Bab 40

1.9K 110 0
                                    


Erna terus berjalan masuk ke dalam hutan, makin lama makin putus asa karena tata letak hutan itu telah berubah jauh tak seperti saat pertama kali dia masuk untuk menyelamatkan Karin. Mungkin Hendery sengaja membuat semua orang bingung dan tak bisa menemukan keberadaannya. Tapi Erna tak gentar. Tak ada yang bisa membuat seorang Erna Wijaya, gadis yang dicampakkan ini mundur. Erna selalu menertawai setiap kesialan yang terjadi dalam hidupnya, bahkan ketika dia tahu fakta tentang dirinya sebagai calon pengantin bangsawan iblis. Meski tak sebrutal Karin, para lelaki manusia Alfansa tetap saja mengejar Erna sampai mabuk kepayang.

Maka ketika dia dicampakkan untuk pertama kalinya, Erna terkesima. Bukan sedih atau marah, tapi dia merasakan sebuah perasaan aneh yang membuatnya kagum. Pertama kali dalam hidup dia tahu rasanya tak diinginkan, dan itulah mengapa dia selalu menertawai nasib buruknya.
Haluannya yang berputar arah, dari yang semula iri pada Karin dan menjebaknya, sekarang berganti ingin menyelamatkan Karin pun juga lebih karena dia merasa bersyukur pada hidupnya. Setidaknya walaupun dia tak diinginkan siapapun, tak pernah ada orang yang ingin membunuhnya. Sebelum waktunya habis dan dia mati sia-sia, Erna ingin membalas kebaikan Karin yang sudah mau berteman dengannya.

"Cerberus! Lihat!" teriak Erna sambil menunjuk sebuah rumah pohon yang berjarak puluhan meter dari tempatnya berdiri. Cerberus tentu tak ada di sampingnya, tapi Erna tahu, anjing itu mengawasinya.

Erna yang sangat bersemangat mulai melangkah maju sebelum tubuhnya tiba-tiba ditarik paksa ke belakang. Tarikan itu sangat kuat dan keras, menghempaskan tubuh Erna ke sebuah pohon besar yang ada di belakang. Dia mengaduh kesakitan karena punggungnya membentur keras pohon tua itu.

Hendery dengan wajah murkanya tiba-tiba muncul. Dia membawa belati di tangannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?!" Dia mengunci tubuh Erna dengan satu lengannya, dan satu tangannya lagi mengarahkan belati itu ke leher Erna.

Erna merintih akibat cengkeraman Hendery yang kelewat kuat.

"L-lepaskan ... "

"Apa yang kamu lakukan di sini bersama anjing bodoh itu?" Wajah Hendery menyiratkan kemarahan besar.

Erna melirik ngeri pada belati milik Hendery yang berjarak setengah senti dari lehernya. Salah bicara sedikit saja, belati itu siap merobek tenggorokannya.

"A-aku sudah meneleponmu tapi tak kamu angkat," Erna berusaha keras untuk bicara di tengah cengkeraman Hendery.

Hendery yang semula sempat hilang kontrol akhirnya sedikit lebih tenang. Dia lepaskan Erna, yang seketika batuk karena lehernya yang sakit akibat tekanan dari lengan Hendery.

"Kalau bukan aku yang ke sini, kamu akan terkepung. Katon sudah membawa pasukannya untuk menyerangmu. Bahkan kulihat dia mengasah pedang panjang miliknya, siap memenggalmu," Erna bicara panjang lebar, kemudian tersadar tentang cerberus. Dia langsung menoleh kanan kiri khawatir.

"Anjing itu sudah kulenyapkan,"

"KAMU BUNUH?!!" teriak Erna sangat kaget.

Meski dia takut dan tak suka melihat cerberus, tapi dia tak tahan jika anjing itu harus mati.

Hendery menggeleng cepat. "Dia tak bisa mati,"

Erna seketika bernafas lega. "Lalu mana Karin?" tanya Erna. "Apa dia di sana?" Erna menunjuk rumah pohon tadi.

Hendery kembali mengangguk. Lalu dia mendadak menggendong tubuh Erna ke belakang punggungnya.

"Apa yang kaMu lakukan? Turunkan aku!" Erna memukul punggung Hendery, tak ingin digendong.

"Katanya kamu ingin menemui Karin? Ayo kuantar biar cepat!!"

Hendery melesat sangat cepat dan sedetik kemudian mereka telah sampai di bawah rumah pohon itu. Erna bergegas naik, mulai sangat khawatir Karin tak selamat. Jantungnya berdetak sangat cepat.

Hendery bukannya menjawab, malah sibuk mondar-mandir dengan memainkan belatinya.

"Seberapa cepat Katon tahu kamu di sini?" gumamnya.

Erna tahu Hendery cemas. Atau malah senang? Karena meski dia sedang mondar-mandir, namun wajahnya menyeringai bahagia seperti tak sabar akan mendapatkan sesuatu.

"Kamu sudah gila ya ... " ucap Erna pelan, tak sadar menggelengkan kepalanya.

Miris sekali dia melihat Hendery, si iblis paling gila yang pernah dia temui.
Kemudian Hendery mendekati Erna.

"Aku sudah memanggil anjing itu, dia sebentar lagi datang menyelamatkan kalian," ucapnya kemudian meraih tangan kanan Erna.

"Senang bekerja sama denganmu," Dia mengecup tangan itu, tak lupa menyeringai dan sekejap hilang dari pandangan.

Erna mengibaskan tangan kanannya, jijik luar biasa. Setelah memperlakukan Karin secara kejam, dia menggoda Erna seakan tak pernah terjadi sesuatu. Andaikan memiliki kekuatan super, ada satu hal yang ingin Erna lakukan. Meninju wajah Hendery sampai babak belur.

* * *

Tak berselang lama, pasukan Katon yang terdiri atas James, Aldo, Rama, dan Ken datang ke rumah pohon. Saat melihat kondisi Karin, Rama yang memang seorang dokter segera memeriksa keadaannya. Sementara Aldo dan James menelusuri rumah pohon, berusaha mencari sisa jejak Hendery dan kemana kah dia kabur.

"Bagaimana?" tanya James.

Rama meraih tangan Karin untuk diperiksa denyut nadinya. "Dia dehidrasi,"

"Kalau begitu ayo cepat kita bawa pergi," ajak James mulai khawatir.

"Biar aku yang membawanya ... " Katon, seperti biasa dengan nada suara yang berat, tiba-tiba muncul dan semua orang bisa merasakan auranya yang kuat dan dominan.

Erna mencuri pandang sesekali pada Katon, dan dia bisa melihat lelaki itu tampak sangat marah meski dia berusaha tetap tenang. Kemudian dia mengangkat tubuh Karin, menggendongnya tanpa beban dan perlahan menghilang. Disusul kemudian James, Rama bahkan cerberus juga sudah tak tampak. Sekarang tersisa Erna yang entah sejak kapan, Aldo menggenggam tangannya.

"Ayo," ajak Aldo lalu Erna tak lagi ingat apa yang selanjutnya terjadi.

The Devil's Love Trap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang