Bab 27

854 70 1
                                    

Maaf Yang udah menunggu-nunggu lama. Author lagi sibuk banget sama kerjaan :(

****

Hadyan sampai di unit apartmentnya menjelang subuh. Suasana kediamannya gelap gulita pertanda Daisy dan Mama mertuanya sudah terlelap.

Dia mengusap wajahnya kasar berharap apa yang dilakukannya bisa sedikit menghilangkan rasa lelahnya. Ketika dia ingin mengambil sebotol minuman dari kulkas yang ada di dapur, cahaya lampu disana tiba-tiba hidup membuat matanya sedikit merasakan silau.

Dia menghalau cahaya itu dengan sebelah telapak tangan, dari sela-sela jari dia melihat tubuh Daisy berdiri menjulang beberapa meter darinya.

"Kamu udah bangun?" Tanya Hadyan santai sambil meminum minuman yang baru dia ambil langsung dari botol.

"Kamu baru pulang?" Tanya Daisy tanpa menjawab pertanyaannya, dia menatap Hadyan datar.

"Yup, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jadi aku baru pulang sekarang"

"Sampai subuh seperti ini?" Tanya Daisy curiga. Dia mengikuti kemana kaki Hadyan melangkah. Pria itu berjalan menuju kamar mereka.

"Iya, dua bulan lagi musim kampanye. Aku akan lebih sibuk daripada biasanya." Jawab Hadyan, dia menghampiri Daisy kemudian mencium keningnya begitu mereka sudah sampai di kamar.

"Kamu jadi mencalonkan diri sebagai gubernur?"

Hadyan menatap Daisy sebentar sebelum membuka kaos polo yang dia kenakan. Badannya sudah sangat lengket. dia ingin segera berendam di air hangat.

"Begitulah, tapi musim kampanyeku tahun depan. Kalau yang dua bulan lagi itu kampanye akbar partai untuk menyambut Pemilu tahun depan" jawabnya sambil berjalan ke arah kamar mandi.

"Kamu kan bukan pejabat Partai, kenapa sibuk mempersiapkannya?"

Hadyan tidak jadi memasuki kamar mandi. "Aku tim sukses Baskoro. Dia mencalonkan diri lagi untuk Pilpres tahun depan. Jadi ada banyak hal mengenai strategi kampanye atau strategi untuk mendapatkan suara rakyat yang perlu banyak  dibahas. Itu bukan pembahasan yang mudah, kalau boleh jujur itu pembahasan yang membuatku sangat lelah. Jadi bisa tidak kamu membiarkanku mandi, supaya aku bisa segera beristirahat?" Tanya Hadyan yang langsung membuat Daisy menatapnya terluka.

Wanita itu langsung berjalan ke arah ranjang mereka. Hadyan yang melihatnya menghembuskan nafas pelan. Dia tahu telah menyakiti Daisy dengan kata-katanya. Tapi dia tidak bisa mengontrol mulutnya karena dia tidak berbohong mengenai rasa lelahnya.

Perjalanan bolak-balik dari Rawasari sampai ke kediaman mereka membutuhkan waktu berjam-jam lamanya. Sepanjang perjalanan pikirannya di penuhi dengan permasalahan partai yang tidak ada habisnya. Membuatnya tidak hanya mengantuk, tapi capek jiwa dan raga.

Mungkin nanti siang saja dia membujuk istrinya, karena dalam keadaan capek begini dia tidak bisa berbicara tanpa melibatkan emosi. Dia tidak ingin memiliki masalah dengan Daisy, karena hanya dengan kembali ke pelukan wanita itu dia bisa tetap merasa waras.

Kedekatan tubuh mereka yang membuatnya bahagia, serta harum tubuh istrinya yang menjadi candu baginya. Kalau dia memiliki masalah dengan Daisy, semua itu akan menjadi racun yang membuat hatinya perih. 

Sebab, tidak enak berbicara dengan wanita yang menyimpan kemarahan padanya, tidak enak memeluk wanita yang menampilkan raut terpaksa.

Hubungannya dengan Daisy harus baik-baik saja, karena wanita itu adalah pelipur laranya, wanita itu adalah obat dari segala rasa lelahnya.

****

Ketika Hadyan terbangun ke esokan harinya, dia tidak mendapati istrinya di sampingnya. Dia melihat jam di dinding kamar mereka, waktu menunjukkan pukul satu lewat dua belas menit. Hari ternyata sudah siang. 

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang