Sebulan dengan perasaan rindu yang menyiksa telah berakhir, akhirnya Hadyan bisa bertemu lagi dengan wanita yang dia sayangi.
Beruntung kampus tempat Daisy mengenyam pendidikan mengundangnya sebagai salah satu narasumber untuk kuliah umum hari ini.
Karena itulah, untuk pertama kalinya Hadyan merasa bangga dengan jabatan yang dia miliki, karena jabatan inilah dia berhasil menjadi pesohor dinegeri ini, sebagai anggota dewan termuda, dan memiliki banyak prestasi.
Karena jabatan ini, dia memiliki kesempatan lagi untuk bertemu dengan Daisy.
Namun Hadyan belum memikirkan bagaimana cara agar dia bisa berbincang dengan wanita itu, dia menjadi sangat gemas dengan dirinya sendiri, dulu dia bisa dengan begitu tega pergi dari hidup Daisy dan keluarganya, bahkan dia bisa memaksa dirinya untuk melupakan dan menghilangkan perasaannya pada wanita itu.
Meski akhir-akhir ini dia berpikir, mungkin saja sebenarnya dia belum melupakan Daisy, mungkin saja dari lubuk hatinya yang terdalam dia masih sangat mencintainya.
Tetapi apapun itu, dia harus mendapatkan jawabannya. Dia ingin menuntaskan masa lalu yang belum pernah berakhir diantara mereka. Dulu Daisy masih remaja, masih dibawah umur, jelas bukan saat yang tepat untuknya mencari jawaban atas kegelisahan yang dia rasakan kepada wanita itu.
Namun sekarang Daisy sudah menjelma menjadi wanita dewasa, meski bila hidup dengannya nanti tidak akan mudah, dia ingin berjuang mendapatkan Daisy sebagai pendaping hidupnya.
Saat kuliah umum hari itu telah berakhir, Hadyan langsung diserbu beberapa mahasiswa yang ingin berfoto dengannya. Hadyan tahu bahwa meladeni mereka sama saja dengan menghabiskan waktunya.
Jika tidak di kejar, Daisy mungkin akan hilang dari pandangannya. Jadi sebelum wanita itu berhasil keluar dari ruang Auditorium, Hadyan segera berlari kearahnya.
Apa yang dilakukan Hadyan jelas menarik perhatian semua orang yang ada di ruangan itu. Hanya Daisy yang tidak sadar dengan kejadian itu.
Saat Daisy hampir mencapai pintu keluar, dia bisa merasakan tangannya di tarik oleh seseorang, lalu tidak lama setelah itu, wajahnya telah berlabuh di dada bidang seorang pria.
"Kenapa tidak memberi salam sama Mas? Apa kamu masih ada kelas? Mas bisa antar kamu pulang kalau tidak ada kelas lagi" Ucap pria itu sambil menyunggingkan senyum manis.
Daisy yang belum mencerna apa yang terjadi jelas terkejut, tidak menyangka Hadyan bisa begitu nekat menghampirinya. Dia kemudian menatap sekeliling, semua orang menatap kearah mereka dengan penasaran. Wajah Daisy langsung memerah, dia tentu menjadi sangat panik.
Daisy lalu berpaling kearah Hadyan, dengan pelan dia berdesis marah "Apa yang kamu lakukan?"
Hadyan dengan wajah polos menjawab "Memangnya salah menyapa adikku?"
Jawaban itu di lontarkan Hadyan dengan keras tentu saja, orang-orang disekitar mereka jelas mendengarnya, termasuk Wina yang yang berada tidak jauh dari posisi mereka.
Setelah jawaban itu terlontar, Daisy bisa mendengar bisik-bisik dari mereka semua yang ditujukan padanya.
Karena tidak tahan dengan itu semua, Daisy pun segera menarik tangan Hadyan untuk berlalu dari sana.
Mereka berjalan cukup lama, melewati lorong dan beberapa gedung kelas. Sampai akhirnya mereka berada di sebuah taman belakang gedung yang kebetulan saat itu tidak ada orang, Daisy pun segera menghempas tangan Hadyan dengan wajah memerah marah.
"Apa kau sudah gila??"
"Iya aku memang sudah gila !!" Balas Hadyan sambil mendorong bahu Daisy sampai punggungnya menyentuh dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Inside Him
General FictionDulu Daisy tidak percaya bahwa roda kehidupan bisa berputar. Daisy pikir dirinya akan selamanya hidup sejahtera bersama keluarganya yang hebat. Namun takdir membawanya pada kenyataan bahwa keluarganya yang hebat bisa jatuh terperosok begitu dalam. ...