Bab 47

1.9K 114 0
                                    


Albert bersimpuh di depan Katon Bagaskara dengan air mata berderai tanpa henti. Lima belas tahun sejak Katon pergi meninggalkan kamar istrinya setelah mengucapkan bahwa bayi mereka telah dia tandai, Albert mati-matian mengejar Katon, berharap bisa menaklukkan hatinya. Dia pun rela bersujud di depan Katon jika memang diperlukan.

"Kumohon, Tuan. Bisakah Tuan menarik ucapan Tuan?" Albert mengangkat kedua tangannya, memohon pada Katon.

"Tidak ada yang berharga bagiku sekarang selain Karin," isak Albert. "Mohon jangan ambil dia dariku,"

Katon menatap Albert datar tanpa belas kasihan. "Kau telah mengingkari janjimu pada Deswita,"

"Tuan cukup menghukumku, tak perlu melibatkan anakku yang tak tahu apapun,"

Katon tersenyum licik. "Kau sungguh bodoh. Menjadi manusia sudah menjadikan otakmu tumpul, hingga tak mengenali mana anak kandungmu sendiri,"

Albert menundukkan kepalanya. "Aku sudah berjanji dengan segenap kekuatanku, walaupun aku tahu dia bukan anak kandungku ... "

Katon melebarkan matanya, menatap Albert, mantan asisten keluarganya, yang memilih meninggalkan statusnya sebagai bangsawan iblis hanya untuk bisa menikahi kakaknya, Deswita.

"Kau tahu? Dan kau masih mau mengorbankan nyawamu untuknya?"

"Aku tak bisa meninggalkannya begitu saja. Karin sudah menganggapku sebagai ayah kandungnya," Albert memegangi kaki kanan Katon, memohon dengan sangat.

"Tolong biarkan Karin menjalani hidup normalnya. Dia tak ada hubungannya denganku ataupun Deswita,"

* * *

"K-Karin ... " gumam Katon sangat pelan, dengan jemari yang terus menerus bergerak.

Stefani terbangun saat mendengar gumaman Katon. Dia menangis terharu, memanggil nama kekasihnya itu.

"Katon, ini aku, Stef,"

Dia berusaha memanggil nama Katon, berharap Katon akan mendengar panggilannya.

Lamat-lamat dalam pandangan kaburnya, Katon bisa melihat wajah Stefani yang sembab, sedang duduk di samping ranjang tanpa melepas genggaman dari tangannya. Meski hatinya sedikit terbesit rasa kecewa karena bukan Karin yang ada di sampingnya, namun Katon cukup lega setidaknya ada Stefani di sana.

"Sudah berapa lama aku tak sadar?" tanya Katon lemah.

"Lima hari. Racun Hendery sangat kuat hingga membuatmu seperti ini,"

"Mana Karin?" tanya Katon tanpa basa-basi.

Mendengar pertanyaan Katon membuat Stefani yang semula menangis, mendadak menghentikan tangisannya. Mata tajamnya yang indah terbuka lebar tak percaya.

"Kenapa kamu menanyakan dia?" tanya Stefani kesal.

"Dia istriku sekarang, Stef. Seberapa pun kamu membencinya, dia tetap istriku,"

"Tapi dia tak menemanimu di sini,"

"Dia tak akan datang kalau kamu masih di sini," timpal Katon. "Kumohon, Stef. Aku seperti ini juga karena dia. Aku ingin menemui Karin,"

"Kalau bukan karena dia, kamu nggak akan seperti ini," Stefani masih enggan pergi dari duduknya. "Dia bahkan diam-diam berpacaran dengan Hendery di awal kalian menikah!"

"Apa bedanya denganku? Aku bahkan bersamamu di malam pertama pernikahan,"

Stefani makin jengkel karena Katon tak terpengaruh dengan hasutannya.

"Aku tak akan memaafkannya ... " Mata tajam Stefani melebar.

Sambil mengepalkan kedua tangan, Stefani beranjak berdiri. Dia menatap Katon pias dengan ribuan perasaan marah yang berkecamuk menjadi satu.

The Devil's Love Trap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang