Bab 11

1.5K 112 3
                                    

Hadyan berjalan di lorong tempat ruang besuk tahanan dengan tenang. Badannya yang tegap dan tinggi membuat orang-orang kehilangan fokus pada aktifitas yang sedang mereka kerjakan, sebagai gantinya mereka justru menatap dirinya lebih lama.

Kepala sipir tahanan yang berjalan di sampingnya kelihatan gugup, mimpi apa dia pejabat tersohor seperti Hadyan mengunjungi rutan yang merupakan tempat banyak para kriminal menghabiskan sisia hidup mereka disini sebagai hukuman.

Mereka sampai disebuah ruangan khusus untuk membesuk tahanan yang sudah dipesan Hadyan.

Saat mereka melewati pintu tampaklah seorang pria paruh baya yang terlihat kurus namun sehat duduk di salah satu kursi di dalam ruangan.

Hadyan mengangkat tangan, memberikan gestur kepada kepala sipir tahanan untuk mengantarnya sampai sini. Sipir tahanan itu pun paham, kemudian dengan pelan dia menutup pintu ruangan dari luar. Meninggalkn Hadyan bersama pria paruh baya kurus itu.

"Kau semakin tampan sejak terakhir kali kita bertemu." Ucap pria tua itu memecah kesunyian diantara mereka.

Hadyan berjalan mendekat, kemudian duduk di depan pria itu. Posisi kursi mereka dihalangi meja persegi panjang yang cukup luas.

"Kau kelihatan sehat" ucap Hadyan dengan wajah datar

"Tentu saja aku harus sehat, ketika keluar dari sini aku harus bisa berdiri tegak untuk berhadapan denganmu"

Hadyan menatap pria itu lama di wajahnya "Apa orang-orang disini memperlakukanmu dengan baik?"

"Kau peduli heh? Sebagai orang yang menjebak diriku kau terlalu banyak bicara" Desis pria tua itu yang sekarang terlihat marah.

"Kau tahu kenapa aku melakukannya"

Tiba-tiba pria tua itu tertawa terbahak-bahak.

"Aku tidak percaya anjing yang aku besarkan seperti anakku sendiri justru menggigitku sampai seperti ini. Sekarang kau justru menjadi anjing peliharaan pria sialan itu. Jadi bagai mana rasanya? Enak jadi anjing pesuruh?"

Hadyan menggenggam tangannya hingga membuat buku jarinya memutih "Aku tidak akan melakukan ini kalau kau tidak terlalu idealis terhadap profesimu"

"Itu sudah menjadi tugasku."

"Tugas yang kau maksud akan membunuh putrimu!! Kau memilih mengabaikan ancaman mereka dan membuat Daisy dalam bahaya. Kau seharusnya malu pada dirimu sendiri !" Hardik Hadyan dengan wajah merah padam menahan marah.

Pria tua itu menggeleng-geleng tak percaya mendengar penuturan Hadyan "Kau tidak tahu apapun Hadyan. Kau masih muda, aku tidak percaya mereka memanfaatkan kelemahanmu itu"

"Aku hanya berusaha melindungi wanita yang kucintai. Kau Ayahnya seharusnya kau bisa lebih melindunginya. Kau terlalu egois, apa salahnya bertindak curang meskipun hanya sekali. Semua ini tidak akan jadi seperti ini kalau kau mau menuruti apa kata mereka."

"Lalu setelah itu apa? Apa setelah itu bisa menjamin mereka tidak akan melakukan kecurangan lagi? Apa aku harus terus menutup mata? Aku lebih dulu mengenal dunia yang sedang kau geluti, mereka terlalu serakah, mereka tidak akan pernah puas sampai mengeruk habis uang rakyat. Dan tindakanmu justru membuat mereka semakin berkuasa. Apa kau sadar, kau telah menjadi musuh bagi rakyat?"

"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin Daisy bisa hidup dengan aman." Ucap Hadyan dengan suara tercekat.

Pria paruh baya didepannya menggeleng miris "Aku bukan orang tua yang tidak peduli pada keselamatannya. Aku berani mencoba membongkar tindakan mereka karena aku percaya aku bisa melindungi keluargaku." Pria itu menangkup tangannya sambil terisak pelan. "Ada yang membantuku Hadyan, di dunia ini selalu ada dua sisi yang saling bertentangan. Yang membantuku juga memiliki kekuatan. Mereka menjanjikan keselamatan keluargaku. Daisy, dia bahkan sudah mendapat perlindungan."

Hadyan terperangah mendengarnya.

"Apa yang kau lakukan tindakan sia-sia. Sejak awal mereka memang tidak bisa menyentuh ku maupun keluargaku. Aku tidak menyangka, setelah gagal mempengaruhiku, mereka justru memanfaatkanmu untuk menjebakku"

"Apa?" Tanya Hadyan tidak percaya. "Kau pasti berbohong, kalau yang kau bilang benar, Daisy tidak akan kecelakaan waktu itu."

"Kalau yang aku bilang bohong, Daisy pasti sudah merenggang nyawa sejak saat itu. Dia selamat karena ada yang menjaganya"

Hadyan langsung menghentak meja dengan keras setelah mendengarnya.

"Kau seharusnya mengatakan padaku. Kenapa kau tidak mengatakan apapun? Kau terus membuatku berpikir kau makhluk egois yang mementingkan karirmu sendiri !" Tanyanya dengan mata memerah menahan tangis.

"Ya mungkin memang itu salahku. Seharusnya aku memberitahumu" Ucap pria paruh baya itu dengan nada sesal.

Selama ini dia tidak bisa membenci Hadyan karena jauh dilubuk hatinya, dia berpikir nasibnya seperti ini karena ulahnya juga.

Dia tahu bahwa Hadyan mencintai putrinya sudah sejak lama. Ketika orang-orang yang di selidikinya mulai mengancamnya lewat keluarganya, Hadyan adalah orang yang paling sering membujuknya menerima tawaran mereka.

Dia tahu pria dihadapannya ini sangat mengkhawatirkan putrinya. Tetapi dia sangat abai terhadap perasaan anak asuhnya ini.

Pada akhirnya mereka harus mengalami situasi sampai seperti ini.

Hadyan dan keterlibatannya dalam kasus kriminal yang menimpa dirinya.

"Sudahlah, kita tidak bisa mengulang waktu. Aku hanya bisa menunggu masa tahananku berakhir, kemudian kembali kepada keluargaku. Hidup damai bersama mereka disisa hari tuaku"

Hati Hadyan berdenyut sakit mendengarnya, meski awalnya dia tidak mau mengakui, tapi pria ini pernah menjadi begitu penting dihatinya, dia pernah menyayangi pria tua ini.

Jangan dipikir Hadyan tidak tersiksa mengirim pria ini kepenjara, ada masa dimana malam-malamnya terasa sangat mencekam, dia dihantui perasaan bersalah.

Ketika dia melenggang masuk menjadi pejabat negara, ada satu sisi hatinya yang ingin pria tua ini hadir di masa pelantikannya. Dia ingin memeluk pria ini, mendengarnya berucap bangga, karena anak yang dibesarkannya telah menjadi pejabat negara.

Hadyan mengusap air matanya kasar dengan jari tangannya.

"Setelah masa jabatanmu berakhir, keluarlah dari partai politik itu. Jangan lagi mencalonkan diri. Aku tidak ingin kau hidup didunia yang keras itu" Ucap Papa Daisy mencoba memberi nasihat.

"Aku tidak bisa"

"Apa mereka menahanmu untuk terus menjadi pesuruh mereka?"

Hadyan bergeming tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

Pria tua itu terkekeh miris "Padahal aku berharap ketika aku keluar nanti aku bisa menikahkanmu dengan Daisy. Tetapi sepertinya angan ku itu tidak bisa aku wujudkan. Kalau kau masih menjadi pesuruh mereka, memang lebih baik kita tidak perlu saling mengenal lagi"

"Kau tidak membenciku?" Tanya Hadyan dengan sisa tangis di wajahnya.

Pria tua itu berdiri kemudian mengelus kepala Hadyan dengan sayang.

"Bagaimana bisa aku membenci anak yang kubesarkan dengan tanganku sendiri. Kau pikirkanlah lagi, cari cara untuk keluar dari kuasa mereka. Aku yakin kau pasti bisa"

Hadyan memeluk Papa Daisy dari tempat dia duduk. Untuk pertama kalinya dia menangis setelah lama menumpuk sesak didada.

Dia memang tidak bisa keluar dari kuasa orang-orang itu, tetapi dia bisa menghancurkan kekuasaan mereka.

Dalam pelukan hangat Papa Daisy, Hadyan semakin bertekad menghancurkan mereka semua tanpa sisa.

****
Maap pendek

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang