Warning!
Part ini mengandung konten dewasa yang mungkin tidak cocok untuk sebagian pembaca. Harap berhati - hati dalam memilih bacaan. You've been warn !
*****
Jika siang tadi Hadyan sakit kepala karena sikap Daisy yang tidak sopan pada kenalannya, maka sore ini dia di buat sakit kepala karena tingkah istrinya yang dengan sengaja berpakaian sexy di hadapannya.
Sebenarnya tidak hanya di hadapannya, melainkan kemolekan tubuh istrinya menjadi santapan banyak orang yang sedang asyik berenang atau sekedar bermain pasir di tepi pantai. Bagaimana bisa Daisy dengan santai berjalan di depan orang ramai menggunakan sepasang bikini yang mempertontonkan paha mulus serta belahan payudara nya? Perut ramping istrinya bahkan ikut terekspos, membuat Hadyan di landa cemburu sekaligus tidak terima karena ke indahan itu seharusnya menjadi miliknya saja.
Dia tahu sekali Daisy ingin menarik perhatiannya. Wanita itu sengaja bertingkah nakal yang membuat emosinya mencuat sampai ke ubun-ubun. Jika kemarahan yang ingin Daisy dapatkan, baiklah. Akan dia ladeni ego wanita itu. Lihat saja apa yang akan dia perbuat, kalau perlu akan dia buat Daisy tidak bisa berjalan seharian.
"Dek !!" Panggil Hadyan gusar. Dia menghampiri istrinya yang sedang selfie menggunakan ponsel seharga puluhan juta yang baru dia belikan untuk wanita itu beberapa hari lalu.
"Kamu apa - apaan sih?" Hadyan merebut paksa ponsel itu dari tangan Daisy. Tentu saja perbuatannya membuat wanita itu kesal.
"Mas yang apa-apaan? Harus ya ngerebut ponselku sampe kayak gitu? Kalau mau di ambil lagi ya udah, ambil aja!" Bentak Daisy galak. Hadyan melirik sekeliling mereka, suara Daisy yang keras tentu menarik perhatian para bule yang ada di sana.
Dia mengantongi ponsel itu di celana chinos yang dia pakai. Setelahnya Hadyan menghembuskan nafas lelah, semoga saja bule - bule itu tidak mengerti bahasa mereka. Harapnya. "Bukan gitu maksud Mas. Kamu kenapa keluar pakai bikini begini? Nggak malu di lihat orang?" Katanya dengan nada yang di buat se sabar mungkin.
"Ini kan pantai Mas. Kamu nggak lihat semua wanitanya pakai bikini? Itu di sana yang masih bocil juga pakai bikini" tunjuk Daisy ke arah sekumpulan bocil berambut pirang yang sedang asyik bermain kejar -kejaran.
"Tapi kamu kan beda Dek! Ayo ikut Mas ke kamar. Ganti pakai baju renang"
"Nggak mau!!" Daisy menolak saat Hadyan menariknya secara paksa menuju Cabana mereka.
"Ayo dek! Jangan bikin Mas marah! Mas udah cukup sabar menghadapi tingkah kamu yang kayak anak-anak begini"
Hadyan masih terus memaksanya berjalan, Daisy yang sebal mencoba menggigiti lengan pria itu. Tak kehabisan akal, Hadyan menaruh salah satu lengannya ke belakang lutut Daisy. Pria itu mengangkat tubuh istrinya enteng, membuat wanita itu meronta - ronta di dalam gendongannya.
"Kamu pikir Mas bakal biarin kamu membangkang terus? Lihat saja, Mas bakalan kasih pelajaran sama kamu!"
"Lepasiiinn!! Mas resee!! Aku mau berenang, nggak mau ke kamar . . ." Pekik Daisy yang tentu saja tidak di pedulikan Hadyan. Lewat kaki panjangnya, pria itu melangkah cepat menuju Cabana yang berada beberapa meter dari mereka.
Setelah sampai di depan pintunya, Hadyan menurunkan Daisy kemudian merogoh saku celana pendeknya untuk mengambil key card.
Daisy berpikir ini adalah kesempatannya untuk kabur, dia yakin sekali, begitu sampai di dalam Hadyan pasti akan menyeretnya ke ranjang untuk memberikan pelajaran padanya. Dia suka sih, percintaan mereka selalu membuatnya puas. Namun saat ini dia tidak ingin melayani Hadyan, jadi dari pada menjadi dosa karena melakukannya tidak ikhlas, lebih baik dia menghindar saja.
Seolah tahu isi pikirannya, Hadyan mendesis di belakang tubuhnya "Mau kemana?". Dengan sigap dia menarik pinggang Daisy yang saat itu sudah bersiap keluar dari teras balkon tempat mereka berdiri saat ini.
"Mas, aku pengen main air" rengeknya. Hadyan menggeram, menggeleng tegas menolak permintaan itu, lalu menyeret istrinya memasuki cabana yang pintunya sudah terbuka lebar di hadapan mereka.
