Bab 7

2.1K 129 2
                                    

Untunglah kondisi Daisy tidak terlalu parah, meski luka di pelipisnya membuatnya kehilangan banyak darah, tidak lantas membuatnya harus menjalani transfusi darah. Lagipula pada saat Daisy dibawa kerumah sakit dia masih sadar sepenuhnya.

Dokter yang menanganinya mengatakan luka dipelipisnya hanya robek dan ditangani dengan cara di jahit sampai empat jahitan. Dokter juga menyatakan dari hasil pemeriksaan luka dipelipisnya itu tidak mengarah ke kondisi yang serius. Artinya itu hanya luka luar saja. Namun meskipun begitu, dokter tetap menyarankan Daisy untuk di rawat di rumah sakit sampai besok untuk mengevaluasi lukanya apakah akan menimbulkan tanda-tanda yang serius atau tidak.

Karena luka itu berada di kepala, dan luka itu di dapat dari benturan yang keras, takutnya terjadi pendarahan di dalam kepala yang mengakibatkan penekanan pada otak dan struktur lainnya.

Pihak rumah sakit sempat bertanya mengenai keluarga Daisy pada Hadyan, bagaimana pun juga saat seseorang sakit dan membutuhkan perawatan, harus ada keluarga yang mendampingi, namun Hadyan berkelit, dia mengatakan pada pihak rumah sakit bahwa keluarga Daisy berada di Makasar, dan tidak bisa hadir di Jakarta untuk menemaninya. Hadyan mengatakan bahwa dia yang akan bertanggung-jawab untuk menemani Daisy.

Sebenarnya pihak rumah sakit yang menangani proses administrasi tidak sepenuhnya mempercayai ucapan Hadyan. Karena dari data yang mereka dapatkan, keluarga gadis itu ada di Cikarang.

Karena sekarang Nomor Induk Kependudukan menyatu menjadi nomor BPJS Kesehatan, jadi info mengenai data diri Daisy dan keluarganya juga muncul disana. Hanya memasukkan NIK milik Daisy, pihak rumah sakit sudah tahu mengenai berapa jumlah anggota keluarganya dan dimana mereka tinggal, jadi mereka bisa dengan mudah menghubungi pihak keluarga.

Namun karena yang berbicara kepada mereka adalah salah satu pejabat terkenal di negeri ini, jadi mereka tidak berani meragukan ucapan Hadyan.

Hadyan sendiri terpaksa berbohong karena tidak siap untuk bertemu dengan Gibran dan Ibunya. Dia malu tentu saja, biar bagaimanapun dia telah menjadi orang yang tidak tahu diri karena pernah mengabaikan mereka disaat mereka sedang jatuh terpuruk.

Hadyan sebenarnya adalah anak yatim piatu yang dari umur 6 tahun tinggal di panti asuhan. Ketika kecil dia pernah mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh ayah tiri dan sesekali oleh ibu kandungnya.

Namun ada kejadian yang menyebabkan ibu kandungnya meninggal, wanita itu dianiaya oleh ayah tiri Hadyan sampai tewas. Beruntung saat itu Hadyan tidak ada di rumah, sehingga tidak ikut menjadi korban.

Hadyan tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya, dan tidak ada petunjuk apapun yang ditinggalkan ibunya mengenai pria itu. Mereka juga mencari keluarga ibu kandungnya yang sekiranya bisa membantu mengasuh Hadyan, tetapi ibu kandungnya ternyata adalah anak yatim piatu yang tidak memiliki keluarga. Jadilah oleh dinas perlindungan anak setempat Hadyan pun dimasukkan ke panti asuhan.

Oleh permainan takdir, ternyata Papa Daisy adalah donatur tetap dari panti asuhan itu. Sudah lama Papa Daisy memperhatikan Hadyan yang lebih menonjol dari anak-anak lain. Bukan hanya fisiknya yang lebih menawan dari anak lainnya, namun juga otaknya sangat cerdas. Setiap kali mereka berbincang, Papa Daisy selalu dibuat terkagum-kagum oleh pemikiran Hadyan yang kritis.

Hanya melihatnya saja, Papa Daisy yakin bahwa Hadyan memiliki masa depan yang cerah. Anak itu hanya perlu diberi kesempatan untuk terbang lebih tinggi.

Karena itu Papa Daisy berniat untuk mengadopsinya, awalnya Hadyan menolak karena dia tidak ingin memilki orang tua. Ternyata selama tinggal di panti asuhan juga banyak pasangan suami istri yang ingin mengadopsinya.

Tapi setiap kali proses adopsi itu akan dilakukan, Hadyan akan membuat masalah untuk membuat pasangan-pasangan itu berpikir ulang untuk mengadopsi dirinya.

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang