Bab 41

1.1K 71 11
                                    

Yang nggak Vote ku sumpahin pantatnya bisulan :P

****

Buugghhhh

Suara pukulan keras pada perut seseorang menggema di sekeliling kamar suite milik Dean. Saat ini, pria itu sedang menyiksa pelayan setianya karena tidak bisa mengalahkan Hadyan dalam permainan kartu Blackjack.

Dia tentu saja tidak akan semudah itu menyerahkan tanah serta vila yang sudah susah payah dia dapatkan. Tadinya dia hanya ingin menantang Hadyan, dia pikir pria itu tidak akan menerima tantangannya karena dirinya melihat sifat posesif yang begitu kental dalam diri Hadyan kepada istrinya.

Sengaja dia memancing dengan menyebutkan hadiah apa yang akan dia berikan pada Hadyan seandainya pria itu bisa mengalahkannya dalam permainan kartu Blackjack. 

Dean menunggu, berharap Hadyan memukul dirinya sebagai ungkapan kekesalan karena menjadikan istrinya sebagai hadiah taruhan. Namun bukannya menolak dan memukulnya, justru pria itu dengan berani menerima tantangan darinya.

Sungguh keputusan yang tidak pernah dia duga. Dia pikir Daisy adalah kelemahan Hadyan, dia hanya perlu di yakinkan, supaya dia bisa merebut kembali saham miliknya suatu hari nanti dari tangan Hadyan lewat istri pria itu.

Tapi ternyata dia mengambil langkah yang salah, dan sekarang dia harus kehilangan tanah serta properti miliknya yang berharga. Andai mereka tidak bermain di tempat perjudian legal, Dean pasti bisa dengan mudah mengingkari taruhan tersebut. Tapi karena tempat perjudian itu legal, dia tidak bisa sembarangan mengingkarinya. Karena Hadyan memiliki hak untuk menuntutnya kalau sampai itu terjadi. Tuntutan tersebut memiliki kecakapan hukum, Dean bisa terancam di deportasi dari negara kecil ini. Bila itu terjadi, nama baiknya bisa di pertaruhkan terlebih dia memiliki banyak bisnis dalam berbagai sektor di negeri kecil ini. 

Memikirkan itu semua , kekesalan Dean semakin menjadi-jadi. Dia melayangkan pukulan keras ke pipi pelayannya lagi.

"Tidak berguna! Kemana kemampuanmu yang selalu kau bangga-bangga kan itu, hah? Bisa-bisanya Hadyan mengalahkanmu sialan!" Amuknya diantara deru nafas kesalnya.

"Maaf" hanya itu yang bisa Robert katakan pada majikannya. Pria itu meringis kesakitan. Meski terbilang kurus, tapi tenaga Dean sangat besar. Dia menduga pipinya akan lebam beberapa menit lagi.

Sementara Dean mendesis sinis, lalu melayangkan lagi pukulan terakhir kepada Robert sebelum meraih botol Brendi dari atas meja bar yang ada di sampingnya .

"Pergilah! Dan cari tahu tentang kehidupan rumah tangga laki-laki itu." Ucapnya memberikan perintah pada Robert yang langsung di angguki pria itu.

Setelah kepergian Robert dari kamarnya, Dean berjalan ke arah jendela kaca yang menampilkan lanskap gedung pencakar langit. Dalam suasana hati yang baik, dia pasti akan sangat menikmati pemandangan di depannya. Tapi saat ini pemandangan indah tersebut justru membuat suasana hatinya sembakin memburuk.

Dia menonjok kaca jendela di depannya sambil menenggak brendi yang ada di tangannya yang lain. Dia sudah lama mengenal Hadyan, mereka sering bekerjasama dalam beberapa kasus suap pada bisnis miliknya yang bermasalah.  

Seharusnya dengan banyaknya kerjasama diantara mereka, Hadyan bisa lebih mawas diri dan menjaga hubungan harmonis keduanya. Namun Dean tidak menyangka, Hadyan justru dengan berani mengambil keuntungan yang tidak biasa darinya. Padahal dia sudah bermurah hati memberikan bagian uang yang sangat banyak padanya, tapi Hadyan memilih mengincar saham perusahaan Senjata milik keluarganya.

Terlebih Daisy, dia menyukai wanita itu sejak pertama kali mereka bertatapan saat mereka bertabrakan. Hadyan yang brengsek sangat beruntung memiliki wanita itu, sungguh Dean iri setengah mati padanya.

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang