Bab 10

1.7K 107 4
                                    

Hadyan membalas pesan Daisy dengan senyum yang tidak luntur dari bibirnya, ternyata gadis itu sedang berada di Apartmentnya dan berencana akan menginap.

Jadi tanpa berlama-lama lagi, dia segera memacu kendaraan yang dikendarainya melaju kencang membelah jalanan kota Jakarta.

Tidak lupa dia berhenti sebentar di toko dessert kesukaannya untuk membelikan gadis itu beberapa potong cheesecake yang akan mereka nikmati malam ini.

Ketika sampai di depan pintu Apartmentnya, dengan tidak sabar dia segera menekan digit demi digit nomor pin Apartmentnya.

Saat pintu terjeblak terbuka, betapa terkejutnya dia ketika yang menyambutnya bukan Daisy melainkan Rengganis.

"Kamu sudah pulang?" Tanya wanita manis di depannya lembut.

"Kenapa tidak mengabari kalau mau kesini?" Tanya Hadyan balik sambil mencari sosok Daisy di belakang tubuh wanita itu.

Rengganis yang mendengar itu mengkerutkan kening bingung, selama ini dia memang tidak pernah memberitahukan jika ingin kemari, dan dia jelas tidak menyangka pertanyaan itu keluar dari mulut Hadyan.

"Kamu keberatan? Aku selalu datang tanpa memberitahu lebih dulu, dan kamu terlihat tidak pernah mempermasalahkan sebelumnya"

Mendengar itu Hadyan langsung menatap tidak enak "Ah tidak, maksudku ini sudah malam, tidak biasanya kamu kesini malam-malam begini" Ucapnya berkilah.

"Kamu selalu terlihat sibuk akhir-akhir ini. Kamu juga selalu menolak setiap kali kuajak bertemu. Jadi kupikir lebih baik aku berkunjung ketika malam disaat kamu sudah pulang kerja."

Hadyan menghembuskan nafas berat mendengarnya.

"Ini apa?" Tanya Rengganis menunjuk kantong yang di bawa Hadyan "Cake? Kamu beli cake malam-malam begini?"

"Iya, lagi pengen aja" Jawab Hadyan sambil berjalan kearah dapur.

"Kalau pengen Cake kamu bisa mengatakannya padaku. Kamu kan tahu aku bisa membuat segala jenis cake."

"Aku tidak ingin merepotkanmu" Jawab Hadyan lagi sambil meletakkan Cake itu secara sembarangan di dalam kulkas.

"Kamu sebaiknya pulang. Kalau terlalu malam disini, nanti bisa timbul fitnah. Aku tidak enak sama Bapak kalau ada rumor buruk tentang kamu nantinya" Usir Hadyan secara halus.

Rengganis terlihat sedih, tetapi kemudian dia mencoba menatap Hadyan sambil tersenyum "Kamu akan mengantarku kan?" Tanya Rengganis terlihat berharap.

"Kamu kesini tidak diantar Paspampres?"

"Diantar sih"

"Kalau begitu pulang sama mereka saja. Aku lelah sekali hari ini. Kamu tidak apa-apakan?" Tawar Hadyan mencoba menolak.

Raut sedih itu kembali hadir lagi, dan kali ini tidak Rengganis tutup-tutupi.

"Oke Mas, aku pulang ya. Kamu istirahat, besok-besok kalau ada waktu hubungi aku." Pamit Rengganis sambil memeluk Hadyan erat. "Aku kangen" Ucapnya lagi yang membuat Hadyan menampilkan raut frustasi.

Rengganis cukup lama memeluk dirinya yang membuatnya sangat tidak nyaman, lalu dengan pelan, dia memegang kedua bahu wanita itu untuk menjauhkan diri.

Rengganis jelas paham maksud dari tindakan Hadyan, pria ini jelas sedang menolaknya.

"Ayo, aku antar ke Loby" Tawar Hadyan yang segera ditolak Rengganis.

Dia sudah hampir menangis dan tidak ingin pria di depannya ini melihat tangisannya.

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang