Bab 37

794 63 2
                                    

Karena tidak tahan melihat istri mungilnya menangis terus, Hadyan berinisiatif membawa Daisy menyeberang ke Singapura untuk berbelanja. Kebetulan mereka sedang berada di Bintan, hanya perlu menaiki kapal Ferry selama kurang lebih 2 jam, mereka sudah bisa sampai di negara maju tersebut.

Hadyan sudah memesan kamar hotel di Marina By Sands, jadi begitu sampai di Tanah Merah Ferry Terminal (Singapura), ke bangunan tersohor tersebutlah tujuan mereka selanjutnya. 

Daisy mengakui bahwa usaha suaminya untuk menghiburnya yang sedang bersedih sedikit berhasil. Melihat keindahan dan kemewahan bangunan Marina By Sands yang tersohor mengundang decak kagum darinya. Daisy belum pernah ke sana sebelumnya, jadi wajar kalau dia merasa sangat terpesona melihat kemahsyuran bangunan berbentuk kapal yang berdiri di atas tiga gedung pencakar langit itu.

"Kita belanja dulu di mall membeli pakaian dan perlengkapan lainnya. Kamu belum capek kan? Atau mau istirahat dulu di kamar?" Tanya Hadyan padanya ketika mereka sudah berada di loby. Mereka memang tidak membawa kebutuhan sandang sama sekali ketika memutuskan pergi ke luar negeri. 

Hadyan saat itu berkata, lebih baik koper-koper milik mereka di kirim saja ke Jakarta menggunakan jasa ekspedisi. Karena tujuan mereka ke Singapura untuk berbelanja, jadi pria itu memutuskan untuk membawa dokumen identitas yang lengkap serta berbagai kartu debit dan kredit yang mereka punya.

"Aku nggak capek sih Mas, cuma masih agak pusing aja." Daisy juga tidak pernah naik kapal laut sebelumnya. Jadi tadi dia agak syok saat menaikinya, kebetulan ombak memang sedang kencang. Karena tidak terbiasa, kepala dan perutnya bereaksi saat berada di atas kapal Ferry. Dia mabuk laut, yang mengakibatkan dirinya muntah hingga beberapa kali.

"Maaf ya, Mas pikir kamu udah nggak pusing. Jadi gimana? Mau istirahat dulu?"

"Nggak terlalu pusing lagi sih. Tapi aku laper Mas. Mungkin kalau makan sekarang rasa pusingku bisa reda" ucap Daisy sembari mengelus perut ratanya.

Hadyan terkekeh pelan, kemudian dengan gemas mengecup pipi istrinya sayang. "Baiklah istriku, kamu mau makan apa? Kebetulan di mall ini banyak restaurant terkenal yang menyajikan makanan terenak di dunia. Mas bakalan bawa kamu ke sana"

Sekarang gantian Daisy yang tergelak. Di lingkarkan sebelah lengannya ke pinggang suaminya. Dari potret diri yang mereka tampilkan saat berjalan menyusuri loby, mereka terlihat seperti pasangan suami istri yang sangat serasi. Tubuh tinggi Hadyan menjulang, melindungi tubuh istrinya yang kecil dan mungil.

Untung Daisy juga tinggi, jadi Hadyan tidak terlihat seperti raksasa yang menggandeng anak kecil.

"Terserah Mas aja mau makan dimana. Tapi kayaknya Mas sering ke sini ya? Buktinya tahu tempat makanan enak yang ada di sini"

Di tanya begitu Hadyan jadi salah tingkah, "Yah, tidak terlalu sering sih. Cuma pernah beberapa kali aja" jawabnya sembari mengedikkan bahunya santai.

Mereka berbelok menuju France Restaurant yang ada di sana. Daisy tidak berhenti memeluk pinggang suaminya erat saat memasuki restaurant tersebut. Pelayan yang berpakaian rapi sekaligus ramah sedikit mengintimidasinya. Seharusnya dia merasa senang, namun entah kenapa dia tidak merasa cocok berada di restaurant mewah tersebut.

Mungkin karena ini hal baru untuknya. Berada di antara orang-orang kaya yang sedang bersantap ria. Daisy melirik penampilannya yang saat ini menggunakan dress floral merk lokal yang hanya dia beli seharga beberapa ratus ribu. Sangat kontras dengan penampilan beberapa pengunjung yang menggunakan dress keluaran merk ternama serta jass yang di pakai para ekskekutif yang bepenampilan rapi nan necis.

"Sekarang weekdays, jadi banyak pengunjung yang makan siang sekalian meeting atau sekedar meng-entertaint klien disini" ucap Hadyan ketika mereka sudah duduk di kursi masing - masing. Mereka duduk berdampingan menghadap dinding kaca yang memiliki pemandangan lanskap gedung pencakar langit.

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang