,"
"Kamu lupa takdirmu? Takdirmu di sini bukan di Alfansa!"
"Untuk apa aku di sini? Untuk apa kamu menikahiku kalau kamu masih terus bersama Stefani?"
Katon menghela nafas panjang, berusaha keras menahan emosinya.
"Berhenti melibatkan Stefani,"
"Kenapa kamu tak membunuhku saja?" tanya Karin putus asa. "Kamu menikahiku karena kasihan, kan? Kenapa? Bahkan Erna bisa hidup bahagia tanpa seorang calon suami,"
Katon tak tahan lagi. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Karin. Mereka berdua saling menatap tajam. Karin bisa melihat sorot mata Katon berubah hitam legam.
"Aku menikahimu untuk membalas dendamku pada Albert," ucap Katon sangat pelan, tepat di depan muka Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil's Love Trap [END]
FantasyMenikah atau ibunya mati. Karin harus memilih salah satu. Katon Bagaskara telah menandainya sebagai calon pengantin, semenjak Karin masih dalam kandungan ibunya. Dan kini, demi menyelamatkan hidup sang ibu, Karin terpaksa pergi meninggalkan kehidup...