Nama dan tempat di ubah oleh si Penulis (Erza) dengan nama teman dan orang sekitar nya.
Malam minggu ini, aku janjian bersama pacarku untuk dinner, di rumahku. Kebetulan rumah lagi sepi, orang tua sedang di luar kota.
Oh, iya kenalin, Namaku Zaki. Aku seorang Chef di salah satu restoran di kota ini, dan pacarku bernama Sukma.
Karena kami dinnernya di rumah, jadi sebagai chef handal aku mau bikinin makanan spesial buat si 'yayang.
Berhubung si yayang sukanya makanan yang gurih plus pedas, aku berniat akan membuatkannya bakso setan (bakso super pedas).
Pasti dia akan,
'Hu haa hu haa' saat memakannya nanti. Aku membayangkan wajahnya yang memerah saat menikmati bakso setanku ini.Ting ... tong ... ting ... tong...!
Ketika sedang menunggu bakso yang ada di dalam panci matang. Bel rumahku berbunyi.
"Siapa yah, yang datang? Masa iya, Sukma udah datang, kan janjiannya, dinnernya jam delapan malam, sedangkan ini baru jam tujuh," gumamku sembari menuju kedepan pintu. Membukannya.
Ceklek!
Pintu kubuka, dan menampakan separuh nafasku berdiri di depan pintu memakai dress selutut berwarna krem.
"Yayang, kamu kok udah datang aja sih? Nggak sabar yah, mau nyobain masakanku," godaku padanya. Dan dia hanya mengangguk menanggapi.
"Ya udah, yuk, masuk! Ntar lagi baksonya matang," ajakku sembari merangkul pundakknya yang dingin, mungkin karena terkena angin malam.
"Yayang, kamu tunggu aja yah, di teras atas, nanti aku bawa baksonya kesana!" pintaku.
Diapun menuruti, dan langsung naik ke teras atas.
"Ahhk, aku suka cewek penurut!" gumamku.
*Di teras atas.
"Tarra ... bakso setan ala chef Zaki, spesial, untuk nona Sukma!" ucapku girang, sambil membawa panci bakso ke teras atas.
Sukma sedang melamun sambil memandang rembulan dan taburan bintang di langit malam.
Kuletakkan panci bakso itu di atas meja yang sudah kusediakan untuk dinnernya kami.
"Yayang, tunggu yah, aku ambil piringnya dulu!" ucapku. Dan hanya di jawab anggukan lagi olehnya.
Akupun langsung berlari lagi kebawah, lalu naik lagi ke atas. Capek sih, tapi demi Yayang, hehe.
"Ini dia piringnya!"
Aku langsung menyendokan bakso setan ke piring si Yayang, lalu ke piringku."Tumben, Yayang kok, makan nggak baca doa dulu? Biasanya kan dia selalu baca doa dulu sebelum makan!" batinku.
Aku heran, baru kali ini Sukma makan tanpa baca doa dulu. Biasanya dia selalu baca doa dulu sebelum makan, bahkan dulu itu dia yang mengajariku tentang hal ini, kok sekarang malah dia yang lupa.
"Ah, sudahlah, mungkin dia saking nggak sabarannya mau ngerasain masakanku, makanya khilaf begitu, hehe," ucapku dalam hati.
Sruuuuutttt!
Bakso setan yang super pedas tadi langsung di seruput oleh si yayang seperti meminum air.
Akupun melongo melihat kelakuannya itu.
Apa dia nggak merasa panas, itukan baru di angkat?
Apa dia nggak merasa kepedasan? Itukan bakso setan, yang super pedas!.
Sukma menyodorkan piringnya ke arahku.
"Mau nambah?" tanyaku. Diapun mengangguk dalam.
Kusendokan lagi bakso setannya full semangkok.
Rasanya hatiku sangat bahagia, masakanku sangat di sukai oleh si yayang, yha, walaupun agak aneh keliatannya. Masa iya bakso setan main di seruput aja kek air.
Drrrrt ... drrrrt ... drrrrt ....
Suara dering ponsel mengganggu acara dinner kami, kulihat ternyata sahabatku 'Wahyu' yang menelfon.
"Hufft, ganggu saja!" gumamku.
"Yank, tunggu bentar yah, aku mau ngangkat telfon dulu!" pintaku ke Sukma yang sedang asyik memakan baksonya.
Aku berdiri pergi menjauh sedikit darinya.
"Halo! Ada apa? Ganggu acaraku saja kamu!" gerutuku, setelah menggeser icon hijau pada ponsel.
["Zak, Suk-Sukma, Zak!"] ucap Wahyu di seberang sana sedikit tergagap.
"Kenapa, dengan Sukma? Kamu mau ikutan juga dinner bareng kami? Jangan mimpi! Udahlah jangan ganggu!"
["Dinner? Maksud kamu apa, Zak?"] tanyanya setengah berteriak.
"Yha, kami sedang dinner malam ini di rumahku, romantis banget deh pokoknya!" pamerku kepadanya, biar jomblo itu meradang. Haha!.
["Zak, asal kamu tau, Sukma baru saja jatuh dari balkon apartemennya dan punggungnya tertancap besi hingga bolong!"]
"APA!" Handphone terlepas begitu saja dari genggamanku, nafasku tercekat mendengar penuturan dari Wahyu, jantungku pun ikutan berdebar.
"kalau benar yang di katakan oleh Wahyu, lalu siapa yang sedang berada di sini?" Aku berbalik perlahan ingin melihat sosok yang mirip dengan Sukma tersebut.
Sruuuuuttttttttt!
Kulihat sosok itu mengangkat panci yang berisikan setengah bakso tersebut lalu di seruputnya tanpa sisa.
Dia menyeringai padaku.
Praaang!
Setelah habis, panci kosong tersebut di lemparkannya ke arahku. Aku menghindar.
Ingin rasanya aku lari dari sini, tapi sendi-sendiku terasa lemas, nafasku sesak, dan kakiku gemetaran, salivaku pun susah untuk kutelan.
Dia mendekat ke arahku, sedangkan aku mundur darinya.
"Kau harus ikut bersamaku, Sayang!" lirihnya, terus mendekat ke arahku.
"Tidak!" aku menggeleng cepat.
"Ayolah, kau kan slalu bilang, kita tak, akan pernah terpisahkan. Jadi ikutlah!" Dia mengangkat tangannya, minta di peluk.
Sedangkan aku terus mundur kebelakang, kulihat di bawah sana, air kolam yang biru seakan-akan memanggilku untuk 'lompat kebawah'
"Sayaaang ... ayo ikutlah denganku, ihihihi ...!" Dia cekikikan sambil berputar.
Bakso setan yang dia santap tadi, semua tembus keluar lewat punggungnya yang bolong.
Aku tidak menyangka jika bakso setan yang kubuat akan di makan oleh setan pula.
Aku bergidik ngeri."Ayolah!" ajaknya lagi, sekarang wajahnya seseram sundel bolong yang ada di TV.
"Aaarrrrrgghh, Setaaannnn!"
Aku memutuskan melompat dari teras atas, ke arah kolam renang.
Terimakasih sudah membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Total Horor
Horreurcerita seram atau cerita dari pengalaman si penulis yang ia dengar dari mulut ke mulut dan yang pernah ia alami langsung.