Gold, Glory and Gospel 2

2 0 0
                                    

Total Horor _UrbanLegend_

Sebelumnya di Part 1
Setelah selesai mengisi buku tamu tersebut (Nova Arya Saputra), aku pun ditanya lagi oleh wanita tersebut.

"Ini Bapak perlu memfoto dalam ruangan nya juga?" tanya nya.

"Oohh..ngak perlu Bu, saya hanya ingin ngefoto bagian luar bangunan nya saja," jawabku.

"Oohh...yah sudah silahkan," ucap wanita itu.

Part 2
Setelah itu aku pun langsung bergegas ngefoto bangunan - bangunan tersebut, setelah aku ngefoto salah satu bangunan itu, datanglah seorang Pria paruh baya menghampiri ku, aku pun langsung bertanya.

"Maaf...bapak ini siapa?" tanyaku.

"Saya petugas jaga di Gereja ini," jawabnya.

"Ooohhh...Bangunan ini ternyata Gereja yah Pak?" tanyaku.

"Iya Mas, tuh gereja nya," ucapnya sambil menunjukan salah satu bangunan yang digunakan untuk Gereja.

"Oohh...bangunan itu baru diaktivkan untuk Gereja yah Pak?" tanyaku.

"Ooohh...ngak Mas, memang dari dulu saat Belanda kesini, bangunan itu memang sudah untuk Gereja," jelasnya.

Ok aku skip...Tibalah aku kesalah satu bangunan yang kulihat sebagai tempat tinggal Si Pendiri Gereja tersebut dan aku pun bertanya kepada Bapak yang mengawalku.

"Maaf...ini tempat ngak ada yang nempati Pak?" tanyaku.

"Oohh...itu sudah lama kami biarkan kosong, kami hanya membersihkan dan merawat  bangunan itu setiap hari," jawabnya.

"Hhhmm...pantes, itu pintu belakang nya yah Pak?" tanyaku.

"Iya Mas," jawabnya.

Saat aku hendak menuju kebelakang bangunan itu, tiba - tiba aku melihat sosok Pastur yang lumayan tinggi sambil ngomong - ngomong ngak jelas gitu, mungkin bahasa Belanda, kemudian aku pun langsung kaget saat sosok Noni Belanda hadir disamping sosok Pastur tersebut, lalu noni Belanda itu ngomong.

"Selamat datang," ucap noni Belanda itu walau pun bicara nya terpatah - patah.

Sontak bulu kuduk ku berdiri semua, yang kemudian bapak - bapak yang mengawalku ngomong.

"Dhuwur tenan mas sampean(tinggi benar anda)," ucapnya

"Dhuwur apa ne Mas(Tinggi apa nya mas)?" tanyaku.

"Kui iso ndelok mereka(itu bisa lihat mereka)," jawabnya

"Ooohh...itu, kirain apa, yah sudah jangan ngomong - ngomong sama petugas kantor yang tadi yah," tegasku.

"Yaa..tenang aja mas," ucapnya.

Kemudian aku pun langsung menuju kebelakang bangunan itu yang masih ditemani oleh Si Bapak dan Pastur serta noni Belanda yang tadi menyambutku. Nah... saat dihalaman belakang ini aku mendengar jelas suara pastur dan noni Belanda itu, mereka menjelaskan sejarah bangunan ini.

"Dulu saat kami datang kesini, masih banyak warga Kebumen yang masih beragama Hindu, lalu saya dan suami(Pendeta) saya menyebarkan agama kami yaitu Kristen kepada masyarakat Kebumen," jelas Noni Belanda kepadaku.

"Mengapa Noni bisa berbahasa Indonesia?" tanyaku dalam hati, agar aku tidak disangka gila oleh bapak - bapak yang mengawalku.

"Saya sudah lama mempelajari bahasa Indonesia selama disini, malah banyak dari para pejuang muda Indonesia datang kesini untuk meminta perbekalan makanan yang kami berikan kepada masyarakat Kebumen dan mereka lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Jawa," jelasnya.

"Lalu apa tujuan anda datang ke kota ini?" tanyaku.

"Saya dan suami saya ingin menyebarkan agama kami disini yaitu Kristen," jawabnya.

"Saat kami menyebarkan agama kami, ditempat kami ini tak sering didatangi oleh tentara kami yaitu Belanda, maka dari itu kami bisa menampung pengungsi serta prajurit Indonesia yang sedang terluka," jelas Si Noni Belanda.

"Ditempat ini lah kami membaptis warga Kebumen yang mau memeluk agama kami," ucapnya.

"Terkadang banyak panglima Belanda menggunakan gedung yang satu lagi untuk rapat dan membuat strategi perang tuk menjajah Indonesia serta memukul mundur tentara Jepang yang ingin menguasai kota ini," jelasnya.

"Mengapa anda berdua mau membantu masyarakat Kebumen dan berani menampung tentara Indonesia yang sedang terluka saat itu?" tanyaku.

"Karena ajaran agama kami, yang melarang kami untuk berperang, disini kami langsung dapat perintah dari Vatikan bukan dari pemerintahan Belanda," jawabnya.

Lalu tiba - tiba wujud mereka pun langsung hilang dan Si Bapak yang mengawalku pun ngomong.

"Mas...Pindah yuk, bulu kuduk saya sudah berdiri semua," pintanya.

"Lah...tenang aja mas, masih sore koh," ucapku.

"Hehehehe..." ucapnya sambil merinding.

Memang saat itu ada beberapa penampakan tentara Belanda dibelakang Si Bapak itu. Mereka lebih menyeramkan ketimbang penampakan tentara Belanda dikota - kota sebelum nya terutama di Benteng Van Der Wijk di Gombong. Mereka ada yang kepalanya pecah hingga terlihat sangat jelas otak nya yang menggantung disisi kuping nya, ada juga yang tangan nya buntung yang kemungkinan terkena granat saat berperang, ada juga beberapa tentara pelajar dari Indonesia menampakan dirinya dengan wajah pucat sambil memegang bambu runcing, juga ada yang mulutnya menganga dan tidak bisa mingkem kembali yang kemungkinan dia juga terkena ledakan granat.

Itu lah kisah nyata yang aku alami dan aku lakonin di kota Kebumen. Akhir kata aku ucapkan terima kasih dan Wassalam.

Total HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang