permintaan hati

6 0 0
                                    

Nama dan tempat di ubah oleh si Penulis ( Erza)

[Ma, jam berapa mama pulang?] Sebuah pesan singkat masuk di handphoneku.

Aku tersenyum sesaat setelah membacanya. Itu dari Ikbal. Putraku yang berusia 8 tahun.

'Kasihan! Ikbal pasti tengah menunggu kepulanganku saat ini.

Bocah itu sendirian di rumah.

Sungguh malang nasibnya. Kecelakaan 2 tahun lalu itu telah merenggut suaranya sehingga ia menjadi bisu dan menjadikannya anak yatim.

"Hufhhhh.... Seandainya takdir bisa aku rubah dan Suamiku masih ada," Keluhku.

[Ma....]

Sebuah pesan masuk lagi dan membuyarkan semuanya. Aku bengkit dari meja kerjaku dan melirik arloji dipergelangan tangan. Jam 9 malam.

Aku bergegas keluar ruangan sambil memainkan handphoneku.

[Lima belas menit lagi Mama sampai rumah!] Aku melayangkan balasan yang langsung bertanda dua centang biru.

_______________

"Ikbal... Mama pulang!" Kataku sambil membuka pintu yang memang tidak pernah dikuncinya.

Aku terharu melihat putraku yang tengah duduk di lantai sambil memandangi sebuah kue tar dengan lilin angka 30 tahun. Ya Tuhan, aku lupa kalau hari ini ulang tahunku.

"Ikbal....." Kataku sambil melangkah mendekatinya.

Ikbal menoleh ke arahku. Raut wajahnya murung. Dia menghela nafas dan bangkit.

Aku pikir Ikbal akan memelukku, ternyata tidak. Dia malah berbalik dan berlari menuju kamarnya seraya menjatuhkan sebuah kertas.

Aku memungut kertas tersebut.

Aku terkejut. Dia menggambar seorang anak laki-laki yang tengah tertunduk memeluk lutut di sudut ruangan. Ada 2 orang dewasa, laki-laki dan perempuan yang tengah bergandengan tapi membelakangi anak tersebut. Ada tulisan di atas gambar tersebut.
I'm alone.

Aku tak mengerti dengan gambar tersebut. Aku langsung menghampiri Ikbal ke kamarnya.

Ikbal tengah menangis.

Saat aku hendak mendekat dan bertanya dia kenapa, terdengar suara sirine ambulance yang begitu dekat.

Aku berbalik arah dan segera menuju pekarangan rumah. Beberapa petugas rumah sakit datang membawa sebujur mayat.

Ibuku atau nenek Ikbal datang dan langsung berlari menuju kamar Ikbal. Dia memeluk Ikbal sambil menangis. Sedangkan petugas rumah sakit menggotong mayat yang wajahnya sama denganku ke dalam rumah.

Tiba-tiba suasana gaduh. Tetangga berdatangan dan mengucap bela sungkawa.

Aku yang masih shock mencoba mengingat kejadian sebelumnya.
Aku melihat jam di dinding. Pukul 03.00 WIB.

Aku terkulai lemas. Semuanya kini nampak jelas. 4 jam yang lalu, terjadi kecelakaan. Mobil yang ku bawa, bertabrakan dengan sebuah bus. Aku yang ingin cepat sampai rumah, menyetir dengan kecepatan tinggi dan saat aku hendak menyalip sebuah mobil pick up, dari arah berlawanan muncul sebuah bus yang melaju kencang. Kecelakaan pun tidak terhindarkan.

Aku berteriak histeris. Mataku tertuju pada Ikbal yang kini tengah memeluk jasadku.

Pandanganku mulai kabur. Sedikit demi sedikit, bagian tubuhku mengepul bagai asap.
Aku pun melantunkan sebuah lirik lagu yang sering aku nyanyikan untuknya agar Ikbal yang sedang menangis itu dapat mendengarnya,

"Pelukanmu, bersamamu, dan tanpamu
Aku hilang selalu...........hiks hiks (suara tangis dariselalu) Bersamamu, dan tanpamu
Aku hilang selalu"

Ikbal perlahan menoleh ke arah ku, saat ia sedang memeluku, seolah ia menatap ku "Mah....hiks!" ia terlihat murung.

Dikit demi sedikit aku merasakan dingin, tetapi aku terus melantunkan agar ia dapat mendengar ku untuk yang terakhir kalinya.

"Dengarkanlah..... permintaan hati
Yang teraniaya sunyi
Dan berikanlah arti pada hidupku
Yang terhempas, yang terlepas......(tiba - tiba suara ku meredup) a...k...u...h....i....l....a....n...g" sebuah cahaya putih menjemputku dan aku menghilang.

Terimakasih

Total HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang