Bab 19

1.1K 101 2
                                    

Sesuai dengan arahan Hadyan, Daisy menempati kamar di sebelah kamar Hadyan yang sebelumnya kamar tersebut dia sediakan untuk teman-temannya jika ingin menginap. 

Kamar itu tidak seluas kamar milik Hadyan, namun memiliki pemandangan yang sangat menakjubkan. Karena hari sudah sore, Daisy bisa melihat matahari diufuk barat perlahan-lahan mulai beranjak turun menyebabkan langit berubah warna menjadi jingga. Memberikan panorama kota Jakarta yang sangat indah dengan bangunan-bangunan tinggi disekelilingnya.

Hadyan datang tidak lama kemudian bersama seorang petugas keamanan. Dua pria itu datang dengan membawa banyak barang, salah satunya yang Daisy kenali sebagai kopernya yang dia yakini seharusnya berada di asramanya.

"Kok Mas bisa bawa koperku?" Tanya Daisy heran.

"Mas ambil di asrama kamu" 

"Mas tahu dimana aku tinggal?" Tanya Daisy terkejut.

"Iyaa" Jawab Hadyan sambil memberikan beberapa lembar uang kepada petugas kemanan yang membantunya membawa barang-barang Daisy. "Coba kamu cek lagi, ada yang kurang tidak? Tadi mas minta tolong teman sekamarmu untuk membantu packing barang-barang ini" Kata Hadyan saat petugas keamanan tersebut beranjak dari sana. Daisy langsung menuruti. 

Wanita itu mengeceknya secara seksama, sementara Hadyan melangkah kearah kamarnya untuk membersihkan diri karena berkeringat akibat seharian bekerja. 

"Hadyan sudah pulang?" Tanya Mama Daisy yang masih menggunakan mukena. Wanita itu baru selesai menunaikan sholat maghrib.

"Sudah Ma, tapi lagi masuk ke kamarnya" 

"Itu apa?" Tanya Mamanya menunjuk barang-barang yang sedang di cek Daisy.

"Barang-barangku dari asrama"

"Hadyan yang membawanya?" Tanya Mamanya memastikan.

Daisy hanya mengangguk mengiyakan.

"Sebentar lagi juga Gibran datang untuk mengantar baju milik Mama" Beritahu Mamanya.

Daisy mengkerutkan kening bingung mendengarnya "Mama mau tinggal disini juga?" Tanya Daisy penasaran.

"Iya, Hadyan yang menyuruh."

"Sampai kami menikah?"

"Setelah kalian menikah juga Mama akan tinggal disini bersama kalian" Ucap Mamanya yang menarik nafas dalam. 

"Mas Gibran tahu hal ini?"

Mamanya mengangguk mengiyakan. Kemudian wanita paruh baya itu berjalan kearah sofa di depan TV untuk membaca Al-Qur'an.

Daisy terenyuh melihat Mamanya, dibalik sikap tenangnya, Ibu nya itu pasti sedang sangat bersedih. Anak laki-laki satu-satunya tidak bisa lagi dia tumpangi.

Daisy bukannya tidak tahu desas-desus itu. Semenjak kejadian yang menimpanya, Gibran seperti menjauh dari hidup mereka. Kakaknya itu hanya datang sekali saja saat mengantar Mamanya ke rumah sakit. Setelah itu dia tidak pernah datang lagi.

Istrinya juga tidak pernah menampakkan batang hidungnya. Daisy benci sekali padanya. Wanita itu membuat kakak kandungnya banyak berubah.

*****
Daisy sedang mengangkut barang terakhir miliknya untuk di antar ke kamarnya saat melihat Hadyan keluar dari kamarnya.

"Kenapa kamu yang mengangkut barang-barang itu? Mas kan cuma menyuruhmu mengeceknya" Seru Hadyan yang langsung meraih dus yang sedang Daisy pegang .

"Risih lihatnya, menumpuk di depan pintu" Ucap Daisy sambil mengikuti Hadyan berjalan kearah kamarnya.

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang