My Dear

2 0 0
                                    

Nama dan tempat diubah oleh si Penulis (Erza)

Pada Hari Valentine,
Nama ku Nadifa.
Aku resmi dilamar oleh seorang pria yang sudah nyaris setahun menjalin hubungan tanpa status dengan diri ini.
Namanya Pria itu adalah Budi.
Malam ini, ia mengatakan bahwa ingin menyimpan hatiku selamanya.
Pria zaman sekarang kalau sudah merayu, wanita mana yang tak luluh.
Aku hanya membalas pesannya dengan emotikon tersenyum.

“Aku sudah di depan rumahmu, Sayang. Ayo, habiskan malam Valentine bersama.”

Aku terkejut mendapat pesan tersebut, lantas langsung memeriksa dari jendela kamar untuk memastikan ia sedang bergurau.
Ternyata tidak, ia benar-benar ada di halaman rumah dengan sekuntum mawar di tangannya.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengganti piama dengan gaun merah hati, tidak lupa merias sedikit wajah ini agar tidak terlihat pucat.
Setelah semuanya sudah siap, aku langsung menghampiri kekasihku di teras rumah. Sebelum kami pergi, tidak lupa aku mengunci pintu rumah agar terhindar dari hal buruk yang mungkin bisa terjadi di rumah selama aku tidak ada.

Selama perjalanan, lelaki yang sebentar lagi jadi suamiku tersebut sesekali mengalihkan pandangan dari jalan hanya untuk menatap wajah ini. Jujur saja, jantung ini rasanya mau copot tiap kali mata cokelatnya itu melihat diri ini.

“Kita mau ke mana, hari ini?” tanyaku, membuka percakapan.

“Sebentar lagi kita akan sampai di keabadian, Cintaku,” ucapnya, seraya menggenggam telapak tangan kananku.

Lagi. Aku mendengar gombalan yang membuat jantung ini berdetak lebih cepat.

Beberapa saat kemudian, kami tiba di halaman rumah yang suasananya cukup gelap. Seolah ia mengetahui rasa khawatirku, Budi langsung berucap, “Tidak perlu khawatir, Difa. Semuanya akan baik-baik saja. Sekarang, aku akan menutup matamu menggunakan kain ini.”

Lelaki tampan berjas hitam itu langsung mengikatkan penutup mata saat aku sudah turun dari mobil. Sekali lagi ia berbisik, “Jangan takut, Difa.”

Perlahan aku mulai melangkah mengikuti arahannya. Apakah ia akan memberiku kejutan di malam hari kasih sayang ini? Sungguh, aku merasa sangat bahagia jika benar itu adanya.
Lelakiku ini sungguh penuh kejutan.

💛💛💛

Beberapa saat kemudian, Budi memintaku untuk menunggu sebentar. Aku mendengar suara kursi yang diseret. Pikiranku menerka ia sudah menyiapkan makan malam romantis. Sungguh, aku tidak sabar sekali.

Budi menyuruhku untuk duduk dan meletakkan kedua tangan di atas meja. Tidak salah lagi, ia benar-benar menyiapkan makan malam romantis.
Beberapa detik kemudian, ia memintaku untuk membuka penutup mata. Namun, ada aroma aneh yang tiba-tiba masuk ke indra penciumanku.

Seperkian detik kemudian, aku terkejut saat melihat beberapa tubuh wanita tergantung dengan leher yang terjerat rantai.
Tubuh wanita-wanita itu sudah membiru bahkan aromanya terlampau busuk.
Salah satu tubuh wanita terjatuh dengan kepala yang terlepas. Seketika tubuh ini bergetar hebat dan rasa takut menjalari diriku.

“A-apa maksud ini semua, Budi? Si-siapa mereka?” tanyaku.

Saat aku hendak bangkit dari kursi, tiba-tiba saja Budi mendekap tubuhku dari belakang dan berbisik, “Mereka adalah wanita-wanita beruntung yang sudah lebih dulu aku antar menuju keabadian.”

“Jangan bercanda, Bud. Ini tidak lucu!”

Aku bersungut seraya memberontak agar terlepas dari dekapannya, tetapi gerakanku terhenti saat Budi mengarahkan mata pisau tepat ke leher ini.

“Bukankah tadi sudah kukatakan, Sayang. Aku ingin menyimpan hatimu selamanya. Kau hanya membalas dengan emotikon tersenyum itu adalah jawaban iya bagiku,” katanya.

“Kau gila,Budi!”

Tiba-tiba angin berembus kencang dan mendadak lampu remang di ruangan ini berkedap-kedip seperti akan putus. Budi menarik seulas senyum di bibirnya dan langsung melukai leherku dengan pisaunya, lalu ia mendorong tubuh ini hingga terjatuh ke lantai. Aku memegangi leher yang telah terluka, rasanya sangat sakit.

Budi tertawa dengan sendirinya, lalu mengedarkan pandangannya seraya berucap, ”Sayang, kamu sudah datang. Muncullah, Istriku. Kita nikmati hati segar gadis ini bersama.”

Aku terbelalak mendengar ucapan kekasihku itu. Apakah selama ini ia telah membohongiku. Sungguh hati ini bagai teriris-iris, lalu untuk apa ia melamarku bulan lalu.

Mendadak perutku terasa mual saat mencium aroma busuk yang menguar. Mataku kian membeliak saat melihat sesosok kuntilanak merah dengan rambut acak-acakan serta mulut penuh darah muncul di samping Budi.

Lelaki itu tersenyum manis ke arah hantu itu seraya mengusap wajah mengerikan itu.

“Kau cantik malam ini, Sayang,” ucapnya kepada kuntilanak itu.

“Budi, kau sakit jiwa!” cibirku.

Sosok itu menatap tajam ke arahku, lalu memanjangkan tangannya dan langsung mencakar wajah ini dengan kukunya yang tajam.
Aku berteriak kesakitan dan saat itu juga Budi langsung menancapkan pisau di lenganku.

Aku mencoba melawan Budi dengan segala kemampuan dan berhasil membuatnya tersungkur. Saat itu juga diri ini mencoba keluar dari rumah terkutuk ini. Namun, baru beberapa langkah, tiba-tiba saja tubuh ini melayang dan langsung terlempar hingga menghantam tembok.

Napasku terasa sesak dan tubuh ini terasa sangat lemah dan sakit sekali. Perlahan pandanganku mulai mengabur dan aku hanya melihat seseorang menghampiriku.
Suara Budi terdengar berat di telinga ini, ia berucap, ”Happy Valentine, My Dear.”

Sesaat kemudian, aku merasakan sesuatu yang tajam menancap tepat di dada ini.

Terimakasih
Erza

Total HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang