Bertemu Arwah tetangga

4 0 0
                                    

 Nama dan tempat di ubah oleh si Penulis (Erza)

Nama ku Arlan Restu ( 22 tahun),
"Hai Sobat saya mempunyai
pengalaman horor yang sampai sekarang masih lekat dalam ingatan,kala itu sekitar tahun 2009. Saya masih duduk dikelas 4 sd,dan waktu itu listrik dirumahku padam dikarenakan hujan deras beberapa bulan ini".

Suatu hari Emak tiri saya disuruh membantu memasak dirumah tetangga yang hajatan, katanya sih nikahan anaknya yang pertama.
Dan anaknya sebut saja mba Vika,mbak Vika ini mempunyai dua saudara dan adiknya itu sekolahnya bareng sama saya beda satu kelas dia kelas 5 sedangkan saya kelas 4. Kemudan Ibunya mbak Vika itu sudah meninggal sekitar 2 tahun sebelum mbak Vika menikah,beliau meninggal waktu melahirkan adiknya mbak Vika yang nomor 3.

Seiring waktu yang berlalu mbak Vika pun berjodoh sama tetangga masih satu Wilayah.
akhirnya mereka pun menikah,karena Emak tiri saya sering sekali di membantu orang hajatan, karena tugasnya Emak tiri juga sangat penting.
Beliau di tugaskan buat memasak Nasi,Bapak saya juga bertugas beres - beres di rumah tetangga yang sedang hajatan itu juga.
Entah karena waktu itu saya sedang kurang enak badan, tiba - tiba saya pun mendadak meriyang dan akhirnya saya izin nggak masuk sekolah. Lalu saya ikut Emak tiri ke tempat orang yang hajatan,tapi saya tiduran di rumah temen yang rumahnya deketan sama rumah yang sedang hajatan, saya tiduran rasanya pegel semua badan meriyang panas dingin yang saya ingat, lalu saya pun tertidur.
Makan pun tak berselera,lidah pun terasa pahit.
Teman saya yang baru pulang sekolah pun menemani di kamarnya dikarenakan Ibunya juga ikut membantu di rumah orang yang sedang hajatan.

Sampai tiba hari seserahan yang mana dari pihak mempelai Pria datang ke pihak mempelai Wanita dengan membawa seserahan seperti: Beras,kelapa,dan makanan - makanan lainnya untuk di serahkan ke pihak mempelai Wanita,
Dan tradisi adat di wilayah saya ini kalau seserahan tak lupa membawa kambing bandot alias Kambing jantan yang akan di sembelih,  untuk menjamu para tamu saat acara resepsi malam besoknya.
Dan di wilayah saya ini dahulu orang yang menikah itu resepsinya pasti pada saat malam hari
Kalau di zaman sekarang sih sudah bebas, bedanya kalau zaman dahulu nggak ada orang jadi pengantin di siang hari,pasti malam hari.

Siang sekitar pukul 11:00 seserahan pun datang dan selesai pada pukul 12:00, lalu para tamu pun pulang.
Ini kata teman saya, karena saya pun tak tahu dan tak merasakannya.
Tiba - tiba saya terbangun lalu menangis sambil berteriak.
Waktu itu hujan sedang turun, pada pukuk 12:00 siang hari. Saya terbangun sambil menangis di tengah hujan, dan berlari keluar ketika para tamu undangan pulang.
Saya pun di tarik paksa oleh tetangga yang kebetulan melihat saya,tetapi ia nggak kuat karena saya memberontak sambil menangis,dan ia pun memanggil Bapak saya ,agar di gendong dan pulang ke rumah.
Saya pun diberikan minum segelas air putih, lalu di tanya Bapak "kenapa kok menangis?" , saat itu saya masih menangis tanpa keluar air mata sambil membentak - bentak orang sekitar termasuk Bapak saya.
Katanya  waktu itu saya meminta sate Kambing dan darah Kambing yang sudah di masak, Kalau di zaman dahulu kan orang kalau menyembelih Kambing atau pun Sapi pasti darahnya ditampung di kuali besar,  lalu darahnya di masak dan dijadikan lauk pauk.
Berbeda dengan zaaman sekarang yang nota bene sudah mengerti Agama, sebab darah itu haram dan pasti di kubur.
Akhirnya di berikan sate Kambing dan darahnya yang sudah di masak, singkat cerita saya pun makan dengan lahap.
Kata orang pintar sih itu bukanlah saya yang meminta Sate dan darah, tetapi yang meminta adalah Almarhumah Ibunya mbak Vika yang sudah meninggal Dunia.
Kata warga situ sih, karena anaknya dapat seserahan seekor Kambing. Maka dari itu Beliau yang sudah meninggal pun ingin merasakan daging Kambing, karena semasa hidupnya Ibu mbak Vika suka sekali makan darah Kambing atau pun Sapi yang sudah di masak.
Sesudah kejadian itu yang saya ingat adalah saya tertidur di kamar teman saya seharian.
Setelah itu saya tersadar dan badan saya terasa pegal - pegal seperti sedang kerja berat, dan di samping saya sudah ada teman saya sebut saja Erza. Dia juga yang menyuruh saya untuk bangun, dan menyuruh saya makan sate dan darah yang sudah di masak itu.
Saya kaget dong, sebab saya nggak doyan sate atau pun darah yang sudah di masak.
Saya pun heran, lalu Erza bercerita tentang kejadian yang tadi, dan itu buktinya masih ada sisa sate dan darah yang sudah di masak, yang tadi saya makan.
Tentu saja saya dengan rasa heran saya pun bertanya - tanya dalam hati dengan menahan rasa sakit di sekujur badan.

Tibalah di malam Resepsi,
saya tertidur lagi karena badan masih merasakan sakit.
Habis maghrib saya melihat ke dapur dan ruang tamu rumah Erza. "Kok sepi nggak ada orang satu pun, ini pasti pada kerumah orang hajatan" dalam hati berkata.

"Mungkin mereka ingin menyaksikan acara resepsi" pikir ku.
Karena saya juga ingin melihat mbak Vika menjadi pengantin, lalu saya pun berinisiatif bangun dari tempat tidur meskipun masih terasa lemas.
Saya melangkah ke pintu belakang yang melewati pintu dapur dengan keadaan gelap karena lampunya mati.Lalu saya melewati kebun belakang rumah Erza, dan di kebun itu tumbuh pohon talas yang daunya lebar.
Saya melihat di bawah pohon talas itu ada orang yang sedang jongkok duduk membelakangi saya.
Saya berpikir paling si Erza lagi ngerjain, sontak saya memanggilnya "heii...siapa disitu?!", tetapi orang itu tak bersuara.
Seketika ia pun mendekati saya,orang itu berdaster putih dan menggendong bayi sambil melangkah ke arah saya."Astagfirullah!!" saya pun sadar jika itu Almarhumah Ibu mbak Vika yang sudah meninggal, tapi saya nggak bisa mengeluarkan suara dan lutut saya bergemetar sampai - sampai saya seakan terpaku tak bergerak.
Dan sosok itu mendekat ke arah saya lalu sosok itu berkata dalam bahasa jawa "matur suwon yo nduk,wes ngewangi aku,ragamu tak silih nggo njaluk panganan,aku matursuwon karo kowe. Terimakasih ya nduk sudah membantu saya,ragamu sudah saya pinjam buat meminta makanan,saya ucapkan terimakasih sama kamu.

Seketika sosok itu tiba - tuba saja menghilang dari hadapan saya, dan saya pun berlari dengan sekuat tenaga menuju hajatan.
Melewati dapur saya ketemu Emak tiri, lalu saya pun menangis dan bercerita perihal apa yang saya alami barusan.
Dan kata Emak tiri wajah saya pucat pias,lalu akhirnya saya di kasih minum segelas air putih oleh orang pintar disitu guna untuk membuang aura negatif dari dalam tubuh saya. Karena sedang acara temu manten hal itu pun nggak sampai tersebar ke telinga yang lain. Agar tak mengganggu acara temu manten saat itu, lalu saya pun tidur di temani Emak tiri saya di kamarnya. Badan saya kembali normal setelah di berikan air minum dari orang pintar yang kebetulan berada di situ.
Itulah pengalaman saya yang tak terlupakan sampai saya berumur 22 tahun sekarang.
Kabarnya sekarang mbak Vika pun sudah meninggal, semenjak melahirkan anaknya beliau mengalami gangguan jiwa akibat depresi.
Perilaku mbak Vika sudah di luar batas, terkadang ia suka keluar rumah tanpa busana.
Sang Adik yang merawatnya pun terkadang hanya mengusap dada saja,waktu berlalu dan akhirnya Mbak Vika di panggil oleh yang maha kuasa. Anaknya yang dari bayi di asuh oleh neneknya alias ibu dari suaminya. Dan sekarang anaknya pun menjadi Juara Lomba Cerpen tingkat Kabupaten.

Terimakasih
Cerita kiriman dari Teman si penulis, tetapi ia ubah, agar tak menyinggung oknum atau komunitas apapun.

Total HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang