.
.
.
~Dari awal yang bahagia hingga akhir yang hancur~
"Mulai sekarang kita udah gak punya hubungan apapun lagi, Na Jaemin."
"Iya, aku harap setelah ini kita gak ketemu lagi ya Jen. Entah itu sengaja ataupun gak sengaja."
........
"Semoga kamu gak...
Info: Extrapart ini cuma satu yaa dan ga ada lanjutan extrapart lagi setelahnya.
Maaf karna aku upnya sangat amat lama, abisnya di real life aku bener-bener sibuk sekarang. Sekali lagi maaf yaa..
Extrapart ini aja aku tulis sambil curi-curi waktu jadi ya gitu hehe..
Buat kalian yang minta sequel aku gak bisa janji yaa tapi aku usahain! Insyaallah..
Udah itu aja, semoga kalian masih mau baca extrapart ini bye-bye..
Happy Reading...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brak
Sebuah kotak berukuran lumayan besar tiba-tiba terjatuh ketika laki-laki itu hendak mengambil baju santainya dari dalam lemari setelah membersihkan diri.
Keningnya mengernyit dalam melihat kotak tersebut. Sejak kapan kotak itu berada di dalam lemarinya? Perasaan sebelumnya kotak itu tak pernah ada sama sekali.
Dia berjongkok kemudian memungut kotak tersebut dan melupakan niat awalnya untuk mengambil baju, memilih keluar dengan hanya menggunakan baju mandi dari walk in closet sembari membawa kotak tersebut.
Sampai di dalam kamarnya, laki-laki itu meletakkan kotak tersebut ke atas ranjang lalu ikut duduk.
“Kotak apa ini?” gumam laki-laki itu memutar-mutar kotaknya dan menelisik mencari siapa tahu ada alamat pengirim. You kata itu paket ada alamat pengirimnya..
“Gak ada..” jawabnya sendiri.
Merasa penasaran, ia akhirnya memilih membuka kotak tersebut dan terkejut ketika melihat isi di dalamnya.
🔹🔹🔹
Kepala laki-laki itu menengadah menatap ke lantai teratas pada rumah besar di hadapannya. Ia duduk diam di dalam mobil dengan tatapan terus tertuju pada salah satu kamar yang terlihat sangat gelap, bukan hanya kamar itu saja tapi semua kamar yang berada di lantai atas tersebut tak terdapat cahaya sedikitpun padahal di lantai itu masih berpenghuni, mungkin.
“Aku merindukanmu sampai rasanya aku mau gila..” ucapnya pelan sembari tersenyum miris.
Ini sudah hari kesekian ia mengunjungi rumah besar tersebut hanya untuk melihat sosok perempuan yang setiap detik selalu dirinya rindukan tetapi sayang dirinya tak pernah sedikitpun di beri kesempatan untuk sekedar bertemu atau melihat wajah tersebut walaupun dari jauh.
Semenjak perceraian itu, mereka tak pernah di pertemukan kembali. Perempuan yang di cintainya menghilang bagai di telan bumi di tambah perempuan yang sudah membuat ia kehilangan cintanya ikut menghilang juga.
Disaat dirinya terdiam, ingatannya terbawa mengingat ucapan mantan istrinya sebelum mereka benar-benar tak bertemu lagi.
“Aku harap setelah ini gak ada lagi pertemuan di antara kita dan semoga kamu selalu bahagia..”
