Bab 8

2K 135 2
                                    

Hadyan sepertinya sangat marah terhadapnya, karena setelah pembicaraan mereka tadi dia pergi tanpa kembali lagi ke rumah sakit.

Sebagai gantinya justru beberapa jam kemudian Mama beserta Gibran datang menjenguknya.

Tentu kedua orang itu sangat panik saat mengetahui kabar bahwa Daisy kecelakaan. Daisy sempat bertanya dari mana mereka mengetahui kabar itu, Kakaknya bilang ada orang dari pihak rumah sakit yang mengabarinya.

Entah kenapa Daisy merasa curiga, sepertinya Hadyan yang melakukannya. Sebab Kalau benar pihak rumah sakit yang menghubungi keluarganya, seharusnya Hadyan tidak perlu membantunya tadi untuk membalas pesan Mamanya dengan mengatakan seperti itu.

Memikirkan itu membuat Daisy semakin berpikiran buruk, Hadyan pasti benar-benar ada hubungannya dengan kasus papanya.

Tetapi masalahnya bagaimana cara dirinya membuktikannya? Haruskah dia mendekati Hadyan dan mencari tahu sendiri?

"Ini dari Adisti dek, dia minta maaf karena tidak bisa datang." Ucap Gibran sambil meletakkan parcel buah di meja nakas.

Daisy hanya menggumam terimakasih.

"Besok kata dokter sudah boleh pulang kalau tidak ada tanda-tanda luka yang serius. Kamu pulang ke rumah ya dek. Istirahat dirumah saja." Pinta Mama padanya.

"Aku udah di akhir semester Ma, aku nggak bisa bolos karena sebentar lagi ujian akhir semester" Ucap Daisy beralasan.

"Tapi jahitan luka kamu harus di kontrol terus sampai sembuh. Fasilitas kesehatan untuk asuransi BPJS kamu kan kliniknya ada di dekat rumah. Kalau kontrol di klinik atau di rumah sakit lain harus bayar secara mandiri. Sayang duitnya dek." Balas mamanya tidak mau kalah, dia sangat ingin Daisy pulang ke rumah mereka.

Mendengarnya Daisy langsung mendesah berat, yasudahlah. Toh dia juga butuh waktu untuk memikirkan rencananya mendekati Hadyan.

Meski dia masih tidak menyukai Adisti, tetapi melihat bagaimana kakaknya tadi datang dengan wajah panik cukup meredakan amarah yang dia rasakan pada kakaknya.

***

Setelah seminggu beristirahat akhirnya kondisi Daisy pulih sepenuhnya, dia juga baru saja selesai kontrol lukanya, hari ini jahitan lukanya sudah selesai di buka.

Jadi kondisi luka dipelipisnya tinggal pemulihan sampai benar-benar sembuh.

Karena tidak perlu lagi kontrol setiap hari, jadi Daisy memutuskan untuk kembali ke Jakarta.

Kebetulan hari ini cuma ada satu mata kuliah di sore hari, meski agak terburu-buru, namun Daisy bersyukur dia tidak terlambat untuk masuk ke kelas.

"Lo kemana aja beberapa hari ini?" Tanya Wina begitu jam mata kuliah usai.

"Abis kecelakaan"

"Kok bisa?"

"Ya bisalah, namanya takdir"

"Tapi kok Lo baik-baik aja?"

"Baik-baik aja muke Lo. Ini perban di pelipis gue segede gaban ga kelihatan?" Decak Daisy agak jengkel.

Wina masih mengatakan beberapa pertanyaan lagi tapi Daisy memilih mengabaikan, dia tidak menyukai Wina yang bersikap seperti ini kepadanya. Sehari setelah kejadian di Auditorium wanita itu tidak berhenti menanyakan tentang hubungannya dengan Hadyan. Jujur Daisy menjadi sangat tidak nyaman, wanita itu menjelma seperti wartawan gosip yang memiliki pertanyaan yang tidak ada habisnya.  

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang