Bab 25

926 77 1
                                    

Daisy menatap IPK semester nya dengan perasaan gamang. Nilainya turun, menjadi 2.50 dari yang semula 3.00 . Ini sangat memalukan untuk di perlihatkan kepada Hadyan.

Lebih memalukan lagi kalau sampai ada orang lain yang tahu, suaminya sudah sangat terkenal. Kalau nilai hasil belajarnya di kampus bocor ke luar, dia bisa menjadi bulan-bulanan netizen kembali.

Media sosialnya bahkan sudah penuh dengan pesan para haters yang membencinya, dia sampai menonaktifkan akun medsosnya karena tidak kuat dengan semua kata-kata kasar yang di layangkan padanya.

Sebagian dari mereka menyumpahinya untuk mati, alasannya bermacam-macam, lebih banyak karena para Haters itu iri, karena dia berhasil menjadi istri pria paling di gandrungi seantaro negeri.

Meski banyak juga yang mendukungnya, tapi suara mereka tetap saja tertelan dengan tulisan cacian dari para haters.

Daisy berjalan di koridor kampus dengan hati sedih, semakin hari suaminya terlihat semakin bersinar. Pria itu sudah sering wara wiri di televisi untuk di wawancara, terakhir Hadyan di undang di salah satu acara stasiun TV untuk di roasting oleh mbak Kikan Saputri, wanita itu merupakan stand up komedian yang sampai sekarang masih eksis di dunia entertaint. Padahal umurnya sudah hampir kepala empat.

Daisy menghela nafas panjang, dia merasa jauh sekali dengan Hadyan, ketenaran pria itu membuatnya rendah diri. Dia merasa tidak pantas jika di sandingkan dengannya.

Memikirkan itu membuatnya melamunkan hari-harinya semenjak menjadi istri pria itu. Hadyan memang sangat perhatian padanya, tapi sering sekali pria itu meninggalkan dirinya demi pekerjaan yang tidak ada habisnya. Terkadang Hadyan bisa pergi selama berhari-hari, kadang bisa sampai seminggu.

Daisy kesepian, Hadyan seperti memasang tembok di sekelilingnya. Daisy memang berada di dalam tembok itu, namun Hadyan tidak pernah mengizinkannya berjalan melewati batas. Pria itu seperti menjaga jarak, padahal mereka tinggal se atap. Ketika Daisy protes, Hadyan hanya akan berkelit. Hal itu membuatnya merasakan Hadyan sedang menyimpan sejuta rahasia darinya. Daisy tidak ada bedanya dengan wanita yang di nikahi Hadyan untuk memuaskan nafsunya saja.

Sebab, Hadyan tidak pernah mengajaknya berbicara mengenai keuangan keluarga, tidak juga mengajaknya berbicara mengenai kesibukannya, atau berbicara mengenai masa depan rumah tangga mereka. Selalu Daisy yang bercerita mengenai kegiatannya , sedangkan Hadyan hanya akan mendengarkan tanpa bercerita balik tentang kesehariannya.

Daisy mengusap air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya, ketika menjadi istri, mau tidak mau dia harus berbakti kepada suami, namun ada jiwa yang memberontak dalam dirinya, dia tidak seharusnya diperlakukan seperti ini oleh Hadyan.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrak tubuhnya, Daisy kaget karena hampir terjerembab.

"Eh maaf, maaf" Ucap orang tersebut, "Sorry ya, nggak sengaja. Beneran" Ucap orang itu lagi sambil berlari ke arah kerumunan tidak jauh dari mereka.

Orang-orang mulai berlari menuju kerumunan itu juga, Daisy yang semula tidak peduli, jadi ikut mengampiri.

"Dasar pelakor!! Di bayar berapa lo sama suami  gue hah?" Ucap seorang wanita dengan nada marah. Wanita itu memukul wanita lain dengan keras.

Mereka saling berteriak, saling menjambak.

Daisy melihat kejadian itu dengan ekspresi ngeri, tidak ada yang berinisiatif melerai, orang-orang yang mengerubuni justru sibuk mengeluarkan ponsel untuk merekam kejadian tersebut.

"Lepasin bangsat!! Suami lo ajak yang gatel! Jangan nyalahin gue!!" Teriak Wanita yang sedari tadi menerima pukulan.

Daisy kaget, itu suara Alifah. 

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang