Benar saja, James sudah ada di depan pintu kamar Karin ketika gadis itu mendengar bunyi bel pukul setengah 7 malam. Mendapati James dengan sikapnya yang formal, membuat Karin gelagapan. Dia belum siap, karena tidak menyangka James akan menjemputnya tepat di depan kamar. Seperti basa-basi pada umumnya, Karin mempersilahkan James untuk masuk karena bagaimana pun lelaki itu lebih tua darinya."James, aku sekarang punya ponsel, kenapa tidak menelepon dulu?" protes Karin menyiapkan tempat duduk untuk James.
"Aku tidak pernah pakai ponsel,"
"Terus bagaimana caramu berkomunikasi?"
James memandang Karin keheranan, "Apakah aku perlu menjelaskannya?"
Karin awalnya mengangguk, namun melihat James mengerutkan kening membuatnya tersadar. Dia sedang berurusan dengan makhluk abadi.
"Jadi Katon memiliki ponsel hanya untuk berkomunikasi denganku?"
James mengangguk, menyuruh Karin lebih cepat bersiap-siap. Karin segera menata rambutnya dan memasukkan barang yang perlu dia bawa.
"Sepertinya kamu perlu membawa seragam untuk besok," ucap James ketika mengawasi Karin mempersiapkan diri.
Karin terkejut, "Untuk apa?"
"Tuan Katon ingin kamu menginap di tempatnya,"
Karin makin terkejut, bahkan dia melotot ke arah James, "Aku tidak mau melakukannya sebelum kami resmi menikah!"
James tersenyum nakal, "Melakukan apa? Apa yang kamu pikirkan?"
Karin dengan cepat menggeleng dan bergegas memasukkan barang-barangnya, tak lupa dia mengambil satu setel seragam sesuai yang diperintahkan James.
Tak butuh waktu lama, Karin dan James berjalan menyusuri lorong asrama yang masih banyak bergerombol para siswi karena memang sekarang adalah waktunya jam makan malam. Seluruh pasang mata mengawasi gerak-gerik Karin, bahkan lewat punggungnya saja Karin bisa merasakan bahaya mengintai dari tiap tatapan yang ditujukan padanya. Eluh menetes dari kening, begitu pelan hingga hawa dinginnya menjalar ke seluruh badan Karin.
"Kamu harus membiasakan diri," ucap James setelah mereka berada di dalam mobil.
"Mereka seakan ingin menyerangku,"
James menatap Karin dari balik spion tengah, "Maklum, karena kamu adalah calon pengantin Tuan Katon."
"Kenapa? Kenapa mereka membenciku?"
"Selama kamu masih hidup dan berada di sini, mereka bisa kapan saja menyerangmu,"
Karin makin was-was mendengar peringatan dari James, "Apa yang harus kulakukan?"
"Lebih baik kamu juga jangan terlalu percaya dengan temanmu ... "
* * *
Tempat tinggal Katon tampak minimalis dari luar, tak banyak aksen yang diusung dari tempat tinggal itu. Namun pendar cahaya lampu-lampu taman di sana membuat suasana tempat itu terkesan mewah. Karin berdiri di depan gerbang dengan tatapan terpana, karena dia tidak pernah melihat tempat semewah dan seminimalis itu saat di Alfansa. James membantu Karin membawa tasnya dan menuntun gadis itu m asuk ke dalam.
"Katon tinggal sendirian?" tanya Karin masih memandangi sekelilingnya.
"Semenjak memutuskan punya calon pengantin, Tuan Katon tinggal terpisah dari keluarganya,"
"James ... " Karin sengaja memotong ucapannya.
James hanya memandang Karin yang tatapan matanya masih asyik melihat pemandangan dari tempat tinggal Katon.
"James, jika hari pernikahanku datang, kamu tak akan meninggalkanku kan?" tanya Karin dengan tatapan berair. "Aku tak punya siapa pun di sini, aku takut menghadapi masa depan,"
James hanya diam lalu menunduk sebentar. Tak ada yang tahu apa yang dia pikirkan, tapi tentu saja dia tahu apa yang dipikirkan Karin. Lelaki tua itu menghentikan langkahnya tiba-tiba, membuat Karin yang berjalan di sampingnya juga terpaksa ikut berhenti.
"Sejak awal aku sudah berjanji pada Albert untuk menjagamu,"
"Bagaimana kamu kenal dengan ayahku?"
James yang bisa membaca pikiran siapa pun tak butuh bertanya jawab dengan Karin hanya untuk sekedar tahu kalau Karin tak pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"James ... " Katon muncul di saat yang tak tepat, karena percakapan serius antara Karin dan James terpaksa berhenti.
James buru-buru membawa tas Karin masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Katon berdua saja dengan Karin.
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Katon.
Karin buang muka, kesal, "Tanpa kujawab kamu pasti sudah tahu apa yang kita bicarakan,"
"Itu memang kemampuan dasar yang dimiliki semua bangsawan iblis di sini," balas Katon. "Tapi aku tak mau menghancurkan suasana hanya untuk berdebat denganmu," Dia menuntun tangan Karin masuk ke dalam rumah.
Desain interior rumah Katon lebih minimalis daripada eksteriornya, dan lagi-lagi Karin tertegun. Begitu rapi, bersih dan semuanya seakan tak pernah disentuh atau pun digunakan, karena sangat presisi letaknya dan tanpa debu. Katon masih menggenggam tangan Karin dan menuntunnya masuk ke dalam kamar. Di sana sudah ada James yang meletakkan tas Karin di samping ranjang.
"Kau sudah boleh pergi, James,"
James mengangguk patuh. Dia berjalan melewati Katon dan Karin dengan kepala menunduk dalam.
"Kau bisa menjemput Karin besok pagi,"
Karin membelalak lebar, "Aku benar-benar menginap di sini malam ini?"
Katon mengangguk sambil mengusap pelan kedua lengan Karin, "Nantinya kamu juga akan tinggal di sini bersamaku, selamanya ... "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil's Love Trap [END]
FantasiaMenikah atau ibunya mati. Karin harus memilih salah satu. Katon Bagaskara telah menandainya sebagai calon pengantin, semenjak Karin masih dalam kandungan ibunya. Dan kini, demi menyelamatkan hidup sang ibu, Karin terpaksa pergi meninggalkan kehidup...