Dia geser tubuh Daisy yang menghalangi pintu hingga terhempas ke samping dinding kaca. Hempasan itu tidak kuat, dan hanya dalam sekejap, setelah Hadyan menutup pintu, pria itu membalikkan tubuh Daisy hingga tubuh bagian depan wanita itu menyandar pada dinding kaca.
Lalu tanpa bisa Daisy cegah, Hadyan merobek bikini bagian atasnya, menariknya kuat hingga membuat kedua payudaranya menempel pada dinding kaca di depannya.
"Mas! Kamu gila ya! Kalau di lihat orang gimana? Aku bugil di depan kaca begini!!"
"Itu kacanya nggak transparant. Orang lain nggak bisa lihat dari luar" ucap Hadyan sembari sibuk membuka kancut Daisy.
"Tapi . . . Aaahhh" Daisy mendesah saat merasakan ada benda tumpul yang memasuki kewanitaannya. Benda yang panjang dan besar itu membelai keras di bawah sana, menghentak kuat maju mundur, hingga melumpuhkan setiap sendi tubuhnya, kakinya meleleh karena rasa geli yang menjalari bagian intimnya. Dia hampir tidak kuat menopang tubuh proporsionalnya kalau saja Hadyan tidak memegangi pinggangnya erat.
Pria itu menyetubuhinya dari belakang, sambil berdiri, seperti ingin menghukumnya. Seharusnya dia merasa marah. Cara Hadyan memasukinya persis seperti binatang buas yang tidak memiliki etika. Pria itu bahkan tidak meminta persetujuannya, atau merayunya lebih dulu sampai dia bersedia melakukannya.
Tapi seperti yang terjadi sebelumnya, Hadyan selalu mampu membuat tubuhnya mengkhianati isi pikirannya. Pria itu seolah-olah tahu bagaimana cara membuat tubuhnya berada di bawah kendali pria itu.
"Masih mau membangkang hmm?" Bisik Hadyan sembari menggoyangkan pinggulnya cepat. Daisy berjengit mendengarnya. Cara Hadyan berbicara persis seperti kejadian di masa lalu. Saat pertama kali dirinya tidak menuruti ucapan pria itu.
Waktu itu Daisy ada tugas kelompok bersama salah satu teman sekelasnya. Temannya itu merupakan seorang pria. Rencananya mereka akan mengerjakan tugas itu di perpustakaan milik Pemerintah Kota. Hadyan yang memiliki sifat pencemburu dan sangat possessive tentu tidak suka mendengar kabar gadis kecilnya akan berduaan saja dengan seorang pria. Meskipun pria itu masih remaja bau kencur.
Hadyan lalu meminta Daisy menunggunya yang saat itu sedang ada jam perkuliahan di kampus. Dia ingin menemani gadis kecilnya mengerjakan tugas agar gadis itu tidak berduaan saja dengan remaja tersebut.
Hanya satu jam Hadyan memintanya menunggu, tapi Daisy yang tidak sabar memilih untuk menerima ajakan remaja laki-laki itu pergi berduaan saja menaiki taxi online.
Hadyan yang murka tanpa pikir panjang menyusul Daisy ke perpustakaan tersebut. Tanpa mempedulikan orang-orang yang ada di sana, dia memaksa Daisy ikut pulang bersamanya. Padahal tugas gadis itu belum selesai.
Kemarahan Hadyan tidak hanya sampai di sana, bukannya membawanya pulang ke rumah, Hadyan justru membawanya berkeliling kota menggunakan mobil miliknya hingga mereka berhenti di sebuah taman perumahan yang sepi.
Daisy yang sepanjang perjalanan menangis sesenggukan di paksa Hadyan melakukan sesuatu yang tidak pernah gadis itu sangka-sangka. Pria itu memaksanya mengulum kejantanannya. Hal yang bisa di katakan sebagai praktik pedofilia. Sebab Daisy masih di bawah umur. Dia bahkan belum mendapatkan menstruasi pertamanya.
Daisy yang polos dan naif tentu saja ketakutan melihat sesuatu yang seharusnya tidak boleh di lihat anak seumurannya. Hadyan yang tahu bahwa gadis itu ketakutan tersenyum licik, tapi tak urung tetap memaksanya melakukan apa yang dia minta.
Daisy melakukannya, sampai terumuntah - muntah. Dia memohon ampun setelahnya. Sejak saat itu dia tidak berani lagi membantah ucapan Hadyan.
Mengingat itu semua, setitik air mata jatuh di pipi Daisy saat ini. Dia tatap wajah Hadyan lewat pantulan kaca di depannya. Pria itu sedang balas menatapnya dengan raut wajah bengis. Daisy tahu arti tatapan itu, tatapan yang ingin menunjukkan bahwa dia lah yang berkuasa dalam hubungan mereka.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Inside Him
General FictionDulu Daisy tidak percaya bahwa roda kehidupan bisa berputar. Daisy pikir dirinya akan selamanya hidup sejahtera bersama keluarganya yang hebat. Namun takdir membawanya pada kenyataan bahwa keluarganya yang hebat bisa jatuh terperosok begitu dalam. ...