Bab 15

1.4K 110 12
                                    

Suara bantingan pintu mengagetkan Hadyan dari kegiatannya saat ini. Dia melihat kearah pintu dan menemukan Aries berada disana sambil menatapnya dengan wajah marah. Tampak di belakang pria itu seorang petugas keamanan menatap Hadyan dengan mata bersalah karena tidak berhasil menghalau Aries memasuki ruangannya.

Hadyan menatap petugas itu, kemudian dengan isyarat dia menyuruhnya membiarkan Aries masuk keruangannya. Petugas itu paham maksudnya, lalu dia pun menutup pintu ruangan Hadyan dari luar, membiarkan kedua pria itu berbicara di dalam.

"Kenapa kesini? Kamu mau membongkar kerjasama kita ? Kalau sampai ada yang curiga, aliansi mahasiswa yang kamu kepalai akan di selidiki. Kamu ingin menghancurkan semua kerja keras kita?" Desis Hadyan marah.

Aries tidak langsung menjawab, dia berjalan kearah Hadyan dengan hidung memerah, kantung matanya tampak membesar, Hadyan bisa menduga, kalau pria ini baru saja menangis sebelum menemuinya.

"Salah satu anggotaku merenggang nyawa Mas. Dan itu semua dilakukan dengan sengaja. Aksi kami bukan hanya ditunggangi kepentingan politik. Tapi juga untuk menghilangkan nyawa seseorang. Mas pasti mengetahui sesuatu kan? Makanya Mas bisa ada di tempat kejadian!!" Desis Aries dengan wajah memerah marah.

Hadyan menghela nafas gusar. Tentu saja yang di curigai Aries benar. Namun dia tidak bisa jujur pada pria muda ini. Karena Aries belum waktunya Arie mengetahui seluruh rencananya.

"Atas dasar apa kamu menuduhku? Disaat seperti ini seharusnya kamu bisa fokus mengurus para anggotamu. Mereka pasti sedang terpukul sekarang."

Aries menatap Hadyan dengan mata semakin menyala marah, pria ini memilih untuk berbohong padanya, dan dia tidak menyukainya.

"Mas apa tidak punya hati nurani? Kenapa masih berusaha menyembunyikan kebenarannya?"

"Hati-hati jika berbicara Aries, kamu tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi."

"Kalau begitu beritahu aku!! Mas sudah begitu lama memanfaatkanku. Apa mas tidak bisa memberitahuku sedikit saja, demi nyawa anggotaku yang merenggang nyawa. Aku butuh tahu kebenarannya Mas."

"Fine, tapi tidak disini. Kita bertemu ditempat biasa. Aku akan memberitahumu kapan waktunya" Putus Hadyan akhirnya. Mungkin memang sebaiknya Aries tahu kejadian yang sebenarnya mengenai kerusuhan itu. Aries memiliki jiwa patriotis yang sangat besar, selain itu pria itu juga sangat setia kawan. Hadyan bisa memanfaatkan hal ini untuk memporak-poranda kan hati besarnya.

****

Daisy tersadar tiga hari kemudian. Saat membuka mata dia bisa merasakan rasa sakit yang menyiksa di sekujur tubuhnya. Mamanya yang melihatnya tersadar langsung bersujud syukur, anak gadisnya masih diberikan kesempatan untuk hidup.

Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, Daisy sudah diperbolehkan dijenguk oleh beberapa orang kerabat. Dokter bilang masa kritisnya sudah lewat, dan sekarang tinggal masa pemulihan saja.

"Kamu ingin sesuatu nak?" Tanya Mamanya dengan penuh kelembutan.

Daisy menggeleng pelan. Dia teringat dnegan kejadian yang menimpanya, dia masih sangat trauma. DIa tidak menyangka ada sekelompok orang yang berniat menyakitinya. Dia tidak bodoh untuk tidak menyadarinya. Pria-pria yang menginjak-injaknya melakukan itu dengan sengaja. Ah, dia jadi terpikir dengan nasib Enji, ketua Bem fakultasnya itu. Bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik aja?.

"Kamu mikirin apa hm?" Tanya Mamanya khawatir. Daisy menatap Mamanya dengan perasaan sesak didada.

"Enji, dia orang yang menolongku. Gimana keadaannya Ma?" Tanya Daisy dengan sedikit terbata.

Mamanya langsung pucat, dia tentu tahu siapa orang yang dimaksud Daisy. Anak itu tidak selamat, dan Mama Daisy tidak sanggup mengatakan hal itu pada putrinya.

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang