James masih saja menunduk walaupun sudah lima menit lamanya waktu berlalu sejak dia datang menjemput Katon untuk kembali ke dunia mereka. Dia melakukan itu karena saat ini mata Katon berubah hitam legam, penuh amarah dan dendam yang tak bisa dihentikan siapa pun bahkan oleh James. Cerberus sudah pergi, menunaikan tugasnya untuk menjaga Deswita dan ibu Karin, jadi sekarang tinggal James dan Katon berdua saja."Antar aku ke Stefani,"
James memberanikan diri mendongakkan kepalanya, "Kenapa kita menemui Stef?"
Bola mata Katon bergerak mengawasi James, "Haruskah kujawab?"
James kembali menunduk dalam, lalu mempersilakan Katon untuk segera duduk di kursi belakang mobil. Hanya hitungan detik mobil mereka sudah melaju kencang, membelah jalanan, menembus bangunan dan hanya dalam satu kedipan mata James sudah mengantar Katon hingga di depan gerbang negeri bangsawan iblis. Ketika sampai di sana, laju mobil mereka melambat layaknya mobil biasa dan bergerak melewati jalanan yang ada.
James mengamati Katon dari spion tengah, nampak kilatan sesuatu berwarna keperakan yang sangat terang dari balik punggung Katon.
Pikiran James memburuk, "Tuan Katon, apa yang terjadi antara Anda dan Deswita?"
"Kau melihatnya?" tebak Katon, menatap James lewat spion tengah, "Aku hanya ingin bertemu Stef,"
"Sebaiknya Tuan simpan pedang itu, karena Karin tidak tahu apapun tentang masa lalu orang tuanya,"
Katon menegakkan tubuhnya, menatap tajam James masih dari spion tengah. Hawa dingin menusuk punggung James, sangat dingin hingga lelaki tua itu terasa menggigil.
"Sejak kapan kau peduli dengannya?" Katon berbisik di telinga James, "Kau takut aku menancapkan pedang ini ke jantungnya sekarang?"
James menelan ludahnya, takut, "Saya berharap Tuan Katon menancapkannya saat Karin sudah menjadi istri Tuan,"
"Kalau aku ingin menancapkannya sekarang?"
James menggeleng dengan kedua tangan di atas setir mobil, "Tuan Katon tidak sejahat itu ... "
Semua orang di negeri bangsawan iblis tahu tentang aturan mutlak pedang yang tertanam di tubuh setiap bangsawan iblis kasta tertinggi. Pedang yang bersembunyi di balik punggung mereka tak bisa dikeluarkan begitu saja, karena hanya saat ingin bertarung sampai mati atau membunuh orang yang paling dibencilah, pedang itu akan muncul. Ada satu hal yang sangat magis dan menyeramkan menjadi satu, pedang itu juga akan muncul saat seorang bangsawan iblis kasta tertinggi ingin menancapkannya ke jantung istri yang mereka cintai, untuk membuat sang istri hidup abadi.
* * *
Katon berjalan cepat dan tak menghiraukan puluhan pasang mata yang memandanginya. Dia tetap menyusuri koridor sekolah hanya untuk mencapai satu tujuan, bertemu Stefani. Dan dia sudah mengetahui keberadaan Stefani yang sedang duduk menunggu kedatangan Katon di pojok kelas. Saat melihat Katon yang mendatanginya dengan mata hitam legam, membuat Stefani terdiam. Diam itu namun hanya berlangsung sekian detik, karena nyatanya dia lebih senang dengan fakta bahwa Katon akhirnya mau menemuinya.
Lelaki itu merengkuh cepat tubuh Stefani, melumat bibir gadis itu tanpa memberinya kesempatan untuk meminta penjelasan. Stefani beberapa kali berusaha lepas, namun tentu saja cengkeraman Katon lebih kuat dari apapun. Bahkan gadis bangsawan iblis sepertinya tak dapat berkutik.
"Katon, stop," pinta Stefani karena Katon mulai menggerayangi tubuhnya.
Namun tampaknya Katon tak peduli karena dia terus saja melakukannya. Hingga, "STOP, Katon," Stefani mendorong mundur tubuh Katon sekerasnya, menimbulkan bunyi gemuruh singkat.
"Kamu tidak suka?" Katon membersihkan bajunya dan menegakkan badan.
"Aku bukan manusia Alfansa, Katon. Aku tetaplah aku, Stefani Maura yang abadi," jawab Stefani, tersenyum manis menghampiri Katon, "Dan juga kekasihmu,"
Katon balas tersenyum, mengajak Stefani untuk duduk di salah satu bangku. Lebih tepatnya mengajak Stefani untuk duduk di pangkuannya, "Kamu merindukanku?"
Stefani memainkan ujung rambut Katon, "Kenapa kamu marah?"
Dia mengelus lembut kelopak mata Katon, memperhatikan mata itu yang masih berwarna hitam legam.
"Aku marah, kenapa aku tidak bisa memilihmu untuk jadi pengantinku?"
Stefani tertawa, "Kalau aku jadi manusia, aku sekarang sudah tua renta. Tapi mungkin aku bisa memberimu anak,"
Katon tersenyum, balas membelai rambut Stefani, "Aku tidak butuh anak, yang kubutuhkan kamu,"
Mereka berdua sudah bersiap mengecup bibir satu sama lain, sebelum Karin tiba-tiba muncul bersama kedua temannya. Wajah mereka bertiga tampak sangat kaget, satu diantaranya sampai menutup mulut. Sementara Karin, dia tampak tenang namun juga tampak terluka disaat yang bersamaan.
* * *
Hendery tak hentinya bersiul sambil sedikit berlari kecil, menandakan suasana hatinya sedang sangat baik meskipun seisi sekolah heboh dengan kabar perselingkuhan Katon dan Stefani. Hendery sama sekali tak peduli. Justru sangat senang dengan kehebohan itu. Misinya untuk merebut calon pengantin Katon sebentar lagi akan terwujud, karena Hendery tahu, Katon dan Stefani tak akan bisa bersatu. Dan Katon harus menikahi gadis itu, apapun yang terjadi. Namun jika Hendery berhasil merebutnya, Katon akan kehilangan separuh kekuatannya dan mudah bagi Hendery untuk mengalahkan Katon si angkuh.
Begitulah kira-kira skenario yang ada di kepala Hendery, yang dia susun secara rapi dan sistematis sambil bersiul kegirangan. Siapalah yang tak tahu Hendery Damon, anak tertua keluarga bangsawan iblis Damon, salah satu dari kasta tertinggi setelah Bagaskara. Bagi Hendery tak ada yang lebih memacu adrenalinnya selain mengalahkan Katon dan menjadi satu-satunya yang terkuat. Salah satu diantaranya adalah merebut calon pengantin Katon, Karin Nevada.
![](https://img.wattpad.com/cover/324061636-288-k932472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil's Love Trap [END]
FantasíaMenikah atau ibunya mati. Karin harus memilih salah satu. Katon Bagaskara telah menandainya sebagai calon pengantin, semenjak Karin masih dalam kandungan ibunya. Dan kini, demi menyelamatkan hidup sang ibu, Karin terpaksa pergi meninggalkan kehidup...