Bab 51

658 53 19
                                    

Sejak dia dan istrinya keluar dari gedung tempat acara pertunangan itu diadakan, Hadyan sudah menaruh curiga pada perlakuan Sulistyo tadi terhadapnya. Terlebih pada istrinya.

Dia sangat yakin, ada yang tidak beres. Putra bungsu Prasetyo itu seperti sedang melakukan sesuatu di belakangnya. 

Kecurigaannya semakin menjadi-jadi saat menerima kunci mobil miliknya dari petugas valet yang tadi memarkirkan mobilnya. Dari cara petugas itu menatapnya sangat tidak biasa, pria itu menatapnya terlalu intens. 

Begitu masuk ke dalam mobilnya, Hadyan seperti merasakan ada aroma rokok yang samar-samar tercium. Lalu pria itu menoleh ke belakang, tempat di mana aroma itu berasal. Baru saja dia hendak memeriksanya, mobil yang berada di belakang mereka langsung membunyikan klakson meminta Hadyan segera mengendarai mobilnya menyingkir dari posisinya saat ini.

Tadi Hadyan memang meminta pada petugas valet yang sebelumnya dia suruh untuk memarkirkan mobilnya agar membawa lagi mobil itu ke depan loby gedung. Sebab Hadyan terlalu malas hanya untuk sekedar mencari keberadaan mobilnya yang terpakir entah dimana.

Karena keadaan terdesak yang mengharuskannya melajukan mobilnya. Hadyan pun melupakan sejenak kecurigaannya. Waktu itu dia berpikir mungkin saja dia salah mencium aroma rokok.

Tapi kalau memang benar, berarti ada orang lain yang memasuki mobilnya selain petugas valet tersebut. 

Hadyan tahu dengan jelas, petugas valet parkir yang berjejer di depan loby gedung tidak di perkenankan merokok saat dalam bertugas. Jadi sudah bisa dipastikan bahwa bukan hanya pria itu yang memasuki mobilnya.

"Jangan datang, Mas" itu suara Daisy yang mengajaknya bicara.

"Aku harus datang" jawabnya yang mengerti maksud perkataan istrinya. Lalu seolah-olah ada alarm yang berbunyi di kepalanya, dia pun akhirnya menyadari alasan Sulistyo tadi menghadang mereka.

Bau rokok yang tadi dia cium, itu bukan kebetulan. Pasti ada hubungannya dengan perlakuan Sulistyo tadi.

"Tapi, Mas. Cara pria itu menatapmu sangat aneh. Dia seperti sedang menyimpan amarah padamu. Mungkinkah . . . ."

"Ssssstttt . . . ." Hadyan cepat-cepat menempelkan jari telunjuknya ke mulut menyuruh istrinya berhenti berbicara. Sekarang dia tahu apa maksud Sulistyo.

Pria itu pasti menyuruh orang untuk memasuki mobilnya. Apapun yang dilakukan orang tersebut, pasti bukan hal yang baik. 

Penyadap suara? Atau kamera tersembunyi? Kamera tersembunyi rasanya tidak mungkin, pikir Hadyan.

Sebab mobil Hadyan merupakan Smart car. Jika ada yang meletakkan perangkat elektronik lain tanpa seizinnya di mobil ini, saat mobil itu  dinyalakan, alarm yang terpasang di ponselnya pasti sudah berbunyi.

Jalan satu-satunya orang tersebut pasti mengutak-atik interior mobilnya. Memasang perangkat dengan cara jadul. Makanya mobilnya tidak bereaksi apapun, karena robot AI yang terpasang di mobilnya mengira bahwa perangkat itu adalah bagian dari dirinya.

Tapi masalahnya, dimana alat itu terpasang? 

Kepala Hadyan kemudian bergerak ke segala sisi mobil. Meneliti isinya, dan dia menemukannya. Pada pinggiran lampu kabin bagian belakang, ada noda sedikit. Dia yakin sekali sebelumnya noda itu tidak ada.

Namun sebelum dia sempat meminggirkan mobil untuk memeriksa lampu tersebut. Teriakan Daisy memecah konsentrasinya.

Selanjutnya yang dia lihat adalah moncong truk yang mau melindas mobil mereka. Pada saat itu Hadyan tanpa pikir panjang langsung membanting stir ke kanan, berusaha menghindari truk tersebut. 

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang