Bab 4

2.5K 144 2
                                    

Hadyan hanya bergeming mendengarkan bagaimana Daisy menangis dengan sesenggukan.

Dia tidak bisa menenangkan wanita itu karena jauh di dalam hatinya dia tidak ada merasakan penyesalan sedikitpun karena telah merenggut kesucian wanita di depannya ini. Dia sangat menyukai bagaimana percintaan mereka tadi. Ini yang pertama untuknya, tentu saja menjadi hal yang paling menakjubkan yang pernah terjadi padanya.

Jadi bagaimana caranya dirinya menenangkan gadis itu? Jika dia sendiri adalah orang yang telah membuat daisy bersedih.

"Kamu menangis sampai air matamu mengering juga tidak akan mengembalikan semuanya" Ucap Hadyan dengan nada di buat kesal. "Lagipula ini salahmu, seharusnya kamu tidak memancingku." Ucapnya sambil menggeleng "Tidak, justru seharusnya dari awal kamu tidak menjual dirimu. Apa sih yang kamu pikirkan hingga berbuat nekat seperti ini? Hidupmu sulit? Financial keluargamu tidak cukup menghidupimu?" Tanya Hadyan sedikit marah.

Daisy langsung terdiam dari tangisnya begitu mendengarnya. Dia sangat merasa marah sekaligus terhina. Ternyata lelaki ini adalah orang yang seperti ini. Di dalam pikirannya mungkin saja meniduri wanita sudah menjadi kebiasaan bagi pria sepertinya.

Daisy menatap Hadyan, tidak ada penyesalan maupun perasaan bersalah yang muncul di raut wajahnya. Lelaki ini benar-benar telah berubah. Daisy bahkan sangsi, bahwa lelaki ini masih mengingat kebaikan yang pernah ayahnya berikan.

Tidak mungkin lelaki ini tidak tahu, tentang apa yang menimpa keluarganya. Setelah Ayahnya masuk penjara kehidupan keluarganya benar-benar berada di titik terendah. Namun Hadyan tidak pernah datang untuk membalas budi. Jangankan balas budi, berbelas kasih pun tidak ada. Dia seolah-olah lupa, bahwa dia berada di posisinya saat ini karena kebaikan Ayahnya.

Daisy sangat membencinya, dia muak berada satu ruangan dengan pria di depannya. Jadi dengan cepat dia menghapus air matanya, mengusapnya kasar, lalu bangkit dari duduknya, dia mengutip gaun seksinya, kemudian memakainya cepat. Dalam kebingungan dia mencari-cari celana dalamnya, dia menemukannya di bawah kursi dekat jendela. 

Namun ternyata celana dalam itu telah robek. Dia mendesis sinis. Sepertinya dia harus pulang tanpa memakai celana dalam. Beruntung dia kesini membawa Blazer selutut yang di pinjamnya dari Wina. Blazer itu dapat menyembunyikan belahan pantatnya dari gaun seksi yang tipis itu.

Hadyan tentu saja melihat setiap gerakan yang dilakukan Daisy, dia masih diam memperhatikan sampai dia melihat wanita itu memakai blazer nya.

"Kamu mau kemana?" Tanyanya dengan wajah marah sambil menahan pergelangan tangan Daisy.

"Kita sudah selesai bukan? Biarkan aku pergi" Teriak Daisy kesal.

"Siapa yang mengizinkanmu pergi? Memangnya Wina tidak memberitahu? Kamu harus disini sampai pagi." Ucap Hadyan mencoba menahannya.

Daisy ternganga mendengarnya, Wina tidak memberitahu tentu saja. Namun dia tidak bisa berada di sisi Hadyan meskipun hanya sebentar.

"Tidak bisakah kamu membiarkanku pergi? Kamu sudah mendapat apa yang kamu mau" Ucap Daisy dengan mata memerah menahan tangis.

Hadyan bergeming, jujur dia tidak rela membiarkan wanita itu pergi "Setidaknya beritahu aku apa masalahmu. jangan bertindak bodoh lagi seperti ini. Hari ini kamu beruntung karena aku pelangganmu. Kalau ini orang lain, entah apa yang akan mereka lakukan padamu"

Mendengar itu Daisy tertawa sumbang "Beruntung he ? Yang akan mereka lakukan tentu sama saja. Meniduriku, mengambil keperawananku. Seperti dirimu beberapa saat yang lalu!" Desis Daisy sinis.

Mendengarnya wajah Hadyan berubah pias, pegangan tangannya pada pergelangan Daisy mengendor, seolah-olah mendapat kesempatan, Daisy pun segera menghentak pegangan itu hingga terlepas. 

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang