Kisah ini hanyalah Fiktif belaka, jika ada kesamaan waktu dan kejadian mohon di maafkan.
"Cerita ini berawal dari aku yang berumur 16 tahun, kala itu aku masih di kelas 10. Sekolah menengah atas negeri 30 Jakarta, Aku yang memilih eskul Drama pada waktu itu".
#2012
"kriiinnnggg!!" bel sekolah sudah berbunyi."Hosh....hosh, ayo tinggal sedikit lagi" seorang pemuda yang sedang berlari ke arah gerbang sekolah.
Virzha Erfiansyah 16 tahun, yang mampu melihat makhluk halus sejak ia lahir.
Ayahnya adalah Dukun santet yang terkenal, tetapi seiring perkembangan zaman. Ayahnya bernama Abbas pun kini bekerja menjadi tukang gali kubur akan tetapi di sela sela waktunya masih membuka praktik Dukunnya di kediamannya.
Ibunya adalah mantan guru agama di sekolah tsanawiyah, saat ini hanya menjadi ibu rumah tangga.Tetapi Ayah dan Ibu Virzha sedang pisah ranjang, dikarenakan Ayahnya menumbalkan kakak dari Virzha untuk ilmu hitamnya. Ibunya pun tak mau Virzha juga ikut di tumbalkan ayahnya sendiri.
Virzha yang tinggal bersama ibunya di sebuah rumah kontrakan milik Haji Hery.
Dengan biaya perbulan 500 ribu perbulan dengan satu kamar tidur dan satu kamar mandi.
Kini ibu Virzha bekerja serabutan yaitu menjadi pembantu rumah tangga di rumah Haji Hery demi membiayai kehidupan sehari-hari mereka berdua.*Kembali ke Virzha yang baru saja sampai di depan gerbang sekolah, "yahh telat deh" Virzha dengan wajah murung. " Makanya datang lebih pagi!!" Satpam sekolah pak Aziz.
"Hayolah pak Aziz, please. Saya siswa baru 2 minggu di sekolah ini" Virzha yang memohon.
"Enggak zaa!! Tetap saja kamu terlambat. Apalagi kamu baru 2 minggu saja sudah 5 kali terlambat dalam seminggu" ujar pak Aziz.
Tiba - tiba muncul seorang siswa belasteran China indo, "woii buka!!" siswa kelas 12 atau kakak kelas yang diketahui bernama Jun Sulistyo. Lalu dengan takutnya Pak Aziz membukakan gerbangnya untuk Jun.
"Maaf maafkan saya, silahkan masuk" Pak Aziz mempersilahkan Jun bagaikan seorang Raja. "Gimana sih!! Mau saya pecat jadi satpam....hah!!" Jun yang langsung melewati Pak Aziz.
Aku pun mencoba masuk, tetapi "hei hei....mau ngapain?!" ujar pak Aziz. "Nah itu si Jun boleh masuk" ucap ku."Dia lain, sebab dia si Raja berbakat dari kelas Drama yang sudah mempunyai prestasi internasional untuk sekolah ini. Dan kamu ini apa, rakyat jelata kok seenaknya saja!!! Pergi....pergi hush.....hush!!" pak Aziz menutup gerbangnya.
"Dasar satpam sialan!!" sambil menuju arah pulang, 10 langkah dari gerbang sekolah. Aku pun bertemu dengan teman sebangku ku yang juga terlambat, namanya Raden Aden biasa dipanggil Denden. "Woiii zhaa.... ngapa kau, terlambat juga kah?" Aden yang sedang bersandar di tembok dengan pose karakter Gojo dari anime jujutsu kaisen. "Date kimmi yoawaimo" ucap ku meledek Aden."Mau jalan - jalan ke mall gak zhaa?" ajak Aden, "Gaskeun" jawab ku.
Aku dan Aden pun pergi ke Mall terdekat, yaitu Mall kota Kasablanka"Kita berdua pun berhenti di sebuah panggung yang berada di tengah Mall lantai Groun floor. Di panggung megah itu tertulis "Lomba Pentas Drama SMAN 30" dan terlihat gambar gambar orang-orang yang berbakat dari SMAN 30 termasuk si Jun. Di belakang panggung terlihat 2 siswi dari SMAN 30 yang sedang latihan vokal dan koreografi. "Kau tahu mereka berdua itu siapa? " Aden sambil menunjuk, "Enggak tahu" jawab ku.#Tiba - tiba aku mendapatkan gambaran masa depan, karena mata batin ku terbuka dari lahir.
Di lorong sekolah, "hentikan....kak!!! Sudah....Virzha akan mati jika terus kau tendang" siswi yang latihan vokal tadi itu pun berteriak di belakang seorang siswi yang ia panggil kakak. Terlihat diriku yang terkapar di lantai dengan darah segar di kepala sambil di tendangi siswi yang di panggil kakak itu.*kembali ke waktu ini, aku yang sedang melamun dengan tatapan kosong.
"Woiii zhaa...malah bengong" Aden yang menyenggol tubuhku. "Eh...enggak enggak" aku sambil menarik nafas berat dengan jantung yang berdebar debar seperti genderang mau perang. "Wah....kau terpesona ya, melihat Tadira Raniyah" Aden dengan tersenyum konyol, "mana ada!!! Aku saja gak kenal dia siapa" ujar ku.
"Oh dia Tadira Raniyah dari kelas 11 IPA yang menyandang predikat vokal terbaik di kelas drama sedangkan yang sedang duduk itu adalah kakaknya Radinta Arumi dari kelas 12 IPS yang menyandang koreografi terbaik di kelas drama, mereka berdua adalah duo maut kelas Drama dari SMAN 30" Terang Aden. "Sudahlah kita ke tempat lain saja, yuk den" ajak ku sambil memalingkan wajah."Bruk!!" aku yang menabrak seseorang, "hei pendek, kalau jalan lihat kedepan!!" seseorang yang bertubuh besar. "Ga...gawat, dia Luis Cornelius dari kelas 12 IPS yang di juluki jagoan sekolah" Aden gemetaran sambil membisik ke telinga ku.
"Minta maaf gak!! Atau mau aku pukul wajah mu!!" Luis yang mengepalkan tangannya.
"Luis hentikan, jangan buat onar di dalam mall!!" Tadira yang menghampiri kami.
"Berisik, kau Dira!!" Luis yang sedang marah - marah, "wuiss bisa diem gak!! Atau aku bakar kostum drama mu!!" Radinta yang melangkah ke arah kami.
"Cih...mainya ancam bakar kostum" Luis pun menghentikan amarahnya dan ia pun meninggalkan kami.
"Kalian berdua maafin abang ku ya, si Luis" dengan wajah yang memancarkan kecantikan seperti berlian dengan senyumnya dari sudut pandang ku, ucap Tadira. "Iya gak apa apa kok" balas ku dengan wajah yang memerah."Nama ku Tadira dan ini kakak ku Radinta, kalian kayaknya agak familiar ya?" Tadira sambil menjulurkan tangannya.
"I...iya kami siswa kelas 10 SMAN 30 juga kak, aku ingat waktu ospek. Kakak kan menyemangati ku" Aden yang gugup.
"Ohh....kamu yang memakai wig Gojo itu ya?" senyum kecil Tadira, "i....iya kak" Aden tersipu malu.
"Dan ini siapa ya?" Tadira melirik ke arah ku, " aku Virzha Erfiansyah siswa kelas 10 juga, tetapi aku tak ikut ospek waktu itu" ucap ku. "Hei...masih lama ngobrolnya?!" Radinta dengan kesal berkata. "Baiklah kalian berdua join aja dengan kami, ayo" Tadira mengajak kami berdua, kami pun mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Total Horor
Horrorcerita seram atau cerita dari pengalaman si penulis yang ia dengar dari mulut ke mulut dan yang pernah ia alami langsung.