Bab 36

804 61 5
                                    

Dari jendela kaca, Daisy melihat hari sudah beranjak petang. Langitnya yang berwarna jingga kemerahan memberikan lanskap keindahan yang menentramkan. Seharusnya di saat seperti ini Daisy dan Hadyan sedang dalam suasana romantis di temani senja dan suara ombak yang menderu bersahut-sahutan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Kamar mereka terasa dingin, yang bukan hanya berasal dari pendingin udara, melainkan dari atmosfer keduanya yang belum juga berbaikan hingga sekarang.

Setelah puas menakuti Daisy dengan menyetubuhinya secara kasar, Hadyan menjadi lebih pendiam. Tidak ada ucapan terimakasih bahkan kata cinta yang keluar dari mulutnya seperti biasanya. Pria itu justru dengan santai duduk di kursi teras balkon sembari merokok menikmati pemandangan yang tersuguh elok di depan kamar.

Sementara Daisy hanya bisa berbaring miring di tempat tidur, menangisi kekejaman Hadyan yang terasa menyesakkan di dalam dada. Pria itu sungguh egois, dan luar biasa tidak berperasaan. Dimana kata cinta yang selalu di agung-agungkan pria itu? Daisy tidak memahaminya. Dalam sekejap Hadyan berubah seperti orang lain.

Sampai pada titik ini, Daisy memikirkan untuk lari dari hidup pria itu. Lebih baik dia menjauh dan memulai hidup yang baru. Lalu dia teringat dengan Mamanya, teringat juga dengan Papanya, yang mungkin saja tidak akan setuju dengan keputusannya.

Papanya, ah.  . . sudah berapa lama dia tidak menjenguk beliau? Terakhir kali dia mengunjungi laki-laki itu ketika ingin meminta restu bersama Hadyan.

Hatinya berdenyut nyeri, mengingat karena siapa pria yang dia cintai itu masuk ke dalam bui. Kalau bukan karena keseriusan Hadyan yang ingin membalas dendam kepada Prasetyo, dalang dari perbuatan Hadyan menjebak Papanya, dia tidak akan semudah itu menerima Hadyan.

Sreeekkkk

Suara pintu yang bergeser memecahkan lamunan Daisy. Lalu ada suara debaman kencang setelahnya yang membuat Daisy kaget setengah mati.

Wanita itu melirik ke arah pintu, tempat dimana tubuh tinggi Hadyan terlihat. Raut wajah pria itu tidak bersahabat. Melihatnya Daisy langsung mengerang dalam hati. Sekarang apa lagi? Pikirnya.

"Kamu memposting fotomu yang menggunakan bikini di Instagram?" Tanya Hadyan nyalang tepat di manik matanya.

Daisy mengkerutkan kening, sedetik kemudian dia mengangguk pasrah. Dia memang sempat memposting sebuah foto di akun Instagram nya siang tadi. Tapi waktu itu dia hanya iseng, niatnya hanya ingin memamerkannya sebentar untuk membuat Hadyan marah. Tapi karena ada kejadian yang tidak dia duga, Dia jadi lupa untuk menghapusnya.

"Kamu udah gila ya? Sekarang foto itu jadi berita dan menjadi pembicaraan massa! Kamu punya otak nggak? Kenapa kamu memposting sesuatu yang bisa menjatuhkan martabatmu?!"

Perkataan itu terdengar sangat kasar, Daisy jelas tidak bisa menerimanya. Emosi wanita itu menggelegak seketika. Dia menggerekkan tubuh bangkit dari tempat tidur, kemudian balas menatap Hadyan nyalang.

"Memang apa yang salah? Aku sedang berada di pantai, memangnya salah kalau aku pakai bikini di tempat semua orang juga memakainya?" Ucapnya tidak terima.

"Salah karena kamu membaginya di media sosial yang menjadi tempat berbagai macam pemikiran manusia bisa berbeda-beda" Nafas Hadyan tersengal sesak saat mengatakannya. "Aku melarangmu bukan tanpa alasan Daisy, kamu tidak tahu sejahat apa jari netizen ketika mengomentari orang lain!"

"Aku tidak peduli!"

"Tapi aku peduli!!" Teriak Hadyan.

"Alah ! Bilang aja kalau ini semua demi martabatmu kan? Bukannya memang itu yang selalu dilakukan pejabat negara? Kamu takut citramu menjadi buruk karena ulah istrimu yang tidak bisa menjaga aurat!" Balas Daisy berteriak kencang.

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang