Bab 33

755 60 0
                                    

Hadyan pulang ke rumah dalam keadaan hati yang ringan. Semua rencananya berjalan mulus. Sekarang Daisy juga sudah mengetahui seluruh dosa besarnya. Dia sangat bersyukur, karena istrinya itu bisa menerima semua kesalahannya. Dan yang lebih membahagiakan, Daisy masih mau berada di sisinya.

Sekarang tinggal menunggu semua rencananya berhasil seperti yang dia perkirakan. Dia tidak hanya akan membuat Prasetyo kehilangan kekuasaan, namun dia akan memporak-porandakan kerajaan partai politiknya. Akan dia runtuhkan semua hal berharga yang pria itu punya.

"Halo dek. Kamu udah siap-siap?" Tanya Hadyan sambil membenarkan posisi earphone bluetooth di telinganya. Saat ini dia sedang menyetir mobil menuju ke apartmentnya untuk menjemput Daisy.

"Udah Mas. Memangnya kita mau kemana?" Tanya Daisy dari seberang sana.

"Bulan madu yang tertunda. Mumpung kamu libur semester. Kita liburan ke Bintan ya. Mas udah pesan villa" kata Hadyan memberitahu.

Daisy hanya menggumam mengiyakan dari seberang sana. Panggilan pun terputus tepat ketika Hadyan membelokkan mobilnya memasuki pelataran parkir apartment.

Dia memarkirkan mobil beberapa meter dari pintu masuk loby. Sengaja dia tidak parkir di basement, karena rencananya dia akan menunggu istrinya itu di Loby.

Baru saja dia akan mengirim pesan kepada Daisy, seorang pria menggunakan kaos hitam polos mengetuk kaca jendela mobil di samping kemudi.

Hadyan menoleh dan seketika mengkerutkan kening dalam. Dia tahu pria tersebut merupakan salah satu pengawal Rengganis.

"Ya Mas?" Tanya Hadyan setelah menurunkan kaca jendela.

"Mas punya waktu? Mbak Anis ingin bicara" kata pria itu.

"Memangnya mau bicara dimana?" Tanya Hadyan. Pria itu melirik arloji seharga ratusan juta di lengan kirinya sekilas. "Saya harus sudah di bandara dua jam lagi" sambungnya.

"Mbak Anis menunggu di coffee shop lantai 3." Jawab pengawal tersebut.

"Baiklah. Tapi saya cuma bisa sebentar ya" kata Hadyan menegaskan. Sang pengawal menganggukkan kepala mengiyakan. 

Pengawal tersebut kemudian menyingkir memberikan ruang bagi Hadyan untuk membuka pintu. Setelah pria itu keluar dari mobil, mereka berdua pun berjalan bersama memasuki loby apartment menuju lantai 3.

"Kira - kira Rengganis ingin membicarakan apa?" Tanya Hadyan basa basi begitu mereka sudah di dalam lift.

"Kalau itu saya tidak berani mengatakannya Mas. Cuma Mbak Rengganis yang bisa ngomong" jawab pengawal tersebut telihat sungkan.

Hadyan mengangguk kecil. Lalu terjadi hening setelahnya. Tidak berapa lama pintu lift terbuka dan menampakkan lorong yang mengarah ke beberapa tempat. Jika berbelok ke kiri, mereka akan sampai di tempat gym. Karena coffee shop tujuan mereka, jadi mereka mengambil arah berlawanan.

****

Suasana coffee shop tampak sepi begitu Hadyan memasukinya. Hanya tampak beberapa pelayan yang berdiri mengawasi di dekat meja kasir. 

Hadyan menoleh ke arah pengawal tersebut dengan alis terangkat bertanya. Biasanya di jam segini tempat ini ramai di datangi pengunjung. Sangat mengherankan tempat ini sepi tidak ada satupun pengunjung di dalamnya.

"Mbak Rengganis mem-booking seluruh tempat ini. Supaya kalian bisa leluasa berbicara tanpa ada gangguan dari pengunjung yang seumpamanya mengenali kalian." Kata pengawal itu.

Hadyan menatap datar ke arah pengawal tersebut. Dia merasa ada yang tidak beres. Rasanya lebih mudah jika dia dan Rengganis berbicara di tengah keramaian. Setidaknya tidak akan ada yang berpikir macam - macam karena mereka bertemu di tempat ramai dan bukannya secara sembunyi-sembunyi begini.

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang